Bagian 9 Dua Dunia

430 62 13
                                    

Assalamu'alaikum.

Jangan lupa vote dan komen, ya.. Satu vote dan komen dari kalian sangat berarti buat penulis sebagai bentuk dukungan🤗

Bagian 9 Dua Dunia

“Sekarang apa?”

Syaron memangku dagu, menyangga dengan sikunya, menatap Pirat disertai senyuman ramahnya. “Kamu belum memberikan jawaban atas tawaranku, Pirat.”

“Tawaran apa? Maaf sekali, tetapi pekerjaan saya di dapur banyak.” Wajah Pirat cukup datar. Syaron lebih menyukai Pirat yang murah senyum. Akan tetapi, Syaron akan tetap berjuang meskipun yang selalu dia dapat adalah wajah tidak ramah dari gadis itu.

Syaron menggertakkan gigi gerahamnya, “Kamu tidak melakukan permintaanku yang pertama, Pirat.”

Gadis itu mengernyit, “Maaf?”

“Jangan bicara formal. Itu permintaanku yang pertama.”

Pirat tersenyum, dia selalu kesal jika berbicara dengan Syaron. Diembuskannya napas gadis itu, mengontrol emosinya. Pirat memang tidak berniat menuruti apapun itu permintaan Syaron. “Kalau memang tidak ada yang perlu dibicarakan lagi saya permisi.”

Sepertinya, gadis seperti Pirat harus langsung ditindak jika bicara saja tidak cukup. Sebuah ide terlintas di otaknya. Syaron menyeringai, ikut berdiri ketika Pirat bangkit dari duduknya. “PERHATIAN!!” suara Syaron menggema ke penjuru ruangan, menarik atensi beberapa pelanggan. Hal itu juga membuat Pirat mematung, kembali menghadap Syaron yang kini berdiri dengan senyuman menawannya, laki-laki itu menghampiri Pirat.

“Apa yang kamu lakukan?!” Pirat menggeram pelan, berbisik kesal kepada Syaron. Jangan sampai Syaron membuat kekacauan di restorannya. Perempuan itu menggertakkan gigi gerahamnya, sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Pirat harus bertindak. “Ikut aku. Kita bicara di ruanganku.”

Syaron menyeringai. Dia pikir Pirat akan sulit, ternyata ini lebih mudah dari perkiraannya. Akan tetapi, dia juga tidak mau kalah dengan menuruti Pirat. Pirat sudah mulai melangkah ketika Syaron kembali bersuara dengan lantang, “Saya mau melamar seorang wanita, dan ingin kalian semua menjadi saksi!” laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke seluruh pengunjung di lantai dua itu.

Jika Eyang Hardian mengetahui kelakuan cucu laki-lakinya, dengan melamar wanita lain ketika posisinya sedang dijodohkan dengan perempuan pilihannya, bisa habis dia oleh sang kakek.

Pirat memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangan untuk menahan kesabarannya agar tidak meluap. Dia belum berbalik menghadap Syaron. Dengan Syaron yang begini, maka Pirat juga tidak mau kalah. Tanpa peduli kepada Syaron, Pirat melanjutkan jalannya, biarkan saja Syaron menanggung malu. Pirat tidak mau peduli.

“Eh, kok ditinggal? Sepertinya dia malu. Dia tipe orang yang tidak mau diekspos. Maka saya minta maaf untuk membatalkan tontonan gratisnya,” ucap Syaron kepada para pengunjung. Hal itu membuat mereka bersorak kecewa. Sementara Syaron bergegas menyusul Pirat.

“Kamu mau membuatku malu di depan pelanggan dan karyawanku?!” tanya Pirat sewot kepada Syaron sesampainya mereka di ruangan perempuan itu.

Syaron menanggapi kekesalan Pirat dengan senyumannya. “Kamu akan menjadi wanita paling dipuja, Pirat. Kalau kamu lupa, kamu masih jadi satu-satunya wanita yang aku inginkan di dunia ini.”

Pirat mendadak kesusahan untuk sekadar menelan ludahnya sendiri. Gadis itu memejamkan matanya. Pirat tidak akan mudah baper hanya dengan mendengar perkataan Syaron, sebab dia tidak tahu apa yang Syaron katakan itu jujur atau hanya sebuah bualan belaka. Namun, sekalipun laki-laki itu jujur, Pirat tidak mudah menerima Syaron kembali di hidupnya. Hidup memang rumit, dan pemikiran wanita lebih dari itu. “Jangan buat semuanya jadi rumit, aku minta tolong dengan sangat sama kamu.” Kini, Pirat mengubah panggilannya, tidak lagi formal seperti tadi.

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Where stories live. Discover now