Bagian 39 Pernikahan Impian

384 39 28
                                    

Assalamu'alaikum.

Seperti biasa, jawab salam dulu sebelum baca 😄

Vote dan komennya jangan lupa, Pembaca Syapir 🥰

Follo ig for more info @windiisnn_ @windisworld_story

Dan mampir ke Tiktok @windiisnaeni21 buat seru-seruan. Dijamin seru, udah banyak ku upload vd tentang Syapir 😍

Ga mampir nyesel dah wkwk








Happy reading!

Bagian 39 Pernikahan Impian

Biarkan dunia untuk mereka, tapi biarkan kamu untukku

––Syaron


Kumandang azan subuh membangunkan Pirat. Matanya terbuka perlahan, dan yang pertama didapatinya adalah wajah Syaron yang sedang menatap Pirat dengan senyum tipis. Pirat memejamkan matanya lagi rapat-rapat, teringat insiden semalam, membuatnya malu bukan main. 

“Bangun ayo. Sudah subuh. Kamu mau lanjut tidur?” tanya Syaron memberikan godaan. Laki-laki itu tahu bahwa Pirat sedang malu.

Jika dilihat dari sifat dan sikap Pirat yang khas sekali wibawa dan bersahajanya, serta ketegasan dan keteguhan dalam berpendirian, perempuan itu bisa dengan ketegasan terhadap dirinya sendiri, untuk tidak plin-plan dan tidak menjadi perempuan menjengkelkan yang menye-menye dan bikin geli. Buktinya, dengan menegaskan kepada dirinya malam tadi, dia mampu memberanikan diri melayani Syaron. Seharusnya dari dulu. Tapi setelah semua yang terjadi, dan berakhir dengan kejadian semalam, membuat Pirat malu bukan main.

“Kamu mau aku imami?”

Pertanyaan Syaron membuat Pirat kembali membuka mata, lalu menatap laki-laki itu, “Sungguh?” tanyanya tanpa sadar dan tanpa bisa dicegah.

“Kamu ragu aku masih bisa salat dan hapal doanya?” tanya Syaron, laki-laki itu menyipitkan matanya, “aku merasa terhina, Pirat,” ungkapnya dengan raut kecewa yang dibuat-buat.

Pirat memukul pelan lengan Syaron, perempuan itu tak berkata apapun.

“Aku masih melihat orang lain salat, mendengar ceramah ustaz dan habaib di televisi kalau tidak sengaja lewat ke tontonanku,” ujarnya disertai gelak tawa, berhasil menipu Pirat. “Hanya saja aku tak melakukannya lagi. Entah terakhir kapan aku salat sebelum ketemu kamu lagi.”

“Oke-oke. Aku mau mandi dulu,” Pirat bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.

“Pirat,” Syaron memanggil tepat sebelum perempuan itu masuk ke kamar mandi. Pirat berbalik. “Sekalian aku ikut biar cepat?”

Pirat melotot kemudian bergidik, setelah itu masuk ke kamar mandi.

***

Ada banyak sekali hal yang bercabang di pikiran Pirat. Dan hampir seratus persen adalah hal mengenai Syaron. Pirat tak tahu mengapa, akan tetapi setelah dia menuntaskan kewajiban batiniahnya sebagai seorang istri, jiwa perempuan itu merasa lebih tenang, dan serasa beban di pundaknya telah terangkat.

“Mikirin apa? Aku?” tanya Syaron, “sudah pasti kalau itu,” katanya dengan berbangga diri.

Pirat menoleh dan mendengkus, Syaron yang banyak bicara sudah kembali. Dan jujur saja, Pirat senang melihatnya. Perempuan itu kini sedang menatap lemarinya, hendak memilih pakaian, namun malah banyak melamun. Selepas sarapan, mereka akan kembali ke Kediaman Soeryoningrat.

Setelah mengambil kemeja dan rok hitam polkadot, Pirat berbalik menatap Syaron, “Selama tiga hari kemarin, setelah kamu memberiku sertifikat tanah, kamu melakukan apa saja?”

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Where stories live. Discover now