Bagian 16 Perempuan Beradab

376 54 26
                                    

Assalamu'alaikum.

Terima kasih sudah membaca cerita KKBL ini :D

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya teman-teman🥰

Btw, jadwal update cerita KKBL ini antara Rabu, Jumat, Minggu.

Entah seminggu sekali, dua kali, atau tiga kali... Ingetin aku ya, kadang aku lupa🥲

Happy reading!

Bagian 16 Perempuan Beradab

“Bagus restorannya, baru masuk baunya sudah kecium wangi makanan,” komentar Nyonya Atri kepada putranya yang kini sedang membawa sang ibu menuju ruangan Pirat. Syaron tersenyum merespon komentar ibunya. Sesuai perkataan laki-laki itu tempo hari, Nyonya Atri ingin makan siang dengan Pirat dan akan dilanjutkan pergi ke butik untuk fitting kebaya pernikahan.

Syaron terlihat santai, tetapi diam-diam lelaki itu masih kepikiran dengan ucapan Pak Inir tempo hari ketika dia mengunjungi pria itu di rumah sakit. Baru sore nanti pria baya itu diperbolehkan pulang.

Jika suatu saat kamu membuat anak perempuanku pergi dari rumahmu, aku tidak akan biarkan kamu melihatnya lagi di dunia ini.”

Jelas itu sebuah ancaman. Syaron memang diterima, dia dan Pirat memang diberi restu untuk menikah, akan tetapi ada ancaman di dalamnya. Awalnya memang Syaron sangat percaya diri untuk mendapatkan Pirat, tetapi untuk kehilangan perempuan itu, Syaron benar-benar tidak percaya diri. Dia tidak bisa membayangkan jika suatu saat dirinya kehilangan Pirat untuk yang kedua kali.

“Bu …,” Pirat melihat Nyonya Atri dengan Syaron memasuki ruangannya. Sebelum mereka ke sini, Syaron sudah mengatakan kepada Pirat dan meminta gadis itu untuk bersiap. Pirat menghampiri Nyonya Atri, lalu salim dengan takzim.

“Apa kabar, Nak?” Nonya Atri memeluknya sebentar dilanjut cipika-cipiki.

Melihat itu, Syaron mendengkus, sembari mengulurkan tangan kanannya, “Aku, masa enggak disalim juga,” ujarnya menampilkan wajah masam.

Nyonya Atri menepis tangan anaknya, kemudian kembali menatap Pirat, “Jadi, mau makan di mana?”

Pirat tersenyum canggung, perempuan itu sama sekali tidak menatap Syaron yang berdiri di samping ibunya. Gadis itu tak mau menganggapnya ada. Sayang sekali, orang yang enggan dia anggap ada itu adalah calon suaminya.

“Saya ikut, mawon, Bu,” ucapnya sopan. Sungguh, Pirat merasa sangat canggung karena harus bersikap ramah dan akrab, dia harus mengakrabkan diri. Sedangkan dia tahu ini semua hanya sandiwara. Gadis itu merasa sangat bersalah.

“Kalau begitu kita makan siang di sini saja, gimana? Kamu mau kan, masak buat Ibu?” tanya Nyonya Atri penuh harap.

Melihat itu, Pirat jelas sulit untuk menolak. Pada akhirnya dia mengangguk disertai senyumannya, “Tentu.”

Nyonya Atri tersenyum senang, tatapannya beralih kepada sang putra, “Katanya kamu mau balik ke kantor?” tanya wanita dengan rambut sanggul di kepalanya itu.

“Iya, Bu, setelah ini Syaron balik ke kantor.”

Endak mangan dhisik, to?

Syaron menggeleng, “Satu jam lagi ada rapat sama seluruh direksi, ada Eyang juga. Maunya sih, bikin Eyang kesal, tapi nanti kuping Syaron panas dengar suara Eyang terus. Kalau suaranya kayak suara Pirat sih, enggak papa,” laki-laki itu mengerling, mengedipkan satu kelopak matanya kepada Pirat, gadis itu memalingkan wajah, tersenyum canggung kepada Nyonya Atri. “Masalahnya suara Eyang udah kayak suara mercon lebaran.”

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon