Bagian 10 Kegilaan Syaron

510 65 25
                                    

Assalamu'alaikum

Jawab dulu salamnya sebelum baca, biar berkah xixi

Yang baca cerita KKBL alias Ketika Kita Bertemu Lagi wajib buat kasih vote dan komen, hehe.

Happy reading!

Bagian 10 Kegilaan Syaron

Rasanya, baru sehari kemarin Syaron merasa lega karena pengakuan atas penolakan Sarala terhadap perjodohannya. Namun, kini pagi-pagi di meja makan Eyang Hardian kembali menyodorkan nama perempuan lain yang berhasil membuat Syaron kembali pusing.

“Bapak, sampun. Biarkan Syaron memiliki waktunya untuk  mencari sendiri wanita pilihannya.” Kini Nyonya Atri membela putranya. Tidak tahan juga lama-lama dengan sikap memaksa ayahnya.

“Dan membiarkannya melakukan kesalahan yang sama seperti yang kamu lakukan, begitu, Atri?” sarkasnya.

“Pak, baru juga kemarin ada pembatalan, mbok ya jeda dulu, Pak. Syaron pulang, jangan dibikin pusing terus, Pak. Kasihan dia, anak zaman sekarang berbeda dengan dulu yang pemikirannya belum sekompleks anak-anak zaman sekarang.” Pakde Koeswan ikut menimpali. Merasa gerah juga dengan pemaksaan orang tua itu.

“Halah, kamu ya sama! Carikan mantu segera buat meminang Adhisti, sudah matang tidak menikah-menikah! Jangan sampai jadi perawan tua, amit-amit.”

Semua orang menggeleng, dan sebagian beristighfar. Orang yang sudah lanjut usia memang kebanyakan bertingkah semakin aneh dan kesulitan untuk mengontrol ucapannya. Cara Jawane, maju tua maju ora lumrah. Yang mana maksud dari artinya, menurut orang Jawa, semakin tua semakin tidak lazim kelakuannya.

Melihat perdebatan yang mungkin tidak ada habisnya jika diteruskan, Syaron menginterupsi, “Cukup, biarkan aku mencari wanitaku sendiri, Syaron tidak ingin diperbudak, biar kalian lihat saja, aku juga bisa menemukan wanitaku, bahkan yang lebih baik dari Sara dan semua calon pilihan Eyang.”

Namun dugaan Syaron meleset, ucapannya bukan meredam perdebatan, tetapi malah memicu topik perdebatan lainnya.

“Kamu dan bapakmu memang sama saja. Tidak tahu diuntung!” begitulah tanggapan Pak Tua Hardian.

“Sudah, Pak. Jangan diteruskan!” Pakde Koeswan melerai.

“Syaron cukup tahu. Dan jika Eyang sudah tahu aku ini cucu yang tidak tahu diuntung, kalau begitu kenapa tetap memaksa Syaron untuk mengurus perusahaan? Di Jakarta aku sudah punya kehidupan sendiri,” tantang laki-laki itu, kepalang kesal, biar sekalian saja.

“Kamu tahu alasannya, Syaron!” Eyang Hardian memalingkan wajah.

“Adhisti walaupun perempuan, tapi Syaron yakin dia mampu. Diskriminasi atas hak-hak perempuan di keluarga ini masih sangat terasa, dan itu enggak adil buat mereka.”

“Hentikan semua omong kosong ini! Kewajiban kamu hanya menurut,” ucap Eyang Hardian penuh penekanan.

“Cucu bukan budak kakeknya.” Syaron hendak pergi, sudah bangkit dari duduknya tanpa menyelesaikan sarapannya, bahkan dia baru makan dua suap, tetapi perdebatan pagi ini sungguh mengilangkan nafsu makannya.

“SYARON!!” Syaron berhenti namun tidak berbalik. “Eyang beri kamu waktu satu minggu dan kamu harus membawa wanitamu ke hadapanku!” Syaron tersenyum kecut mendengar ancaman kakeknya.

“Siapa takut?” Syaron lawan menantang balik kakeknya. Jika boleh terlalu percaya diri, kalau Syaron mau, dia bisa membuat semua wanita bertekuk lutut kepadanya.

Setelahnya, Syaron benar-benar pergi, bahkan dia sampai lupa untuk berpamitan kepada ibunya.

Permasalahan datang adalah waktu yang berjalan terlalu cepat bagi Syaron. Sudah berjalan lima hari sejak perdebatannya dengan Eyang Hardian, namun belum ada tanda-tanda lelaki itu akan mencapai tujuannya, yaitu mendapatkan seorang wanita. Jika mau, bisa saja Syaron mencari wanita sembarang wanita. Yang jadi cabang permasalahannya yakni dia hanya ingin wanita itu adalah Pirata Pawana, bukan yang lainnya. Dan anak cabang masalah lainnya, bahwa Pirat sama sekali sudah tidak ingin berurusan dengan Syaron.

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Where stories live. Discover now