Bagian 11 Keputusan Pirat

442 62 31
                                    

Assalamu'alaikum.

Absen dong sebelum baca.

Saya pengin kenal pambaca saya hehe.

Kan katanya, tak kenal maka tak sayang.

Jangan lupa vote dan komen yaw

Then, happy reading!

Bagian 11 Keputusan Pirat

Pak Inir kembali masuk rumah sakit, Hipertensi yang dimiliki ayahnya tidak bisa dihindari lagi. Yang Pirat takutkan, tekanan darah tinggi sang ayah yang terjadi terus menerus akan berakibat fatal. Gadis itu beristighfar untuk menghilangkan berbagai prasangka buruk yang jelas datangnya dari setan. Pirat akan membuat perhitungan dengan Syaron, dia jelas tidak terima ditindas begini. Syaron sudah gila, karena terlalu egois, demi mendapatkan apa yang dia mau, laki-laki itu bisa berbuat apa saja.

Di sisi lain, Syaron benar-benar nyaris frustasi menunggu Pirat menghubunginya. Tepat dihari ketujuh, dan belum ada tanda-tanda Pirat akan menghubunginya, bahkan setelah dia berbuat jauh dengan mengobrak-abrik restoran keluarga perempuan itu. Sedari pagi, Syaron tidak bisa duduk dengan tenang, tatapannya selalu teralihkan pada gawainya.

Selama beberapa hari ini, setiap sarapan, Eyang Hardian tak pernah lelah mengingatkan Syaron untuk membawa wanitanya. Seolah pria tua itu sedang mengolok-olok cucunya.

Dering gawai memecah konsentrasi Syaron yang sejak awal juga sudah terpecah belah. Syaron buru-buru mengambil ponselnya, namun bukan panggilan dari Pirat. Yang tertera adalah nama Teguh di sana.

"Halo," sapa Syaron ogah-ogahan, tidak ada semangat-semangatnya sedikit pun.

"Kamu mau dengar kabar?"

Syaron tidak berminat, "Enggak mood."

"Termasuk kabar tentang mantan kamu?" goda Teguh di seberang sana.

"Mantan yang mana?"

"Memang mantan pacar kamu ada berapa?" pancing Teguh.

Syaron langsung menegakkan tubuhnya begitu tersadar orang yang Teguh maksud. "Pirat? Mantanku hanya dia. Ada berita apa???" tanyanya penasaran.

"Katanya tadi enggak mood?" goda Teguh.

"Ayo lah, Guh ..., aku butuh kabar gadis itu."

Teguh berdeham, "Ayahnya masuk rumah sakit."

Syaron menghela napas. "Kalau itu aku sudah tahu." Karena secara tidak langsung, perbuatan Syaron lah yang menyebabkan Pak Inir masuk rumah sakit.

"Lalu kenapa tidak jenguk?"

Ide bagus. Kenapa dari kemarin dia tidak ada inisiatif untuk menjenguk? Malah dari kemarin menunggu kabar Pirat, menunggu gadis itu memohon padanya. Bahkan laki-laki pintar, cerdas dan hebat semacam Thomas Shelby saja bisa kecolongan oleh seorang Grace, apa lagi hanya pria macam Syaron?

"Kenapa kamu tidak telepon dari kemarin, sih?!"

Di seberang sambungan telepon, Teguh menggerutu. Lantas sambungan telepon berakhir, kemudian Syaron bergegas ke rumah sakit.

***

"Bun, Pirat keluar sebentar cari makan buat Bunda."

Bu Divya mengangguk, raut wajahnya prihatin memandang kondisi sang suami yang dari kemarin berbaring di ranjang rumah sakit. Wanita itu tidak terlalu mengerti masalah yang sebenarnya sedang terjadi, tiba-tiba saja Ia dikabari bahwa suaminya masuk rumah sakit lagi.

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt