Bagian 34 Wanita Lain

334 42 14
                                    

Assalamu'alaikum.

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman Syapir🤎

Follow ig @windiisnn_





Bagian 34 Wanita Lain

Walau seharusnya bisa saja dulu aku menghindar dari pahitnya cinta.
Namun ku pilih begini, biar ku terima sakit demi jalani cinta.

Tangga – Cinta Tak Mungkin Berhenti

Ketika seorang pengusaha terdengar kabar mengenai kedekatan atau pertemuannya dengan seorang politikus, akan muncul berita miring mengenai kolusi antara mereka demi keuntungan tertentu. Yang akan muncul sebagai stigma negatif adalah––seorang pengusaha yang memiliki kelebihan finansial, akan memberikan kucuran dana kepada para calon kandidat legislatif atau eksekutif agar mempermudah proses demokrasi elektoral dan memenangkan pemilihan. Dan apabila sang calon benar adanya memenangkan pemilihan, mereka ingin imbalan sebuah kebijakan untuk mempermudah izin usaha dan sebagainya terkait kelancaran usaha.

Kabar mengenai pertemuan Panji dengan sekretaris pribadi dari Pramana Ajidarma Soekjito––seorang anggota salah satu faksi partai yang digadang-gadang akan maju mencalonkan diri sebagai Walikota Solo tahun ini, membuat Syaron marah dan kesal. Laki-laki itu datang ke ruangan kamar Eyang Hardian dengan wajah tak sedap dipandang.

Setelah dipersilakan masuk, Syaron masuk.

“Eyang ngapain ngutus Panji buat ketemu sekretarisnya Pramana?” tanya Syaron tanpa basa-basi. Dia tidak mau terlibat dengan orang-orang politik––setidaknya untuk sekarang.

Eyang Hardian melihat Syaron dengan tenang, pria tua itu berjalan ke arah jendela yang terbuka menampilkan halaman samping yang dipenuhi kebun bunga amarilis, hanya saja bunganya belum mekar saat ini.

“Panji ngadu sama kamu?” yang Eyang Hardian katakan tidak seperti pertanyaan, lebih kepada celaan meremehkan.

“Enggak penting dia ngadu atau enggak. Toh, Panji sudah jadi PA (personal assistant) ku.”

“Kalau dia PA-mu, tanyakan padanya, ngapain nodong eyangmu yang sudah tua ini?”

Sungguh, Syaron semakin kesal dengan setiap ucapan yang eyangnya utarakan.

“Jadi, Panji tutup mulut?” Eyang Hardian terkekeh kecil, semakin mengejek cucu laki-lakinya, “yang kamu anggap asisten pribadimu saja masih lebih mengikuti perintahku, Syaron. Bagaimana kamu bisa mengendalikan orang banyak dalam sebuah perusahaan sebesar Lakeswara?”

Syaron memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangan untuk menahan gejolak emosi. Matanya kembali terbuka, “Kenapa harus Pramana? Eyang tidak memikirkan kalau hal ini terendus media?”

“Aku mau usaha kita di bidang medis semakin mudah. Prestasi secara akademik kedokteran saja tidak cukup untuk membuat rumah sakit kita didatangi banyak pasien, terutama pasien kelas atas. Kita sekarang butuh branding.”

Syaron menghela napas, “Apa yang Eyang tawarkan?” tanyanya.

“Jabatan.”

Syaron diam.

“Aku ingin mengenalkanmu dengan anaknya Pramana. Ambika Saraswati Soekjito. Pernikahanmu dengan wanita itu akan semakin menguntungkan buat kita.”

Syaron mengetatkan rahangnya, laki-laki yang tadi sudah mulai tenang, kini kembali didera emosi. “Aku sudah menikah,” katanya penuh penekanan.

“Dengan istri tidak bergunamu itu?” tanya Eyang Hardian tersenyum mengejek.

Jangan pikir Syaron akan diam saja, jelas laki-laki itu akan melawan, “Pirat sangat berharga, dia adalah definisi istri sempurna buatku.”

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Where stories live. Discover now