Bagian 26 Pirat dan Lidahnya

417 49 55
                                    

Assalamu'alaikum.

Jawab dulu dong hehe, yang ga jawab temennya Syaron 😅🥲

Maunya temen Syaron apa Pirat? 😂

Omong-omong soal lidah, makanan favorit kalian apa?

Sharing sama Pirat nih.

Jangan lupa komen dan tekan bintang bestienya Syapir 🤎

Bagian 26 Pirat dan Lidahnya

Bila air yang sedikit bisa menyelamatkanmu (dari rasa haus), tak perlu minta air yang lebih banyak (yang barangkali dapar menenggelamkan), maka selalu lah belajar cukup dengan apa yang kamu miliki

––Sayyidina Ali bin Abi Thalib

“Syaron.”

Pirat menatap kedua mata gelap laki-laki di depannya. “Kamu mengkonsumsi ini?” tanya Pirat, kembali bertanya ketika Syaron hanya diam dan malah merebut obat tadi.

“Aku kesulitan tidur, Pirat,” ujar Syaron berjalan menuju nakas, dan meletakkannya di laci, ke tempat semula.

Pirat benar-benar selalu dibuat terkejut dengan setiap fakta baru mengenai Syaron, yang sayangnya adalah suami perempuan itu. Pirat menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan duduk di pinggir, dia benar-benar dibuat terlongong.

“Sejak kapan?” tanya Pirat, matanya mengikuti gerak-gerik Syaron yang kini hendak ke kamar mandi.

Syaron berhenti di depan pintu kamar mandi, tanpa berbalik laki-laki itu menelengkan kepalanya ke kanan dan berkata, “Kapan, ya?” Syaron tampak mengingat, “Aku lupa. Sejak masuk kuliah? Enggak, sejak lulus SMA? Sudah lama.”

“Kamu mengkonsumsinya setiap hari?”

Syaron berbalik, laki-laki itu menggeleng, “Enggak, hanya saat aku kesulitan tidur.”

“Kemarin malam kamu tidur nyenyak,” gumam Pirat, mengingat hari kemarin saat Syaron tidur dengan nyaman.

“Karena ada kamu.”

Pirat memicingkan matanya, wajahnya bersungut-sungut mendengar perkataan Syaron.

“Kamu enggak percaya?” Syaron mendekat.

Pirat mengedikkan bahunya. Mereka berdua tidak sadar bahwa suasana di antara kedunya sudah kembali mencair, tidak lagi bersitegang seperti kemarin malam dan siang tadi.

Syaron tersenyum kecut, lalu berbalik kembali berjalan menuju kamar mandi.

***

Pagi menjelang siang ini, Pirat dan Syaron, serta Panji yang ikut ke Surabaya, tiba di Bandar Udara Juanda. Butuh perjalanan sekitar 30 menit untuk sampai ke hotel yang akan mereka tempati, jika macet, mereka bisa sampai lebih dari waktu biasanya. Kini ketiganya sudah ada di dalam Alphard hitam yang akan mengantar mereka ke hotel.

“Panji, butuh waktu berapa lama lagi kita sampai ke hotel?”

“Sekitar 15 menit lagi.”

“Butuh waktu berapa lama untuk tidak membuat Pak Tedja menunggu?”

Panji melihat jam di tangannya, dan menghitung. “Setengah jam, Mas.”

“Kita masih punya waktu.” Syaron menoleh kepada Pirat yang ada di sampingnya, “Aku ada pertemuan, mungkin sampai sore. Kamu bisa makan siang sendiri, kan?” tanya laki-laki itu.

Pirat mengangguk, “Aku akan cari makan di luar,” katanya. Sesuai tujuannya ikut ke Surabaya, dia akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berwisata kuliner.

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ