"tiga puluh dua"

219 38 25
                                    


"Aku membunuhnya, Jim"

"Aku membunuh Taehyung"

Jimin duduk diantara kursi penumpang mobil dengan wajah yang datar, tenang bahkan tak berkedip sekalipun. Yoona berada disampingnya, mengenakan gaun putih penuh bercak darah milik Taehyung. Keduanya dalam perjalanan menuju bandara untuk mencapai penerbangan yang telah disiapkan Jimin setelah melarikan diri dari tempat dimana mereka menghabisi Taehyung.

"Aku pembunuh Jim"

"Yoona"

Jimin menoleh, matanya menyipit melihat bagaimana air mata gadis itu menuruni pipinya, pundaknya bergetar dan nafasnya tercekat. Ia bahkan belum sempat membasuh noda darah Taehyung dari tangannya, Jimin harus memaksanya memasuki mobil karena jika tidak Yoona mungkin masih mematung disana.

"Kau sudah melakukan hal benar, oke? Dengar, ini mungkin kelihatan gila. Kau tak akan pernah membayangkan dirimu akan berada dalam situasi ini tapi bayangkan apa yang akan terjadi jika malam ini kau lebih memilih makan malam dengannya. Lalu menjadi boneka Taehyung untuk selamanya, itu yang kau inginkan?"

Yoona menahan nafasnya, merasakan jemari Jimin meraih pundaknya, mengusap air matanya pelan untuk menenangkannya. Jimin tersenyum getir, ia tahu bagaimana perasaan gadis itu sekarang. Pertama kalinya melihat bagaimana pembunuhan dimata kepalanya sendiri mungkin terasa mengerikan, apalagi ia justru menjadi eksekutornya, Jimin mengusap pipi Yoona lembut.

"Tak apa-apa. Ia berhak mendapatkannya. Bukankah begitu?"

Yoona tak membalas ucapan Jimin, hatinya sendiri sibuk berperang dengan keadilan yang sejak lama ia berusaha tegakkan. Tetapi kini justru ambruk karenanya. Mungkin Jimin benar, Taehyung pantas mendapatkannya setelah lelaki itu hidup berkelut dosa sekian lama.

"Yoona?"

Mata rusanya menoleh, bertemu dengan pandangan Jimin.

"Kau menyesali ini?"

Lama terdiam, mobil berputar menuju tikungan yang tajam. Bibir pucat Yoona bergetar, ia berusaha meraih akal sehatnya dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Tidak"

Senyum getir muncul di balik bibir Jimin, ia kemudian mengangguk dan mengusap puncak kepala gadis itu.

"Kau tak ingin lagi hidup dalam dunia palsu Taehyung. Ini kehidupan yang kau inginkan, benar?"

Yoona mengangguk terpatah-patah.

"Bagus, sekarang tegakkan bahumu, berhenti menangis dan sambut apa yang pantas kau dapatkan."

Yoona menahan nafasnya. Ada banyak beban yang tak bisa dijelaskan dalam hatinya, mobil berhenti diantara bandara yang luas. Jimin turun dan membukakan pintu bagi Yoona untuk keluar, ia menuntunnya dimana dari kejauhan seorang wanita yang merupakan salah satu bawahan Jimin sudah berdiri, wanita itu yang akan menemaninya selama proses meninggalkan Korea Selatan.

"Jimin.."

"Hm?"

Jimin menoleh, ia menatap Yoona dengan alis berkerut.

"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau mau membantuku?"

Jimin hanya menatap Yoona dengan senyuman, ia meraih mantel cokelat yang disimpannya di jok mobil lalu memakaikannya pada Yoona yang berdiri dihadapannya.

"Karena ini kehidupanmu"

Hanya itu yang bisa dikatakan Jimin, sebelum ia menuntun Yoona pada perempuan itu untuk mengambil alih Yoona sekarang. Perempuan tinggi dengan rambut blonde itu cantik dengan kemeja biru tuanya dan blazer hitamnya, ia menyambut tangan Yoona lembut.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now