"tiga puluh satu"

391 48 44
                                    


"Dia tak beruntung Yoona"

Kalimat itu berhenti disana. Terjeda dan menggantung diantara langit-langit ruang tamu Jimin yang lengang. Disebrangnya, Yoona hanya bisa mendudukkan dirinya tanpa sepatah kata.

"Dia tak beruntung karena dilahirkan di keluarga yang cacat... Memiliki ayah yang hanya mempedulikan dirinya sendiri, ibu yang seperti iblis dan aku.." Jimin meremas tangannya sendiri, saat pembicaraan ini menjadi lebih intens dan ingatannya kembali membawanya ke kehidupannya yang dahulu.

"...aku adalah kakak yang lemah, tak bisa melindunginya. Taehyung yang selama ini menjadi tameng untukku saat menghadapi ibu.. Ia menahan semua luka-luka itu sendirian, dan aku tak akan pernah bisa memaafkan diriku yang memutuskan untuk pergi hari itu bersama ayah, meninggalkan Taehyung sendirian.. bersama ibu"

Ada nada kesedihan, penyesalan dan frustasi dalam ucapan Jimin yang bisa ditangkap Yoona dengan jelas. Pagi ini, Jimin menceritakan segalanya padanya. Kehidupan Taehyung yang dahulu dan bagaimana semua itu mengubahnya menjadi dirinya yang sekarang.

"..kurasa aku terlambat menyelamatkan Taehyung, ia sudah total berubah.."

Jimin meremas tangannya menjadi lebih erat hingga buku-buku jarinya memutih oleh perasaan berkecamuk itu "..ia sudah menjadi putra yang diinginkan ibu"

"Apa?"

"Sosok sempurna yang selalu diinginkannya" Jimin menatap Yoona, kali ini ada kilatan waspada dalam matanya.

"Kau benar Yoona.. Semua ini palsu, orang-orang yang kau temui dalam hidupmu, mereka adalah manusia bayaran yang menghabiskan hidupnya untuk menjalani karakter miliknya pada buku yang ditulis Taehyung. Semua ini rekayasa miliknya, orang-orang itu sengaja menemuimu dan membuatnya bak takdir milikmu yang murni.. Tetapi semuanya kebohongan yang diatur Taehyung, mereka semua hanya mengikuti alur yang Taehyung inginkan"

"T-tapi bagaimana denganku Jim? Kenapa aku bisa melakukan seperti yang ia tuliskan?"

"Tidak juga. Kau ingat saat kau kabur bersama Jaehyun?" Ujar Jimin berusaha mengulang kembali apa yang pernah mereka alami "Semua itu diluar perkiraan Taehyung, diluar alur yang diinginkannya. Itu adalah takdirmu yang murni saat kau menemui Jaehyun. Tetapi Taehyung tak menyukainya, jadi ia melakukan segala cara untuk membuatmu kembali padanya"

Jimin terdiam sesaat. Ia tahu harus menjelaskan semua ini dengan hati-hati sekarang karena Yoona mungkin tak bisa mencerna semuanya dengan mudah.

"Ia mengenalmu lebih baik daripada dirimu sendiri Yoona, saat ia menuliskan cerita yang diinginkannya. Menentukan kapan ia mengambil orang tuamu, pamanmu, kemana kau bersekolah dan menemui teman-temanmu.. sebenarnya ia sedang membentuk sosok yang diinginkannya. Itu membuatnya tahu akan trauma, rasa sakit dan seluruh kenangan yang kau punya. Karena ia sendiri yang membuatnya terjadi padamu"

Yoona mengerti sekarang. Gambaran diotaknya tentang Taehyung menjadi lebih jelas dan ia bisa memastikan dirinya semakin membenci pria itu. Semua perasaannya runtuh saat mengetahui bagaimana Taehyung bisa dengan setega itu mengambil hidupnya, bak Yoona hanyalah mainan miliknya.

"Aku tahu ini kedengaran gila. Tetapi Taehyung mungkin telah terobsesi dengan semua ini dan membuatnya tak bisa berhenti. Ia akan terus berusaha memenuhi jiwanya yang kelaparan-"

"Bagaimana denganku?"

Yoona menyela. Ia menatap Jimin dengan wajah bingung dan juga frustasi yang jelas.

"Aku tak ingin tinggal bersamanya Jim.. Ia sudah gila.. Aku..." Yoona kehilangan kata-katanya, ia menatap Jimin dengan raut yang tegang "Bantu aku kabur Jim"

"Eh?"

"Bantu aku kabur dari Taehyung, bantu aku lari dari semua ini"

Jimin terdiam untuk beberapa saat. Lidahnya kelu dan otaknya kosong saat mendengar permintaan Yoona. Gadis itu menatap Jimin dengan binar yang aneh. Memohon bantuannya dengan harapan yang polos.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now