"delapan"

390 55 28
                                    

Chanyeol telah menyelesaikan kelasnya lebih awal hari ini, tak terlalu buruk karena pagi ini ia dapatkan kopi miliknya tanpa perlu mengantri di kafe tempat biasanya. Entahlah, tak banyak pengunjung tadi pagi hingga membuatnya sedikit bersemangat karena bisa datang ke kelas tanpa terlambat plus makalahnya dapat diselesaikan tepat waktu.

Ia melangkah keluar dari koridor kampus dengan santai, beberapa mahasiswi jelas-jelas menatapnya dengan pandangan kagum. Pria yang dikenal sebagai salah satu sosok paling diidamkan itu tentu saja menjadi incaran banyak wanita. Perawakannya yang tinggi gagah, rambut gelap yang jatuh dengan patuh atau senyum manis miliknya rasanya sudah cukup luarbiasa, tapi ia justru membuat seluruh karakternya menjadi sempurna saat Chanyeol benar-benar terjun sebagai mahasiswa yang aktif di organisasi, menyumbangkan banyak prestasi dibidang akademik dan kini merambah kepopulerannya sebagai salah satu atlet basket kampus.

Itu semua tentu saja tak didapatnya dengan mudah, semuanya menghabiskan banyak waktu dan tenaga, perlu kerja keras dan konsistensi. Bahkan sempat menerima banyak cemoohan atas usahanya. Tapi kini ia bangkit jauh lebih kuat dan membuktikannya dengan baik kepada semua orang. Tetapi, Chanyeol selalu lebih kagum kepada satu sosok yang dikenalnya diam-diam selama ini.

Yoona. Sudah lama semenjak Chanyeol memperhatikan keberadaan gadis itu, ia berada di satu organisasi yang sama dengannya. Memperhatikan seluruh kerja kerasnya dalam penyelenggaraan program kerja dan bagaimana gadis itu tetap mendapatkan nilai yang baik sebagai mahasiswa. Ia bahkan bekerja diantara sela-sela pendidikannya, bagaimana Yoona berbicara dengan bebas tentang mimpinya atau binar matanya saat ia berhasil menyelesaikan tugasnya. Dan untuk itu semua, Chanyeol tak pernah merasa ia sanggup berada di level yang sama dengannya.

"Hyeong! Disini!"

Teriakan Jihoon sukses menyadarkannya dari lamunannya, ia baru saja memasuki kafetaria universitas saat seorang lelaki muda berkacamata itu melambaikan tangan kearahnya. Chanyeol tersenyum, ia buru-buru menghampiri meja lelaki itu dan menyapanya singkat.

"Sudah lama?"

"Tidak, kelasku juga baru usai" Sahut Jihoon sambil menyunggingkan senyum manisnya

"Sudah pesan? Biar aku pesankan dulu ya"

Jihoon buru-buru menahan Chanyeol "Eh tak perlu hyeong, aku sedang diet sekarang"

"Huh? Yang benar saja" Pria dengan telinga besar itu tertawa membuat raut wajah Jihoon terlihat sebal

"Aku serius hyeong, kemarin aku menghabiskan dua bungkus ayam goreng sendirian dan sekarang sedang menyesalinya tau"

"Aish... Dasar bocah" Chanyeol menjitak ujung kepala Jihoon membuatnya mengaduh tapi kemudian terkekeh tanpa dosa.

"Omong-omong, bagaimana hyeong? Kencanmu tempo hari?"

Chanyeol terdiam, memandang raut Jihoon yang kini menatapnya dengan pandangan menggoda. Maksudnya, memang Chanyeol sempat meminta pendapat Jihoon tentang rencananya pergi dengan Yoona atau apa yang akan gadis itu sukai. Meminta pendapatnya sebagai salah satu orang yang amat mengenal gadis itu.

"Ey hyeong? Bagaimana?"

Chanyeol sedikit tersenyum, tersipu saat membayangkannya kembali. Sejujurnya ia tak tahu bagaimana perasaan Yoona, apakah ia menyukainya atau tidak. Tapi, dari bagaimana gadis itu tersenyum, tertawa atas lelucon konyolnya, dan menghabiskan makanan mereka dengan lahap, atau saat melambaikan tangannya dengan lembut setelah ia mengantarkan gadis itu kerumahnya...

"Entahlah, tapi kurasa ia sedikit menyukainya?"

°°°

Suasana di kafe itu tenang. Alunan musik yang sengaja dinyalakan dengan volume rendah membuat atmosfir disana tak jadi terlalu canggung. Hanya beberapa orang yang datang, sibuk berbincang atau sekedar membuka laptop dan mengerjakan banyak hal yang sulit dipahami. Tugas-tugas tentunya. Suasana tepat yang dibangun diantara jalanan padat Seoul.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now