"tiga belas"

381 50 28
                                    


  "Ia tak masuk lagi?"

  Jihoon menggaruk kepalanya sendiri yang tak gatal, pagi ini Chanyeol mengajaknya bertemu di lorong gedung fakultasnya untuk bertanya tentang keadaan Yoona. Dari yang didengarnya, gadis itu telah melewatkan kuliahnya selama dua minggu dan melalaikan beberapa tugasnya di beberapa mata kuliah.

  "Sebenarnya, ia datang tiga hari lalu. Tapi setelahnya tak ada kabar lagi"

  "Ponselnya juga tak bisa kuhubungi" Chanyeol mengernyitkan dahinya. Jujur saja, pria itu tengah khawatir pada keadaan Yoona. Padahal, terakhir kali dilihatnya gadis itu masih baik-baik saja.

  "Ia bilang sakit hyeong, aku juga khawatir apa ia baik-baik saja?"

  "Sakit apa?"

  Jihoon mengangkat bahunya dengan wajah memelas. Ia sudah bertanya perihal itu pada Yoona yang selalu tak dijawab gadis itu ketika mereka bertemu beberapa hari lalu. Seolah Yoona tengah berusaha merahasiakan sesuatu darinya.

  "Aku juga merasakan hal aneh. Kau tahu hyeong, sebelum benar-benar hilang ia jadi lebih sering melamun dan tak fokus"

  "Semoga ia tak kenapa-kenapa"

  Chanyeol menipiskan bibirnya. Entah apa yang terjadi pada gadis itu sekarang, apakah ia baik-baik saja atau tidak. Ia sudah mencoba mendatangi tempat terakhir saat ia mengantarkan Yoona pulang malam itu, tapi sialnya rumah gadis itu berada didalam kawasan jalanan yang sempit dan tak diketahuinya. Ia hanya mengingat pertigaan jalan dimana Yoona berpisah dengannya terakhir.

   "Bisakah kau menghubungiku jika ia kembali?"

  Jihoon sontak mengangguk yang dibalas Chanyeol dengan senyum canggung. Pria bertubuh tinggi itu kemudian pamit dan meninggalkan Jihoon disana. Berjalan keluar dengan sedikit gontai karena tak menemukan titik terang apapun mengenai keberadaan Yoona.

°°°

  Mobil hitam itu memasuki area kampus dengan angkuh, melewati jalanannya yang luas dan dipenuhi gerombolan mahasiswa. Menyapu dedaunan yang berguguran dibawah jalanan abu saat decit rodanya melewati aspal lembab itu.

  Yoona sedikit menggigit bibirnya. Ia duduk dibangku penumpang dengan canggung. Pagi ini, sekertaris pribadi Taehyung telah mengantarkannya langsung dan mengawasinya untuk pergi ke kampus. Pria itu duduk dibangku depan tepat disamping sang sopir dengan balutan jas hitam yang hampir tak pernah digantinya.

  Choi Soobin. Lelaki tampan bertubuh tinggi itu masih berfokus pada tab miliknya, menggulir layar dengan raut fokus seolah pekerjaannya sudah menanti bahkan dipagi buta. Taehyung sendiri yang memerintahkannya untuk mengawal gadis itu dan memastikannya untuk pulang setelah mata kuliah usai.

  "Kau gugup?"

  Yoona sedikit menoleh, memandang pria itu yang masih menetapkan netranya pada e-dokumen dibalik layar. Ia belum sempat menjawab saat decitan ban terdengar dengan tenang. Mereka telah sampai didepan gedung fakultas, membuat Soobin lantas menutup tab miliknya. Berjalan keluar untuk membukakan pintu bagi Yoona.

  "Sebaiknya jangan buat masalah. Tuan Kim akan menghabisiku jika itu terjadi"

  Yoona memandang lelaki dihadapannya itu dengan canggung, ia mengangguk tanpa mengatakan apapun.

  "Aku tak akan mengikutimu hingga kedalam. Kau bisa masuk dan selesaikan kuliah dengan nyaman, lalu kembali saat waktunya" Kali ini irisnya menatap wajah Soobin, mendapati pria itu balik memandangnya dengan lamat "Bisakah aku mempercayaimu?"

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now