"dua puluh tujuh"

463 63 96
                                    


  03.56 am

  Nyatanya, hujan benar-benar mendatangi bumi semalaman. Matahari belum terbit, sinar bulan yang temaram jatuh dibawah jendela besar menyentuh lantai dingin di pagi hari. Menunggu hingga subuh tiba nanti.

  Yoona mengerjapkan matanya perlahan saat ia terbangun dari tidurnya, masih terbaring di ranjang dengan sisa-sisa tenaganya. Terbaring tanpa sehelai benang pun dibawah selimut hangatnya. Lalu matanya melihat punggung itu.

  Taehyung duduk di sisi ranjang, memunggunginya.

  Gerak tubuh pria itu tenang, memandang langit subuh dibalik jendela besar dihadapannya. Persis seperti bagaimana Yoona selalu melakukannya dahulu. Yoona bisa mendengarnya, gemericik air di luar rumah masih berkumandang. Lampu dikamar besar itu sengaja dimatikan, seolah membiarkan cahaya bulan di teras langit menjadi satu-satunya penerangan disana.

  Maniknya menatap punggung kokoh Taehyung, lamat.. Diantara cahaya yang samar itu.. Retinanya menajam saat melihat sebuah bekas luka disana. Bekas luka itu dijahit memanjang diantara punggungnya. Oh.. Yoona baru melihat untuk pertama kalinya. Tangannya bergerak perlahan, menyentuhnya.

  "Mm?"

  Taehyung tersadar saat merasakan jemari hangat Yoona menyentuh punggungnya, ia menoleh dan melihat gadis itu sudah terjaga dibelakangnya.

  "Kau sudah bangun?"

  Yoona menatap Taehyung dengan tatapan yang tenang, ia tersenyum tipis sebelum bangkit dari tidurnya dan mendudukkan diri diatas ranjang. Mensejajarkan tubuhnya dengan pria itu.

  "Kenapa tak tidur Taehyung?"

  Taehyung menaikkan alisnya. Merasa tak punya jawaban yang tepat untuk pertanyaan Yoona.

  "Euh.. Aku tak bisa tidur"

  Yoona diam, bahkan tak memprotes jawaban itu. Seolah membiarkan Taehyung memberikannya jawaban apapun yang ia inginkan.

   "Aku tak tahu kau punya luka di tubuhmu.." Yoona membuka pembicaraan setelah mereka tenggelam dalam keheningan. Taehyung tampak tak terkejut atas pertanyaan itu. Ia hanya menatap Yoona dengan tenang, tetapi kemudian maniknya beralih ke jendela besar itu kembali.

  "Aku mendapatkannya dari ibuku lima belas tahun lalu. Upaya untuk hidup seperti keinginannya.. Kupikir luka ini akan hilang dengan sendirinya, tetapi ia justru menyatu dengan tubuhku"

  Yoona mengerjapkan netranya dengan hati tercekat. Bagaimana bisa seorang ibu memberikan luka seperti itu pada anaknya sendiri? Tiba-tiba pikirannya melayang dan ia teringat seluruh ucapan Jimin tentang bagaimana Taehyung menjalani kehidupannya selama ini. Hidup bagaikan mesin pencetak uang tanpa perasaan.

  "Untuk menjadi putra yang sempurna Yoona" Hatinya sesak saat mengatakannya, tetapi senyuman itu dipaksakan keluar "Untuk menjadi putra yang sempurna"

   Yoona diam. Ini adalah pertama kalinya Taehyung membicarakan sesuatu tentang dirinya sendiri. Sesuatu yang sangat ingin diketahuinya, tetapi pria itu tak memiliki banyak kebahagiaan untuk diceritakan. Justru, semuanya terasa gelap. Tangan Yoona bergerak menyentuh luka diantara punggung Taehyung, menyentuhnya dengan cara yang paling lembut seolah itu adalah benda yang rapuh.

  Taehyung bisa merasakan usapan penuh perhatian Yoona dipunggung telanjangnya dan senyuman di wajahnya semakin membuat perasaannya sesak.

  "Kau juga manusia Taehyung.." Yoona menatap pria itu teduh "Tak perlu menjadi sempurna.."

  Dan, Taehyung merasakan pertahanannya runtuh saat itu juga. Nafasnya tertahan dan pandangannya memanas. Air mata diujung kelopak matanya telah menunjukkan dirinya, untuk pertama kali setelah kehidupan yang panjang. Semuanya hanya karena ucapan milik gadis itu.

Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang