Part 11 - Loser

Mulai dari awal
                                    

Cloudy kembali ke tempat duduknya tadi.

Nicho angkat bicara "Kita temenan dari kecil, awalnya kita sering ketemu karena bisnis orangtua kita, tapi lama kelamaan kita berempat jadi sahabatan. Sekarang kita jarang ketemu karena kesibukan masing-masing, apalagi sekarang Ben kuliah di luar negeri."

"Ohh.. kirain kalian berempat mau bikin boyband. Hehehe." Ujar Aubrey dengan leluconnya yang tidak lucu itu.

Cloudy lagi-lagi menghela nafas.

Ya Tuhan. Kenapa punya temen jayus amat.

"Ben udah kuliah? Kirain masih seumuran." Timpal Cloudy.

"Muka boleh baby face, tapi umur udah tua. Hahaha." Ucap Kevin yang diikuti tawa oleh yang lain.

Aubrey berkata dalam hati. Ih kok nggak ada yang ketawa sama lawakan gue tadi sih?

Hari sudah semakin sore, mereka memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan. Karena malam nanti mereka akan bertemu kembali di acara perayaan ulang tahun Adrian.

-----

"Aku punya sesuatu buat Kakak, tapi Kakak bisa nunduk sedikit, nggak?"

Degup jantung Adrian semakin tak karuan, begitu juga dengan pikirannya. Tanpa bertanya macam-macam ia menuruti permintaan Devina itu.

Matanya seakan melekat pada tatapan Devina. Sementara gadis itu hanya tersenyum kepadanya.

Jangan bilang dia mau nyium gue disini...

Devina mencondongkan tubuhnya.

Oh damn!

Tubuh Devina mendekat ke arah Adrian. Semakin dekat hingga hanya berjarak beberapa senti, dan lebih dekat lagi.

Devina memiringkan kepalanya. Lalu ia sedikit meraba leher jenjang Adrian yang seketika langsung membuat Adrian berkeringat dingin.

Selang beberapa detik, Devina menjauhkan tubuhnya. "Tadaaa~"

Adrian melihat sesuatu menjuntai di lehernya.

Sebuah kalung.

Fiuuuhhh

Adrian sudah bernafas lega sekarang. Apa yang dipikirkannya ternyata salah.

Di kalung itu terdapat liontin bulat kecil.

"Buka deh ka." Pinta Devina agar Adrian membuka liontin itu.

Setelah liontin itu terbuka, mata Adrian langsung berkaca-kaca. Liontin itu berisi foto Adrian dan Ibunya.

"Kok lo.. bisa.." seketika Adrian menjadi speechless.

Devina menyengir lebar. "Hehehe. Waktu aku ke kamar Kak Adri terus liat foto kak Adri sama ibu Kak Adri, diem-diem aku foto pake handphone-ku. Maaf ya Kak Adri."

Adrian terkekeh. "Iya, nggak apa-apa kok. Makasih ya." Kemudian ia mengelus kepala Devina.

"Sama-sama, Kak. Gimana? Suka nggak, Kak?" tanya Devina.

Adrian tersenyum dengan sangat tulus. "Suka banget."

-----

Malam ini adalah malam yang bersejarah bagi Adrian, karena untuk pertama kalinya ia merayakan ulang tahunnya secara besar-besaran. Ulang tahunnya dirayakan di sebuah ballroom termegah di Bali. Sejak tadi ia sibuk berbincang-bincang dengan semua rekan kerja Ayahnya yang datang di acara ulang tahunnya, bahkan ia belum sempat menyapa teman-temannya yang juga hadir.

Setelah selesai menyapa semua rekan kerja Ayahnya, kini Adrian bisa bersantai sejenak. Ia mengambil minuman disebuah meja besar yang terletak di tengah-tengah ballroom.

Only One [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang