29

1.1K 92 2
                                    

Hubungan antara Mark dan Haechan semakin membaik, bahkan kedua orang tua mereka juga tahu akan hal tersebut.

Jaemin yang notabenenya juga menyukai Mark juga tahu kalau ternyata kakaknya dan juga orang yang dia sukai itu begitu dekat.

Jaemin sekarang memilih untuk diam saja dan tidak dekat maupun menjauh dari Haechan. Dia bersikap acuh tak acuh.

Kadang Jaemin memilih untuk selalu bersama Jeno daripada harus selalu berada di dekat Haechan. Rasanya dia ingin marah, tetapi dia juga tak punya hak untuk memarahi kakaknya itu.

Jadi, jalan satu-satunya yang dilakukan oleh Jaemin adalah berpura-pura sibuk dan selalu merepotkan Jeno pastinya.

Tapi, kedekatan Jaemin dan Jeno yang sekarang sudah membuahkan sedikit hasil juga. Yang awalnya mereka berdua saling cuek atau bahkan melakukan Friends with benefit, kali ini mereka berdua saling melengkapi satu sama lain untuk memahami saudara mereka masing-masing.

Jeno sadar kalau sikap cuek Mark selama ini dia lakukan hanya untuk mengetes seberapa besar perjuangan Haechan kepadanya untuk mendapatkan cintanya. Padahal dari awal, pria itu lebih memilih Haechan daripada pria submisif atau bahkan wanita seksi manapun.

Sama seperti saat ini, saking cintanya pemuda beralis camar itu pada Haechan, dia bahkan rela flight dari China ke Swiss.

"Kamu emang rada-rada banget, Mark. Mentang-mentang kamu asalnya dari keluarga kaya, seenak jidat kamu terbang sana-sini buat ketemu sama aku. Mentang-mentang ayahmu penanam saham donatur tertinggi di universitas mu," keluh Haechan.

Mark tak merespon.

Mark mengangkat tangan kanan Haechan, lalu mengarahkan telapak tangan kesayangannya itu untuk mengelus rambutnya.

Haechan tersenyum kecil dan mulai mengelus lembut rambut Mark yang memiliki aroma mint yang menyegarkan.

"Rasanya Echan masih nggak percaya kalau Mark sengaja cuek dan bersikap enggak peduli sama Echan cuma buat tes kalau Echan suka sama Mark apa enggak," jujur Haechan.

"Echan yakin kalau bukan cuma itu yang jadi alasan Mark cuek dan gak perduli sama perjuangan Echan," lanjutnya.

Mark yang tengah membaringkan kepalanya di atas paha Haechan, langsung saja dia menatap si manis dengan tatapan kagumnya.

"Pasti ada alasan lain di balik itu, kan?" tanya Haechan.

Mark berdeham.

"Gue hancur dan gue merasa diasingkan sama keluarga gue sendiri. Gue tinggal di Beijing dan hidup mandiri. Pergaulan bebas udah jadi makanan gue sehari-hari, sampai-sampai waktu itu gue kena kasus kalau gue ngehamilin salah satu anak dosen gue."

"Gue marah dan gue nggak terima. Gue emang suka ONS. Tapi, gue juga tahu buat nggak keluarin sperma gue di dalam. I always use safety."

"Gue bingung dan linglung, gue harus buat apa biar penyakit anxiety gue hilang. Dan cara bodoh itu yang jadi jawabannya."

"Lo pergi benar-benar bikin gue terpukul, Chan. I know that at that time we were not yet ten years old. Tapi, gue emang langsung kena anxiety satu minggu setelah lo pergi."

"Sialnya, gak lama lo pergi, Jeno lahir. Dan gue benar-benar benci kalau gue di nomor duakan."

"Mama papa waktu itu janji kalau mereka bakalan terus nomor satuin gue dan nggak akan ngebeda-bedain gue sama Jeno. Sialnya, mereka ingkar janji."

"Berkali-kali gue berharap agar ada orang yang bisa bikin gue percaya. Sayangnya, setiap kepercayaan yang gue taruh buat orang itu selalu aja dikhianati."

"Hingga pada waktunya gue cuma percaya sama dua orang aja, Sungchan sama Jisung. Mereka benar-benar bisa dipercaya."

"Bahkan lo termasuk salah satu orang yang enggak gue percaya, sampai gue yakin kalau ternyata emang lo bisa dipercayai."

"Gue nggak percaya sama lo karena lo yang jadi pemicu anxiety di tubuh gue."

Haechan langsung berkaca-kaca saat mendengarkan penjelasan Mark.

"Maaf..." lirih Haechan.

Mark tersenyum tipis sambil perlahan mengusap pipi manis milik Haechan.

"Tolong jangan pernah khianati gue sama kayak yang lainnnya. Lo ... Lo orang yang paling gue percaya saat ini, Chan..." lirih Mark.

- 🏛️🏛️🏛️ -

Lost Contact | MarkHyuckWhere stories live. Discover now