15

1.1K 94 6
                                    

Swiss, 01:23 PM

Haechan berjalan bersama Zarae di koridor Universitas mereka.

“Semoga hari ini gue lolos tes, Tuhan,” batin Haechan penuh harap.

“Kayaknya, lo mau banget buat lolos di tes ini,” ucap Zarae yang sedaritadi memperhatikan Haechan.

“Ck! Kan emang tujuan gue buat lolos dalam tes ini dan bisa menang lomba se Universitas nanti di Amerika!” jawab Haechan antusias.

“Iya deh yang mau lolos buat lomba di Amerika nanti," malas Zarae mengejek.

“Zarae!” panggil seseorang dari belakang.

Zarae yang dipanggil langsung menolehkan kepalanya.

“Jeno,” gumam Zarae pelan.

Jeno berjalan menghampiri Zarae.

“Lo jangan macam-macam sama Haechan!” ucap Jeno saat dia sudah berdiri tepat di depan Zarae.

“Lo dapat pemikiran itu darimana?” tanya Zarae dengan nada santai.

Zarae mengangkat bahunya acuh, lalu berjalan menjauhi Jeno. Jeno mengepalkan tangannya lalu mempercepat langkahnya untuk mendekati Zarae.

Jeno menarik kerah baju Zarae dengan kasar.

Sorot mata Zarae langsung menatap tajam ke arah Jeno yang berani menarik kerah bajunya. Sedangkan Jeno yang ditatap hanya menatap Zarae dengan sorot mata santai dan tenang.

“Lo mau ngajak ribut kah?” tanya Zarae geram.

Jeno tersenyum sinis, lalu melipat kedua tangannya di depan dada sambil sedikit memiringkan kepalanya.

“Ck! Gak guna gue lawan pengecut kayak lo," ucap Jeno tenang.

Jeno memperbaiki posisinya, lalu tangannya bergerak merapikan kerah baju Zarae. Dengan kasar Zarae menepis tangan Jeno dari kerah bajunya.

“Lo jangan pernah macam-macam sama Jaemin apalagi sama Haechan!” ucap Jeno memperingati.

Zarae menatap remeh Jeno, lalu mengeluarkan senyuman manisnya.

“Gue gak ada mau macam-macam sama bocah kayak gitu,” jawab Zarae.

“Lo mampus di tangan gue kalau lo apa-apain mereka berdua!” peringat Jeno lalu pergi.

•••••

Swiss, 3:23 PM

Haechan dan Zarae keluar dari ruang guru dengan membawa sebuah amplop coklat ditangan mereka masing-masing.

“Aaaaaaa! Demi apapun, gue bahagia banget bisa lolos tes dan ikut lomba di Amerika nanti!" seru Haechan dengan senang sambil mengangkat amplop coklatnya dengan senang.

“Segitu senangnya?” tanya Zarae.

“Iya lah!” jawab Haechan.

“Apa tujuan lo buat ke Amerika dengan semangat?” tanya Zarae.

“Pasti mau menang lah, apalagi kita wakili Universitas dan negara kita!” jawab Haechan.

“Ada alasan lain?” tanya Zarae.

“Pastinya!” jawab Haechan dan berhasil membuat Zarae terdiam speechless.

Ponsel Haechan tiba-tiba bergetar disela-sela pembicaraannya dengan Zarae.

“Gue angkat telfon dulu,” ucap Haechan dan Zarae menganggukkan kepalanya.

“Mommy?” tanya Haechan dalam hatinya lalu mengangkat telfon dari sang ibu.

Lost Contact | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang