18

1K 96 7
                                    

📍AMERIKA, 06:25 AM

Seperti biasanya, Haechan dan Zarae berjalan bersama menuju aula karena dosen pembimbing sudah menunggu mereka berdua di dalam aula terlebih dahulu.

“Nanti pas lomba, lo jangan nggak fokus lagi!” seru Zarae dengan begitu kesal.

“Hahaha! Maaf kalau kemarin gue sempat nggak fokus pas lombanya,“ ucap Haechan lalu memasang ekspresi sedihnya.

Zarae hanya tertawa terbahak-bahak, lalu mengacak-acak pelan rambut Haechan.

“Hahaha! Awalnya gue kemarin punya niat buat marahin lo pas selesai kompetisi kita kemarin. Tapi, karena lo jawab pertanyaan lebih banyak dari gue, jadi gue maklumin lah,” jelas Zarae sambil terkekeh kecil.

“Ingat yah, Ae. Nanti kita harus menang loh, soalnya udah babak kedua!” seru Haechan dengan nada yang sedikit berat karena menahan tawanya.

“Hahaha! Gue mah bisa berusaha, Chan! Gak tahu kalau gue bakalan menang atau nggak, soalnya otak lawan kita gak tahu!” jawab Zarae dengan sedikit antusias.

Haechan hanya tersenyum, lalu berjalan masuk ke aula lebih dahulu dan diikuti Zarae di belakangnya. Langkah kaki Haechan dan juga Zarae kini bergerak dan berjalan untuk duduk di samping sang dosen pembimbing.

“Hari ini jadwalnya gimana, Bu?” tanya Haechan.

“Hari ini seleksi gelombang pertama dan gelombang kedua Universitas sesi pertama,” jawab sang dosen.

“Hari ini seleksi pemilihan dua universitas pemenang urutan pertama dan kedua yang akan maju ke babak selanjutnya,” lanjutnya.

“Jadi, nanti cari satu dua antara Harvard, Yonsei, Hanoi sama universitas Thammasat?” tanya Zarae.

Sang dosen mengangguk

“Dan setelah itu, pemenang juara satu dua nanti akan jadi lawan kalian bersama Fudan university,” ucap sang dosen.

Haechan terdiam dan tanpa dia sadari Zarae sedaritadi memperhatikan tingkah lakunya.

“Haechan udah fokus kan, gak kayak saat pertanyaan pertama kemarin?” tanya dosen dan membuat Haechan tersentak kaget.

Haechan tersenyum lembut, lalu menganggukkan kepalanya tanda bahwa dirinya meng-iyakan apa yang ditanyakan sang dosen.

“Kalian berdua harus menang karena beberapa langkah lagi kalian akan menjadi pemenangnya!" seru ibu dosen pembimbing dengan nada antusias untuk menyemangati Haechan dan juga Zarae.

Sang dosen merentangkan tangannya dan langsung dipeluk oleh Haechan dan juga Zarae. Ya, bagi kalian mereka bertiga itu layaknya seperti keluarga karena kasih sayang mereka bertiga, tetapi dosen tetap dosen dan murid tetap murid bukan? Jadi, apa salahnya untuk berpelukan bersama?

Kini seleksi perlombaan antara empat universitas yaitu Harvard, Hanoi, Yonsei dan Thammasat kini sudah dimulai. Perdebatan panas untuk saling merebut jawaban berjalan dengan begitu panas. Haechan memperhatikan perlombaan itu dengan begitu serius dan tenang begitupun dengan Zarae.

“Pertanyaannya lebih susah dari yang kemarin-kemarin,” ucap Zarae sambil mengalihkan sorot matanya untuk memandang Haechan yang ada di sebelah kanannya.

Haechan terlihat fokus untuk memperhatikan lomba yang ada di depannya dan tidak peduli dengan Zarae yang mengajaknya untuk berbicara.

•••

“Wow! Keren banget universitas Hanoi dan universitas Yonsei berhasil ngalahin universitas tuan rumah universitas Harvard! Keren banget!” pekik Haechan dengan begitu kagum setelah perlombaan.

Lost Contact | MarkHyuckWhere stories live. Discover now