Part 19

34 10 3
                                    

Hai guys..
Happy Reading:)
Semoga suka🤞

***

RAVEENA POV

Waww .. gue baru tahu rooftop hotel bisa seindah ini. The Star Hotel ternyata mewakili namanya yang berarti bintang. Hotel ini benar-benar mengusung tema bintang, angkasa, dan benda-benda langit. Gue baru sadar.

The Star Hotel memang udah sering gue dengar dari teman-teman artis yang memiliki pekerjaan di hotel ini. Pertama kalinya gue datang ke sini dan membuktikan kebenaran dari perkataan orang-orang.

Dari lobi hotel, ballroom hotel, lorong-lorong di hotel, toilet, bahkan lift dan terakhir rooftop ini. Semua tempat  yang gue lewati berbau dengan bintang dan luar angkasa.

Gue kira di rooftop ada restoran atau tempat hiburan apa gitu. Ternyata di sini banyak sekali teleskop yang terpasang di berbagai titik rooftop.

Kursi yang di desain menghadap ke langit. Ada mini bar  yang berada di sisi selatan gedung, di sampingnya terdapat rak buku yang sepertinya berisi buku-buku tentang astronomi.

“Ayo .. ” Raksa menggandeng tangan  gue dan berjalan ke arah salah satu teleskop. Gue memperhatikannya yang sedang mengotak-atik teleskop itu. Maksud dia apa sih bawa gue ke sini. Gue tersenyum tipis memperhatikan dia.

“Kamu tahu caranya pakai teleskop?” tanya dia. Gue menggelengkan kepala karena sedikit pun tidak tahu hal-hal seperti itu. Urutan planet saja gue gak tahu.

Saat melihat ke atas yang cuma terlihat hitam polos menandakan kalau tidak ada bintang yang terlihat. “Kayaknya mendung. Gak ada bintang tuh.” Gue menunjukkan ke arah langit. Dia juga melakukan hal yang sama, menghadap ke atas dan melihat ke kanan ke kiri. Mungkin mencari bintang atau benda langit.

Saat gue mengalihkan pandangan ke arah Raksa, melihat detail paras tampan Raksa. Rahang Raksa yang keras dan tegas itu teralihkan dengan luka di sudut bibirnya yang disebabkan oleh Gancar. Rasa bersalah muncul dalam hati gue.

“Luka kamu?” kata gue. “Aku cari P3K dulu.” Saat gue akan beranjak menuju lift. Tangan gue ditahan oleh Raksa.

“Gak usah.” Dia menyodorkan tisu kantong ke arah gue yang entah dia dapat dari mana. “Tolong bersihin.”

Gue menerima tisu itu, membawanya untuk duduk. Dia duduk di depan gue. Gue langsung membersihkan luka itu dengan tisu yang gue pegang. Mata gue fokus ke arah sudut bibirnya, namun gue tahu jika mata dia dengan tajam menatap mata gue.

Sumpah jantung gue gak aman!!!

Setelah beberapa saat gue membersihkan lukanya, tiba-tiba Raksa tersenyum dan berkata, “ada satu bintang yang ingin saya kasih lihat sama kamu, tapi sayang emang malam ini kita gak beruntung. Lain kali saya janji bisa ajak kamu lihat bintang dengan lebih jelas!”

Gue tidak membalas perkataannya karena gue takut untuk  berharap segala hal yang belum mungkin terjadi. Gue hanya mampu meng-aamiin-kan hal itu.

“Kamu mau?” tanya Raksa.

“Jangan janji.  Aku gak mau menerima janji dari siapapun, karena bagiku manusia itu tidak bisa dipercaya.” Gue menatap matanya. “Mereka akan pergi ketika menemukan kebahagiaan yang baru atau mungkin mereka akan menyerah dengan takdir dan meninggalkan orang-orang yang menyayangi mereka.” Kata gue lantur. Teringat dengan keputusan tidak adil dari kedua orang tua gue. Mata gue memanas. Tahan Veen, jangan nangis depan dia.

Terjadi keheningan beberapa saat, Raksa terdiam mungkin menyerapi segala perkataan gue, lalu dia berkata, “terkadang kita sebagai manusia jika terjebak dalam kegelapan bukannya bangkit justru makin tenggelam padahal kalau kita mau berusaha pasti ada setitik harapan yang akan membuat kita bangkit.”

Querencia Where stories live. Discover now