Bab 17

31 10 5
                                    

Hai guys
Happy reading :)

***

Beberapa hari telah berlalu. Akan tetapi semakin tidak ingin dipikirkan justru pikiran itu selalu membayangi kita. Itupun yang dirasakan Raveena saat ini.

Raveena tidak tahu kenapa, pikirannya seolah-olah liar tanpa dia sendiri bisa mengendalikan. Raksa. Ya .. nama itu yang setiap saat, bahkan setiap Raveena akan tidur pasti terlintas saja untuk dipikirkan.

Sejak pesan terakhir Raveena yang ketus membalas pesan dari Raksa, laki-laki itu seolah-olah hilang di telan bumi. Apa ini cuma rasa bersalah? Atau gue bener-bener tertarik pada Raksa? Arghhh .. Gak mungkin!!!

Banyak kegiatan, latihan vocal, olahraga, foto produk endores, job nyanyi, meeting, live Instagram, fotoshoot, bahkan Raveena sempat manggung di Bali satu hari, namun bentuk wajah Raksa, setiap kata yang keluar dari mulutnya itu yang Raveena selalu ingat.

Dan saat ini, rasa penasaran itu semakin membesar. Besok malam adalah hari lounching produk Arsiliya Skincare and Bodycare dan sore ini Raveena serta tim sedang mempersiapkan persiapan terakhir dengan mengikuti perintah Mbak Rara, selaku penanggung jawab konsep acara lounching besok malam.

Tetapi yang Raveena takutkan bukan bentakan Mbak Rara yang mengarah ke semua orang yang 'lemot' dalam bekerja. Tapi karena Raveena takut jika Raksa tiba-tiba datang. Kalau dia tiba-tiba datang gimana? Gue harus apa!!

Sebuah benda dingin mengenai pipiku. Semua lamunan Raveena buyar. Dan Dimas dibalik kejadian ini. Dia memberikan air mineral dingin. “Beb, kenapa lo? Gak fokus gitu?”

“Gak apa-apa.” Jawab Raveena jutek, karena sudah merasa sangat malas dengan situasi ini.

“Halahh .. gue tahu lo ya .. beb. Gak ada kamus gak apa-apa dalam hidup lo. Sini cerita? Bos ganteng ya?” Kata Dimas dengan gaya gemulainya dan tebakannya tepat mengenai sasaran. Raveena langsung memelototkan matanya dan menatap Dimas dengan tajam. “Tuh kan bener!!”

“Siapa juga yang mikirin Raksa!” Jawab Raveena sepontan.

“Lhoo .. eikee gak bilang Pak Raksa yee ..” Alibi Dimas dengan mukanya yang jahil. Kena lu. Batin Dimas.

“Tahu ah ..” Karena merasa terpojokan Raveena pergi meninggalkan Dimas yang sedang berada di atas awan. Terdengar suara tawa Dimas yang mengelegar mengisi rung. Dimas anjing!!!

Saat akan mencari keberadaan Dewi, Raveena dikejutkan oleh Sapaan dari Pak Rusli, Manajer Pemasaran.

“Sore Raveena. Ketemu lagi kita.” Sapa Pak Rusli dengan senyum lima jarinya. Pak Rusli mengulurkan tangannya. Dan secara spontan Raveena membalas hal tersebut.

“Iya pak. Gimana kabarnya pak?” tanya Raveena dengan kikuk.

“Yoo .. alhamdulilah baik. Kamu gimana?” balik tanya Pak Rusli dengan logat Jawa andalannya.

“Baik juga pak.”

“Udah cek sound?” tanya Pak Rusli.

“Belum pak. Belum di panggil nih. Ini juga lagi nunggu.” Jawab Raveena. Kemana sih Dewi?

“Gak apa-apa. Bintangnya emang dilamain keluarnya.” Ucap nyeleneh Pak Rusli yang hanya mendapat senyum tipis dari Raveena. “Kamu itu punya suara bagus banget. Pas, unik, padat banget. Kamu bawa lagunya juga pakai teknik dan hati. Itu yang saya suka.” Tambah Pak Rusli dengan berbinar-binar.

“Terima kasih pak, atas apresiasinya. Saya sangat senang.” Raveena sangat senang mendengar pujian itu dari kliennya.

“Apalagi Pak Raksa. Beliau suka banget suara kamu.” Kata Pak Rusli yang auto membuat Raveena overthinking. Astaga kenapa dia lagi yang disebut sih.

Querencia Where stories live. Discover now