Bab 16

36 11 2
                                    

Hai guys

Support tulisan ini dengan vote dan comment ya ..

Happy reading :)

***

Semalam adalah waktu yang Raksa dan Raveena lewati dengan begitu indah, mungkin bagi Raksa. Dia bekerja tapi bibirnya tetap tertarik ke atas, tidak peduli Raveena sudah tertidur, justru itu adalah hal yang lucu. Hahaha .. ternyata Raveena tidak sadar ketika sedikit membuka mulutnya saat tidur. Namun Raksa menilai itu sebagai bonus bukan kekurangan.

Saya benar-benar jatuh sama dia.

Raksa mengingat kembali pertemuan pertama mereka, hanya dengan mendengar suara indah Raveena, dia jadi sangat penasaran. Dan takdir membawa Raksa menjalin kontrak kerja sama dengan Raveena. Apa mungkin itu yang dinamakan jodoh? Atau kebetulan saja? Tapi kata Khadijah dalam film Merindu Cahaya de Amstel, tidak ada yang kebetulan di dunia ini karena Allah telah mengatur segalanya. Raksa tersenyum  tipis memikirkan hal itu.

Walaupun Raksa hanya tidur 4 jam kurang, tapi matanya pagi ini sama sekali mudah terbangun. Efeknya bisa sedasyhat ini ya .. gila. Raksa bangun tidur, menuju bathroom dan menjalankan rutinitas mandi paginya. Saat ini dia sedang ada di apartemen bukan di rumahnya.  

Selesai mandi dan berganti pakaian kerja, saat itu Raksa melihat satu koper telah berada di samping pintu kamarnya, Raksa teringat jika pagi ini dia harus take off ke Melbourne. Raksa menghela nafasnya, baru saja semalam dia melepas penat. Kenapa justru pagi ini harus terbang ke Benua Kangguru. Tapi Raksa tahu, jadwal ini tidak bisa di reschedule atau bahkan di cancel.

Raksa harus membuat kesepakatan dengan salah satu perusahaan di Melbourne agar akses ekspor dan distribusi beberapa produk makanan ke kota-kota  yang ada di Australia berjalan lancar.

Sial.

Raksa ingat! Dua hari dari sekarang final pemotretan atau pemotretan terakhir Raveena untuk skincare mereka selesai. Raksa jelas-jelas tidak dapat memantau hal itu, dan yang paling utama dia tidak bisa bertemu dengan Raveena selama seminggu.

Sial.

Raksa mengecek handphone, membaca ulang email yang di kirim sekretarisnya mengenai jadwal dia selama seminggu. Raksa mengerutkan matanya, seperti tidak menyangka akan kegiatannya selama seminggu itu. Padahal dalam Sistem Operasional Perusahaan Raksa jadwal pemimpin perusahaan sudah diajukan seminggu sebelumnya untuk bisa disesuaikan dengan jadwal pribadinya.

Kenapa justru sekarang merasa tidak terima, padahal Raksa yang menyetujui jadwal ini. Ahh .. empat hari di Aussie lanjut terbang ke Bali satu hari full di sana kemudian terbang lagi ke Surabaya dua hari dua malam. Kenapa jadi pengen ambil cuti!!! Sial.

Raksa tidak bisa egois untuk meminta Intan  merobak jadwalnya hanya untuk mendekati Raveena. Dia harus profesional.

Di lain sisi, saat Raveena terbangun dan melihat handphone ada di samping bantal, merasa terheran-heran, karena bukan kebiasaannya seperti ini. Raveena selalu meletakkan handphone sebelum tidur di atas meja nakas.

Bentar-Bentar .. yang tenang Veen. Lo semalam sleep call sama Pak Raksa ehh .. Mas Raksa. Gue gak mimpikan semalam. Gila. Maksudnya apa? Kenapa gue mauu .. aaaa .. malu gue.

Raveena mengambil kaca yang ada di meja nakas. Melihat dirinya yang ada di pantulan kaca. Anjirr muka gue. Sambil menyentuh mukanya, meraba-raba. Muka gue cantik gak ya .. semalam. Gue ngorok gak ya. Aduhh .. kenapa gue jadi kek remaja alay .. pakai mau di ajak sleep call segala.

Querencia Where stories live. Discover now