Part 6

50 54 14
                                    

Hai guys
Happy reading :)

***

Author POV

Apartemen Senopati, Jakarta Selatan | 04.45 WIB

Raveena berjalan tergesa-gesa memasuki apartemen. Seingat Raveena, ada jadwal manggung pagi di salah satu acara musik live tv, Zona Musik, Dewi dan Dimas sudah mewanti-wanti Raveena agar bangun pagi. Acara ini juga tidak bisa dibatalkan atau ganti jadwal, karena jelas foto dirinya sudah ada di poster yang tersebar.

Semoga masih ada waktu buat persiapan. Batin Raveena.

Saat memasuki apartemen-nya, Raveena di suguhi dengan pemandangan Dimas yang amat sangat cemas dan terlihat kedua tanduknya.

“Lo dari mana aja sih? Gue telepon gak di angkat. Katanya di rumah Mbak Alfi tapi gue telepon orang-nya, dia bilang lo udah pulang dari tadi malam. Pak Rahmat juga bilang, dia gak jemput Lo. Lo kemana aja?”

Sorry beb. Gue tadi ada masalah gitu. Jadi ya ... gitu. Nanti gue jelasin. Sekarang kita siap-siap dulu.” Kata Raveena, dia bingung harus menjelaskan seperti apa ke Raveena.

“Siap-siap di mobil aja. Kita udah harus stand by di lokasi jam setengah tujuh. Dan ini udah jam lima Ya Rabb ... Pengen gue kulitin lo. Lo tahu acaranya di Tangerang kan? Dan lo tahu seberapa macetnya Jakarta RAVEENA.” Ucap Dimas mondar-mandir mencari sesuatu. Terlihat jelas raut kesal Dimas ke Raveena tapi wajar saja sih. Pasti Dimas mendapat tekanan dari Dewi.

Raveena tidak berniat membalas ucapan Dimas karena pasti akan panjang urusannya dan mereka tidak akan pergi-pergi nanti.

“Nah. Ketemu.” Ucap Dimas. Oh cari kunci mobil.

Sambil menarik tangan Raveena dan koper yang pasti isinya baju-baju untuk syuting hari ini. “Nanti lo make up sendiri. Gue yang nyetir. Jangan banyak alasan.”

“Kapan gue beralasan? Lo ngomong terus sih.”

“Ya udah lo diem aja. Nurut gue.”

“Iye Pak Dimas.”

Raveena sebenarnya paling suka jika melihat Dimas mode marah bin serius begini. Kenapa? Karena jiwa kelakian Dimas akan lebih dominan. Ahh ... Dimas. Raveena tahu alasan Dimas mengambil pekerjaan ini dan mengubah jati dirinya. Pasti berat buat kamu dim.

Raveena pasrah di tarik Dimas menuju parkiran.

Saat sudah di dalam mobil, Dimas mengemudi mobilnya dengan benar-benar cepat. Walaupun jalan-jalan masih lenggang tapi dia yakin kalau tidak segara pasti mereka kena macet.

“Kalau lo ngebut gini, make up gue jadi jelek, Dim.” Ucap Raveena.

“Yang penting make up dulu. Nanti sampai lokasi gue benerin.” Balas Dimas, bersamaan dengan nada dering ponselnya.

“Halo Mbak.” Jawab Dimas. Pasti Dewi.

“....”

“Udah Mbak. Sekarang lagi on the way.

“....”

Querencia Onde as histórias ganham vida. Descobre agora