Part 15

58 16 4
                                    

Hai guys
Happy reading :)

***

Saat ini Dimas tengah berusaha melupakan pikiran-pikiran negatifnya tentang dua orang anak Adam ini yang sepertinya sedang ada sesuatu. Ada hal yang lebih penting yang harus Dimas lakukan, yaitu merawat kaki Raveena.

Dari lima menit yang lalu Dimas sedang mengurut kaki Raveena menggunakan tangan lentiknya itu, mengabaikan laki-laki dewasa, ganteng, apalagi karismatik yang terus menatapnya, eh .. bukan. Menatap perempuan gila di depannya ini, yang sepertinya tengah berakting sakit, pikir Dimas.

“Pelan-pelan beb!!”

“Ini juga udah pelan, makanya tahan napa!” Balas Dimas tak kalah ketus.

“Aw .. pelannnn dimm!” Ucap Raveena meringis menahan sakit. Terlihat Dimas menyudahi acara pijat dadakannya ini.

“Coba gerakin! Masih sakit?”

Raveena menuruti perkataan Dimas dan mulai mengerakkan pergelangan kakinya dengan pelan, makin lama dia tambah kecepatan. Dan ajaib!!

“Hebat lo beb, udah lumayan mendingan gini. Bakat juga lo.” Ucap Raveena terlihat bangga dan mengapresiasi kinerja Dimas yang satu ini.

“Baru tahu?!” Ucap Dimas ponggah, mata menatap Raksa yang berada di samping kirinya hampir di belakangnya, Raksa justru menatap balik Dimas.

“Bapak masih di sini? Gak pulang. Lagi gabut ya ..?!” Ucap Dimas ketus terhadap Raksa. Sedangkan yang di kasarin hanya menaikan salah satu alisnya..

Beb! Dia sama aja bos lo, yang sopan!” kata Raveena berusaha menenangkan Dimas. Dimas memang akan seperti ini jika ada laki-laki yang mendekatinya, dia benar-benar menggantikan sosok kakak laki-lakinya yang seharusnya melindung adik Raveena. Dan itu Raveena dapatkan dari Dimas bukan kakak kandungnya sendiri. Mengingat hal itu, Raveena jadi sedih!

“Saya akan pulang setelah memastikan keadaan Raveena benar-benar baik!” Ucap Raksa tegas dan terlihat berwibawa. Mendengar cara Raksa berbicara sebenarnya membuat Dimas insecure, namun hal itu di tepis demi bisa menjaga Raveena. Gak perlu lakik kalau mau lawan ini orang. Batin Dimas.

“Memang lo siapanya Veena hah?!!” skakmat Dimas.

“Saya rasa Anda sudah tahu.”

“Gak usah sok formal itu. Jijik gue.” Ucap Dimas mengomentari cara bicara Raksa. Raksa memang akan berbicara formal ketika dalam berkerja dan bertemu orang baru.

“Mas Raksa .. eh ..” Ucap Raveena keceplosan. Dimas belum tahu cara dia memanggil Raksa dan itu membuat pandangan Dimas fokus ke Raveena keheranan.

“Maksudnya Pak Raksa pulang aja, kaki aku udah gak terlalu sakit.” Raveena berusaha berkata dengan halus agar Raksa mudah untuk keluar dari apartemennya.

“Bener?”

Raveena hanya menganggukkan kepala. Sumpah!! Dimas seperti nyamuk di sini. Raksa pun tanpa berargumen dengan Dimas dia langsung pergi dari apartemen Raveena.

Saat pintu telah dipastikan Dimas tertutup rapat. Dia langsung berlari menghampiri Raveena dengan segala pertanyaan yang ada di kepalanya.

“Jujur sama gue!! Lo ada hubungan apa sama cowok tengil itu? Songong bener mentang-mentang direktur!!”

“Dia emang direktur dim.”

“Gak usah belain dia deh lo. Mentang-mentang udah jadi pacarnya aja!!!” Sewot Dimas yang membuat Raveena geram sendiri.

Querencia Where stories live. Discover now