Bab 8

53 50 16
                                    

Hai guys
Happy reading :)

***

Putra Abadi Tower, Jakarta Pusat | 14.15 WIB

Intan membawa mereka menaiki lift di lantai 30. Putra Abadi Tower memiliki keseluruhan lantai 35, beberapa lantai ada yang disewakan, selebihnya digunakan untuk operasional bisnis PT Makmur Putra Abadi.

Di lantai 30 hanya ada tiga pintu, sekilas Intan memberi tahu bahwa dua pintu besar itu ruang meeting untuk kapasitas besar dan yang satunya adalah pintu ruangan Raksa, serta pintu toilet yang ada di ujung.

Pasti pemandangannya bagus di lantai ini.

Di depan pintu ruangan Raksa terdapat dua meja kerja yang Raveena yakini adalah milik intan dan yang satunya Raveena tidak tahu.

Intan meminta izin untuk masuk dengan mengetuk pintu.

"Masuk!!" mereka berdua lantas masuk.

Raksa mendongak, melihat kedatangan Raveena dengan sekretaris lalu berkata, "Terima Kasih Intan. Kamu boleh keluar!"

"Gak di sini aja Pak, Saya." Kata Intan menggoda bosnya.

"Keluar Intan." Raksa berkata dengan sangat lembut namun cukup mencekam.

"Nanti kalau butuh sesuatu pasti ribet."

"Keluar!" Ucap Raksa dengan tajam, Sekretaris ini memang paling pintar jika menguji kesabarannya.

Raveena yang melihat itu sedikit heran tapi tetap dia nikmati. Raut muka Intan sangat menyenangkan.

Setelah Intan keluar, Raksa meminta Raveena untuk duduk di kursi depannya.

"Silahkan duduk."

"Jadi ada perlu apa ya?" Tanya Raveena.

Saat akan menjawab pertanyaan Raveena, percakapan mereka terinterupsi dengan dering telepon.

"Sebentar. Saya angkat."

Raveena menunggu Raksa sambil memperhatikan ruang kerja Raksa yang begitu nyaman, di dominasi warna coklat muda dan tua memberikan kesan pemiliknya yang maskulin dan berkarismatik. Lantai warna putih terkesan bersih, terdapat 3 rak besar dengan lampu LED neon panjang warna kuning buku-buku yang tebal dan beberapa hiasan dinding.

Di belakang meja kerja Raksa terdapat peta dunia yang di sinari lampu warna kuning juga. Set sofa warna abu-abu tua untuk menjamu tamu. Raveena yakin jika dia dibiarkan tidur di sofa itu pasti akan tertidur.

"Raveena?" panggilan Raksa membuat Raveena tersadar dari bayangan akan sofa nyaman itu.

"Iya gimana?"

Terlihat Raksa mengeluarkan sesuatu dari laci meja kerjanya dan memberikan benda pipih itu untuk Raveena.

Raveena yang melihat itu matanya langsung melotot kaget. Itu benda yang dia cari. Handphone-nya. Aaaaa ... Handphone gue.

Raveena terlalu senang dan saat akan mengambil handphone itu tangannya yang lain menyenggol sebuah bingkai foto dari kaca.

Suaranya membuat Raveena dan Raksa kaget. Tiba-tiba rasa takut menguasai Raveena, di figura itu terdapat foto keluarga dengan banyak personil. Apa itu foto keluarga Raksa? Pasti iya!! Bodo banget si lo Veen!!!

"Ah .. maaf Pak. Aku gak sengaja." Ucap Raveena memohon ampun.

Sebelum Raksa menjawab pernyataan Raveena, Raveena terlebih dahulu jongkok dan ingin membersihkan kaca-kaca yang sudah hancur berserakan menyisakan sebuah foto.

Querencia حيث تعيش القصص. اكتشف الآن