Part 4

57 55 14
                                    

Hai guys..
Happy reading :)

***

Pondok Indah, Jakarta Selatan | 21.30 WIB

Suasana ramai dan meriah melingkupi kediaman Bayu dan Alfi. Aroma daging sapi, ayam, sosis mulai menusuk indra penciuman Raveena. Dia ingin sekali makan, tapi sayang sekali kentang goreng sedang di goreng oleh Bi Nung.

Raveena melihat itu, kebahagiaan Alfi, terpancar dengan sangat jelas. Tidak tahu kenapa? Rasanya Raveena ingin menangis. Apa mungkin karena kebahagiaan Alfi, doa-doa Alfi yang terwujud atau mungkin dia ingin menangis karena dia iri dengan kehidupan sahabatnya ini.

Raveena dan Alfi pertama kali bertemu saat SMA. Saat itu Raveena pindah sekolah dan bertemu Alfi, memiliki cerita yang hampir sama, sama-sama di tinggal oleh orang tua, akhirnya Raveena dan Alfi sangat dekat hingga sekarang.

Kenapa orang tua Alfi tidak ada di sini untuk merayakan? karena mereka sudah ada di surga, semoga. Dan kenapa dengan orang tua Raveena? karena dia sendiri bingung daddy-nya ada dimana sekarang, tapi dia selalu berdoa semoga Tuhan menjaga mommy-nya di surga.

Raveena melihat ke atas langit, bintang-bintang sedang banyak di sana, dia mengingat saat Alfi cerita tentang kepergian orang tuanya karena kecelakaan, hidup menjadi yatim piatu, berjuang bertahan hidup dengan neneknya, hingga akhirnya bertemu dengan Bayu. Laki-laki yang sangat bertanggung jawab.

Alfi akan datang ke Raveena ketika dia berantem dengan Bayu terutama saat membahas tentang anak. Mama Indri sangat menginginkan cucu dengan segara, jadi dia sering membuat Alfi tertekan.

Dan kini Tuhan mengabulkan keinginan Alfi. Tuhan sayang Alfi, tapi kenapa Tuhan tidak sayang dia?

Satu tetes air mata terjatuh. Raveena langsung menghapus itu, dia takut suasana hatinya merusak moment ini.

Dengan melihat langit, seolah-olah jarak dia dengan Tuhan hanya sejengkal. Kenapa engkau menciptakan aku hanya untuk seperti ini? Kenapa mereka meninggalkan aku? Apa aku seburuk itu.

“Veena? Kamu nangis?” tanya Alfi saat sadar jika Raveena sedang menangis. Semua mata langsung menatap Raveena. Khawatir. Terutama mata tajam itu yang sudah mengamati dari awal. Raksa.

Sambil mengusap air matanya Raveena berkata, “Ah ... sorry. Gue lagi bayangin peran gue di series terbaru gue. Gue jadi gadis miskin gitu.” Raveena berusaha membuat mereka percaya walaupun dengan berbohong.

“Beneran?” tanya Alfi lagi. Dia seperti punya feeling lain.

“Iya. Udah ahh ... Kentangnya udah matang. Ayo kita makan.”

Seolah-olah ingin mencairkan suasana, Alfi berkata, “Let’s Go ...

Semua orang langsung menyerbu makanan, kecuali Raveena yang memilih menunggu terakhir saja, toh porsinya juga banyak, gak akan kehabisan.

Saat Raveena mengalihkan pandangannya. Dia melihat Raksa yang menatapnya dengan tajam dan ehm .. khawatir mungkin. Seolah-olah berkata, “Kamu kenapa? Sini cerita.”

Raveena menaikkan alisnya tanda bertanya, tapi justru Raksa mengalihkan pandangan dan berdiri untuk mengambil makanan. Cuek. Mikri lo kejauhan Veen!! Gak mungkin dia khawatir.

Querencia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang