Part 2

71 59 15
                                    

Hai guys..
Happy reading :)

***


PT Makmur Putra Abadi | 08.30 WIB

Raveena
Lo dimana? Gue udah ada di MPA Tower.

Ibu Dewi Yang Terhormat
B

entar lagi. Kena macet.

Raveena
Nggak ada alasan macet!

Raveena membalikkan kata-kata Dewi yang kemarin di tunjukan kepadanya. Perasaan Raveena tidak usah digambarkan, puas banget.
Pesannya Cuma di baca. Mati kutu ibu manajer. Hahaha. Suara Batin Raveena senang sekali.

Keren juga ini kantor. Seberapa besar ya...kalau dari detail yang di kasih Dewi sih, termasuk perusahaan besar, tapi kenapa gue gak tahu?!

Selang beberapa menit. Dewi tiba di Putra Abadi Tower dan langsung menghampiri Dewi.

“Veena!” panggil Dewi. Beberapa teman dekat Raveena memanggil dirinya Veena. Termasuk Dewi. Dewi menghampiri Raveena yang sedang duduk di ruang tunggu tamu depan meja resepsionis.

“Lama banget lo. Gue udah persis orang hilang, untung gak ada yang tahu gue.” Kata Raveena sambil membenarkan letak topi yang dia pakai.

“Udah dilanjut nanti marahnya. Udah di tunggu kita.” Ucap Dewi menarik Raveena. Raveena sebal, kalau tahu Dewi telat begini mending tadi suruh temani Dimas aja, daripada sama sopir perusahaannya yang sangat-sangat pendiam sekali.

“Nunggu lo lebih tepatnya.” 
Beberapa menit setelahnya Raveena dan Dewi sudah berada di ruang meeting perusahaan ini, beruntung pemimpinnya juga belum datang. Bisa kena damprat mereka.

Pihak dari Perusahaan Putra Abadi menjelaskan beberapa detail tentang produk skincare yang akan di bintangi oleh Raveena, sekaligus menjelaskan detail-detail tentang kontrak yang akan berjalan selama satu tahun dan juga bayaran yang akan diterima oleh Raveena.

Perusahaan Putra Abadi juga tidak menggunakan jasa periklanan karena perusahaan ini telah memiliki tim tersendiri.

Suara pintu yang di dorong seseorang menyela pembicaraan yang terjadi. Aroma maskulin menyebarkan mengisi ruang meeting ini. Raveena menebak-nebak, parfum apa yang di pakai laki-laki dengan tinggi badan proporsional ini dan wajah yang lumayan tampan.

“Selamat siang. Mohon maaf saya terlambat.” Dengan senyum lima jarinya Raksa menyapa orang-orang yang ada di ruang meeting.

“Perkenalkan saya Raksa. Direktur perusahaan ini.”

“Salam kenal Pak Raksa, saya Dewi selaku manajer Raveena. Senang bertemu dengan Anda.” Dewi berdiri memperkenalkan diri sekaligus menjabat tangan Raksa.

“Raveena Ayunda.”
Raveena ikut berdiri dan menjabat tangan Raksa sebagai unsur kesopanan.

Saat akan melepaskan genggaman tangan itu, Raksa menahan beberapa detik kemudian langsung dia lepaskan. Aneh. Menurut Raveena.

“Langsung saja.” Perintah Raksa.

Pembahasan kemudian dilanjutkan. Raveena menyetujui segala hal yang diputuskan asal tidak melanggar prinsipnya. Raveena sadar dan sangat sadar kalau Raksa beberapa kali melihat dirinya. Apa itu cuma kepercayaan diri Raveena saja? Mungkin Raksa sedang menebak-nebak apakah Raveena brand ambassador yang cocok untuk produk skincare ini. Entahlah.

Tidak terasa rapat sudah selesai. Raveena buru-buru ingin keluar dengan alasan ke toilet.

Raveena sedang menuju toilet untuk membenarkan make up-nya. Tiba-tiba suara dering handphone-nya terdengar.

Nama Alfi tertera di look screen handphone Raveena. Alfianita Lestari, sahabat Raveena dari zaman kuliah pasti menelepon ada maunya. Raveena menekan tombol hijau kemudian masuk ke dalam toilet agar tidak ada yang mengenali dirinya.

“Halo. Ada apa Al, tumben telepon gue. Pasti ada maunya!” langsung Raveena keluarkan tebakannya.

“Tahu aja lo. Hahaha. Kapan jadwal lo free?” Suara di seberang sana menginterupsi, sambil membenarkan make up-nya Raveena menjawab,
“Emang kenapa?”

“Gue mau mengadakan acara syukuran.” Ucap Alfi yang membuat Raveena mengernyitkan dahinya tanda bingung.

“Maksudnya? Suami lo menang tender lagi. Kayaknya gak bisa Al. Jadwal gue padat banget minggu ini, jam istirahat gue aja berkurang.” Kata Raveena. Setahu Raveena Alfi itu hobi banget mengadakan acara di rumahnya, entah itu syukuran, makan-makan, karaoke-an. Raveena sendiri maklum, Alfi itu orangnya ekstrovert gak bisa di suruh diam tapi apa boleh buat suaminya tidak mengizinkan dia untuk lelah bekerja karena sedang program kehamilan.

Sudah satu setengah tahun mereka menikah tapi belum juga di karuniai momongan. Dia sering nangis kalau curhat masalah itu, di tambah tekanan mertuanya.

Semoga dia cepat isi dan aku bisa nyusul dan dapet mertua yang baik hati. Hehehhh..

“Lo harus dateng. Titik. Acaranya lusa. Gue nanti hubungi Mbak Dewi biar lo di kasih waktu ke rumah gue.”

“Maksa amat sih. Kalau Dewi gak kasih izin gue sorry to say yeah.” Seperti yang Raveena bilang Dewi itu orangnya tegas. Mana bisa dia di rayu.

“Sabar ya sayang, Aunty Veena emang gak sayang sama kamu.”

“Bicara sama siapa lo?” Raveena mendengar Suara Alfi yang sepertinya berbicara dengan seseorang.

“Anak gue?” hah.

Hah! Maksud lo?” Raveena kaget.

“GUE HAMILLL.” Teriak Raveena di seberang sana yang langsung membuat Raveena menjauhkan handphone dari telinga.

Saat melihat ke layar ternyata sambungan mereka di putus secara sengaja. Saat Raveena menelepon balik tapi Alfi justru menolaknya.

***

Vote and comment, jangan lupa ya..
Thanks guys..
See you on the next chapter :)

Querencia Where stories live. Discover now