Part 7

51 51 6
                                    

Hai guys
Happy reading :)

***

Berakhir segala rangkaian acara syuting pada hari ini, Raveena lelah dan pusing. Dimas yang masih setia menemaninya dari habis subuh masih tetap ada di sampingnya hingga jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Kali ini Pak Rahmat yang membawa mobil. Tadi siang dia di minta Dewi untuk stand by transportasi untuk Raveena. Mau tak mau Pak Rahmat harus mengiyakan. Dewi orangnya tegas, mungkin itu yang membuat Pak Rahmat sungkan untuk menolak.

Dimas duduk di samping Pak Rahmat dengan kepala yang menyender di jendela mobil. Dia pasti kelelahan, pikir Raveena.

“Kita cari handphone lo besok aja ya ... Gue capek banget.” Kata Dimas yang masih saja menyender.

“Hmm.”

Raveena melihat keluar jendela, mobil mereka masih tetap terjebak macet walaupun masih bisa bergerak, mungkin karena malam ini, malam Minggu.

Banyak orang yang meluangkan waktu untuk pasangan atau keluarga. Kapan gue bisa malam mingguan? Pacar aja gak ada apalagi keluarga!!! Ngenes amat nih hidup.

Raveena ikut memejamkan matanya. Dia harus banyak beristirahat karena besok ada jadwal pemotretan dengan produk skincare-nya dari perusahaan Raksa.

Setelah itu ada acara manggung di Bandung. Pasti perjalanan yang akan membuat mereka kelelahan.

***

Apartemen Senopati, Jakarta Selatan | 07.00 WIB

Lampu yang temaram, suara musik penenang tidur terdengar, dan hawa dingin kamar yang disebabkan karena AC yang di setel dengan suhu 23°C.

Raveena memang menyukai suhu kamar yang dingin, tubuhnya sangat tahan. Dia juga terbiasa tidur dengan menyetel musik-musik penenang seperti lagu tanpa suara penyanyi atau suara hujan. Itu salah satu cara dia menghindari mimpi buruk.

Sejak kejadian beberapa tahun silam Raveena membiasakan tidur dengan pengantar musik agar tidak lagi bermimpi buruk.

Dok dok dok

Suara pintu di gedor dengan sangat keras. Teriakan suara laki-laki mengganggu tidur Raveena. Demi Tuhan, gue baru tidur jam satu malam. Bisa nggak satu hari gue gunain buat tidur 24 jam penuh.

Dengan badan masih sempoyongan Raveena bangun dan berjalan ke arah pintu. Dan benar, Dimas pelakunya!

“Apa sih dim?”

“Apa sih kata lo? Mandi sono. Jam 9 kita udah harus stand by di MPA Tower buat pemotretan.” Ucap Dimas menjelaskan, raut mukanya terlihat kesal.

“Iya.” Jawab Raveena sekenanya. Menutup pintu dengan sama keras kemudian pergi ke kamar mandi.

“Sialan nih orang. Mulut bisanya nyerocos terus  Veena-kan lagi sedih.” Ucap Dimas merasa tidak enak dan merutuki sikapnya yang dia pikir kurang peka dengan keadaan Raveena.

***

PT Makmur Putra Abadi | 09.25 WIB

Turun dari mobil yang di bawa Pak Rahmat yang pasti melewati jalan tikus tetap saja membuat Raveena dan Dimas tidak tepat waktu. Dari tadi Dewi sudah marah-marah tidak jelas.

Querencia Where stories live. Discover now