Part 1

82 60 17
                                    

Hai guys..
Happy reading:)

***

PT Makmur Putra Abadi | 09.10 WIB

Gedung pencakar langit di salah satu kota Jakarta, PT Makmur Putra Abadi. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan minuman. Perusahaan ini mengalami peningkatan dalam satu tahun terakhir setelah berada di bawah kepemimpinan Raksa Buwana. Pemimpin yang dingin dan tegas.

“Saya gak mau tahu. Ganti desain kemasannya. Saya mau ada pesan moralnya di balik semua itu. Pilih warna yang tepat. Dan jangan asal gambar-gambar aja. Tapi jangan lupa, tekan biaya pembuatan kemasan.” Ucap tegas Raksa kepada salah satu manajer pemasaran di perusahaannya.

“Dan ya satu lagi. Saya tidak suka dengan brand ambasador yang kalian pilih. Dari berbagai sosial media yang saya perhatikan. Saya rasa dia kurang cocok dengan produk skincare kita. Saya mau brand ambassador produk ini bisa menampilkan sikap feminin namun pada saat tertentu juga bisa sangat fierce.” Tambah tegas Raksa lagi kepada manajer pemasaran. Hari ini memang harinya staf pemasaran, harus lembur karena banyak yang perlu di revisi.

“Gimana kalau Raveena Ayunda. Setelah saya pikir-pikir dia yang bapak maksud. Raveena Ayunda termasuk yang tepat pak menurut saya. Dia penyanyi pop tapi bisa beberapa jenis gendre lagu. Baru-baru ini dia juga masuk ke dunia seni peran, actingnya cukup di acungi jempol sebagai pemula. Bahkan dia memilih tanpa pemeran pembantu di adegan berbahayanya. Di salah satu wawancaranya di memiliki hobi boxing. Menurut saya dia sangat cocok dengan produk skincare ini.” Jelas panjang kali lebar Intan. Sekertaris Raksa paling sabar karena dia yang paling lama sekaligus berani membantah. Wkwkwk.

“Raveena Ayunda?” tanya Raksa penasaran. Apa benar ini perempuan dengan suara magis yang dia dengar tiga hari yang lalu di acara pernikahan rekan kerjanya?!

“Benar pak.”

“Saya mau laporan tentang Raveena Ayunda untuk jadi brand ambasador produk terbaru kita. Besok jam 10 sudah harus ada di meja saya. Satu lagi. Dalam waktu seminggu saya tunggu laporan desain kemasan beserta anggaran keuangan. Saya mau tidak ada sekecilpun kesalahan.” Ucap Raksa membuat helaan nafas terdengar. Intan sendiri yang mengusulkan nama justru kaget karena tanpa argumen yang berlebihan Raksa menyetujuinya. Biasanya tidak seperti ini.

Sebenarnya Raksa sudah memiliki data tentang Raveena, makanya dia yakin dengan sosok perempuan ini.

Raksa sendiri tidak tahu kenapa, terdapat rasa penasaran yang tiba-tiba hadir di pikiran Raksa, hingga di luar nalar di meminta Uden Januar, Asisten pribadinya, bisa di bilang sekretaris keduanya tapi Uden lebih di pekerjaan di urusan lapangan.

“Bulan depan rangkaian produk skincare ini harus segera lounching. Terima kasih.” Raksa langsung pergi dari ruang meeting di ikuti Intan.

“Semangat.”  Ucap Intan lirih kepada teman-temannya yang pasti malam ini akan lembur.

Bisma. Salah satu staf pemasaran memberi balasan jari tengahnya kepada Intan, yang langsung mendapatkan peringatan dari manajer pemasaran, Pak Rusli.

***

Apartemen Senopati, Jakarta Selatan | 07.35 WIB

There ain’t no gold in this river

That I’ve been washin’ my hands in forever

I know there is hope in these waters

But I can’t bring myself to swim

When I am drowning in this silence

Baby, let me in

Go easy on me, baby ....

Lagu penyanyi idola Raveena terdengar melalui headset bluetooth yang dia gunakan untuk menemani olahraganya pada pagi hari ini. Tiba-tiba lagu Adele terjeda oleh panggilan telepon dari manajernya.

“Halo beb? Ada apa?” tanya Raveena pada manajer-nya sambil mematikan alat treadmill-nya, mengambil handuk dan mengusap keringatnya.

“Gue tunggu di kantor jam 10 oke!” Jawab suara di seberang sana tanpa tedeng aling-aling.

“Oke. Tapi kenapa dulu?” tekan Raveena.

“Ada tawaran buat lo jadi brand ambassador produk skincare, detailnya gue jelasin di kantor.” Jelas Bunga Kusuma Dewi tanpa mau basa-basi. Dewi, nama panggilannya dia adalah salah satu orang yang paling profesional yang Raveena kenal. Dia perempuan yang pintar, mandiri, dan tegas.

“Oke gue siap-siap.” Ucap Raveena sambil membersihkan ruang olahraganya dari handuk dan air minum.

“Nggak ada alasan macet!” tegas Dewi kemudian. Huft.

“Hidup di Jakarta gak ada alasan selain macet!” ucap Raveena langsung mematikan sambungan teleponnya. Malas banget menanggapi manajernya yang lagi puber.

***

Lyra Entertainment | 10.45 WIB

“Yaudah gimana menurut lo?” tanya Dewi, setelah menjelaskan detail tentang penawaran sebagai brand ambasador produk skincare. “Kalau gue sih udah oke. Bos juga. Tinggal lo.”

“Ehmm ... gue bingung. Tapi kalau menurut lo sama Bos Roni udah oke. Gue mau-mau aja. Gue percaya sama lo.” Kata Raveena. Agensi yang menaungi Raveena ini termasuk cukup perhatian dengan para talent-nya. Setiap keputusan yang bersangkutan dengan talent akan di putuskan secara bersama-sama.

“Lo-nya mantep?” Tanya Dewi sekali lagi.

“Mantep. Tinggal detail-detailnya aja lo kasih ke gue.” Kata Raveena menatap Dewi.

“Gue siapin hari ini juga. Gue kirim ke email lo, karena lo udah oke. Besok kita bicarakan lebih lanjut di kantor Putra Abadi.” Ucap Dewi membuat mata Raveena terbuka lebar.

“Harus besok? Cepet banget.” Raveena menghela nafas. Dia kira masih ada waktu seminggu atau beberapa hari. Kapan dia bisa beristirahat? Capek banget kerja. Gimana caranya biar uang mengalir tanpa harus kerja. Kalau mau ngepet, pasti gak ada yang rela jadi babinya. Batin Raveena.

“Gue udah reschedule jadwal lo. Pimpinan sana yang minta keputusan kita cepat, biar cepat di tindak lanjut. Besok sekalian tanda tangan kontrak kalau lo udah oke.” Ucap Dewi tegas sambil membuka ipad-nya.

“Satu lagi, jadwal baru lo udah gue email ke Dimas.” Tambah Dewi. Raveena hanya melengos bodo amat. 

Manajer Raveena ini terkenal dengan tegas dan ambis terhadap talent di bawah naungannya, tapi walaupun begitu dia memiliki sikap pengertian tinggi seperti seorang kakak. Terbukti dengan talent-talent yang namanya terus naik. Termasuk Raveena.

“Terserah lo. Gue percaya sama lo.” Ucap Raveena pasrah, yaa..mau gimana lagi daripada ribut sama Dewi.

Thanks beb. Gue pergi dulu ya. Ada problem di endorse-nya Michella. Bye beb.” Dewi langsung pergi dari ruangan ini untuk menyelesaikan masalah aktris lain.

***

Vote and comment, jangan lupa ya ..
Thanks guys :)
See you on the next chapter :)

Querencia Where stories live. Discover now