Penyesalan

6 2 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Minggu pagi, Bryan tidak bisa pergi jalan-jalan bersama Chelsea karena ia mempunyai urusan yang harus diselesaikan. Sehingga, Chelsea pergi ke Kanjuruhan lagi untuk jogging sendirian.

Bryan memberi izin asal Chelsea hati-hati. Jika terjadi apa-apa, Bryan meminta Chelsea untuk menghubunginya.

Saat di Kanjuruhan, banyak laki-laki yang menggoda Chelsea. Karena ya, Chelsea adalah gadis yang sangat cantik. Laki-laki mana yang tidak tertarik padanya. Namun, Chelsea tidak menggubrisnya sama sekali.

Merasa lelah karena jogging terlalu lama, Chelsea memutuskan untuk istirahat sebentar di taman Bumi Arema.

“Aduh, capek juga, ya. Duduk-duduk aja dulu, di taman Bumi Arema. Mumpung di sini sepi,” gumam Chelsea. Ia pun duduk di taman tersebut.

“Seandainya aja ada Mas Bryan, ya. Enak banget pasti ada temennya, nggak sendirian kayak gini,” lanjutnya.

Dari jauh, terlihat sepasang bola mata tengah mengawasi Chelsea.

“Bukannya itu Chelsea, ya? Kok gak ada pawangnya? Kayaknya lagi sendiri. Oke, ini kesempatan gua buat deketin dia lagi dan minta maaf soal yang dulu,” ucap lelaki berambut sedikit keriting itu.

Saat sedang asyik menikmati kesendiriannya, tiba-tiba mata Chelsea ditutup oleh tangan dari belakang.

“Aduh, siapa ini? Bercandanya nggak lucu! Jangan gini!” berontak Chelsea.

“Nungguin aku, ya?” ucapnya persis di samping telinga kanan Chelsea.

Chelsea pun terdiam sesaat. Suara yang masuk ke gendang telinganya seperti tidak asing. Namun, sangat sulit bagi Chelsea untuk mengingat pemilik suara tersebut.

Suara siapa ini? Bukan suara Mas Bryan, tapi bagiku suaranya juga nggak asing.

Chelsea kembali mencoba mengingat suara siapa itu. Ia mulai membeku ketika satu nama terlintas di pikirannya.

Galang ... nggak-nggak! Nggak mungkin dia balik lagi. Gue udah terlalu kesal sama dia. Gue terlalu benci dan kecewa sama dia. Nggak mungkin ini dia! Dia pun juga udah pergi ninggalin gue gitu aja, batin Chelsea. Pikirannya mulai kacau.

“Hei, kok diem? Pengen lihat aku langsung, ya?” ucap lelaki berjaket kulit lagi.

Kemudian, lelaki bercelana jeans sobek-sobek di lututnya membuka kedua tangan yang menutupi wajah Chelsea dan langsung berdiri di depan Chelsea dengan cepat.

“Hai, cantik. Sendirian aja, boleh aku temenin, nggak?” ucapnya sambil tersenyum.

Chelsea langsung terkejut ketika melihat sosok yang selama ini ia benci, kini berada lagi di hadapannya.

“Galang,” lirihnya.

“Iya, Chelsea. Kenapa? Ini aku Galang. Kangen ya, sama aku?” Galang terlihat sangat percaya diri—seolah tak mempunyai dosa pada Chelsea.

“Gimana mungkin kamu bisa ada di sini? Bukannya kamu udah ninggalin aku sejak insiden itu, ya?” tanya Chelsea dengan terkejut.

Galang langsung duduk di sebelah Chelsea tanpa aba-aba. Awalnya Chelsea berusaha untuk menjauh, tetapi gagal. Galang menahan dan menarik tangannya.

“Jangan pergi, aku mau jelasin sesuatu sama kamu,” tahan Galang.

“Nggak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas! Semua udah terbukti!” tolak Chelsea berusaha memberontak.

“Dengerin penjelasan aku dulu! Waktu aku di bawah pengaruh Miranda, aku nggak ada niatan buat ngehabisin kamu. Maafin aku. Asal kamu tahu, setelah aku tahu semua itu, aku begitu menyesal, karena aku telah menyia-nyiakan orang yang sayang sama aku, yaitu kamu. Sedangkan aku malah egois, dengan mengabaikan orang yang sayang sama aku, dan malah menyayangi orang yang ternyata tidak tulus menyayangi aku. Aku menyesal,” sesal Galang.

“Itu akhirnya kamu tahu juga,” ucap Chelsea enteng.

“Aku begitu terpengaruh Miranda, aku dibutakan oleh cintanya,” jujur Galang.

“Ya gitulah kalau kacang lupa akan kulitnya. Kamu lupa siapa yang nolong kamu saat kamu lagi down kayak gitu? Aku yang nolongin kamu, bantu kamu supaya bisa bangkit lagi sampai kamu sekolah lagi. Tapi ini balasan kamu? Kamu tega sama aku! Kamu egois, cuma terus nurutin rasa cinta kamu sama Miranda. Aku kecewa sama kamu, Galang!” cerca Chelsea.

“Tapi bukan itu aja,” lanjut Galang.

“Nggak perlu dijelasin lagi! Aku udah tau semuanya dari Mas Bryan,” ucap Chelsea kembali tenang.

“Ohh dia, ya? Tapi, kamu mau 'kan, maafin aku? Lagi pula juga peristiwanya udah lama kan waktu kita SMA dulu,” tanya Galang penuh harap.

“Ya kalau maafin kamu sih, udah dari lama. Tapi kalau rasa kecewa, marah, dan benci sama kamu, aku nggak bisa hilangin,” jujur Chelsea.

“Kenapa gitu?”

“Nggak semudah itu menghilangkan rasa benci, terutama orang yang selalu ada buat aku, yang selalu nemenin aku tiap hari, tiba-tiba nusuk dari belakang. Bukankah itu menyakitkan?” tukas Chelsea.

“Iya, aku ngerti. Tapi tolong, Chelsea. Sekarang kenyataannya udah beda. Aku mau kita buka lembaran baru lagi dan memperbaiki keretakan yang dulu,” pinta Galang.

“Lembaran baru? Aku udah buka lembaran baru, kok. Sejak kepergian kamu, aku udah buka lembaran baru sama Mas Bryan. Sekarang kamu datang kembali dan seolah membuka lembaran-lembaran lama aku,” cerca Chelsea.

Karena Galang tahu jika ini diteruskan akan terjadi perdebatan panjang, ia pun langsung berhadapan dengan Chelsea. Tangan kirinya memegang tangan Chelsea dan tangan kanannya membelai rambut Chelsea.

“Chelsea ... jujur, selama dua tahun aku meninggalkan kota ini, kamu selalu ada dalam ingatanku, dan bayanganmu selalu terlintas di mataku. Rasa bersalah selalu menghantuiku setiap saat. Ingin rasanya kuputar kembali waktu, tapi mustahil. Tapi ternyata, kini kamu sudah di hadapanku. Chelsea, aku ingin menjadi satu-satunya yang memilikimu. Aku nggak peduli meskipun kamu udah punya Bryan, tapi aku cuma ingin jadi satu-satunya yang memiliki kamu,” jelas Galang.

“Maaf Galang, aku nggak bisa. Karena aku udah ....”

Tanpa menggubris jawaban Chelsea, Galang pun menatap wajah Chelsea sambil mendekatkan wajahnya. Ia berusaha meraih bibir Chelsea yang merah alami dan terlihat menggoda.

Mengerti apa yang hendak dilakukan Galang, Chelsea langsung mendorong tubuh Galang hingga jatuh ke tanah.

“Kamu udah kelewatan, ya! Kamu harus ingat, sekarang aku tuh bukan siapa-siapamu lagi! Kamu juga tahu kalau aku punya orang lain. Aku kecewa sama kamu, Galang. Aku kecewa! Aku benci sama kamu, aku benci!” teriak Chelsea sambil menangis.

Chelsea langsung pergi meninggalkan Galang begitu saja. Ia berlari sekuat tenaga karena takut dengan apa yang akan dilakukan Galang padanya. Ia tak menyangka bahwa Galang akan berbuat nekat karena ingin memilikinya seutuhnya. Ia berlari hingga napasnya ngos-ngosan.

“Sial! Gua kurang cepat ngelakuinnya!” gerutu Galang pada dirinya sendiri

Chelsea pun segera mengirimkan pesan pada Bryan dan mengajaknya untuk bertemu jika ada waktu, karena Chelsea ingin membicarakan masalah Galang. Bryan pun setuju.

***

═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Hai-hai, guys!
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja, yah.

Oh ya, gimana menurut kalian ceritanya? Bagus nggak? Seru nggak? Kalau bagus dan seru, jangan lupa vote, comment, and share yahh...🥰
Penasaran nggak sama kelanjutannya?
Kalau penasaran, wait next part yaaa
Seee you😍😍

Salam,
Eryun Nita

Telah Pergi (Terbit)Where stories live. Discover now