Bersama Bryan

8 3 6
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Tak terasa, Hari Senin telah tiba. Chelsea kini telah kembali ke rumahnya sendiri. Pagi-pagi sekali Chelsea bangun guna memasak bekal untuk dirinya dan Bryan, karena semua peserta kemah diwajibkan membawa bekal untuk makan siang.

Setelah selesai memasak, Chelsea mengecek kembali perlengkapan yang ada di ranselnya. Setelah dirasa cukup, Chelsea pun segera bergegas mandi dan bersiap-siap sambil menunggu Bryan datang menjemput.

Pukul setengah enam, Bryan datang menjemput Chelsea. Setelah itu, mereka bergegas ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, suasana sudah ramai. Peserta kemah sudah berdatangan dan mengambil semua perlengkapan dari ruang pramuka untuk dipindahkan ke mobil beserta  barang bawaannya.

Pukul 06.00 tepat mereka semua pun mulai menyusuri perjalanan menuju ke Pantai Balekambang.

Setelah menempuh waktu 3 jam perjalanan, pukul 09.00 mereka telah sampai di Pantai Balekambang. Mereka menurunkan perlengkapan serta barang bawaan dan membersihkan arena perkemahan, lalu mendirikan tenda.

Dua jam kemudian tenda telah selesai dibangun. Mereka pun beristirahat sejenak sambil makan siang. Ada juga yang berfoto-foto, ada yang mandi, serta ada yang bersiap-siap untuk beribadah. Setelah selesai, mereka pun bersiap-siap untuk acara selanjutnya, yaitu praktik yel-yel dan praktik pionering.

***

Malam harinya, peserta terlihat letih. Karena sejak pagi mulai mendirikan tenda, setelahnya mereka langsung disibukkan dengan berbagai macam kegiatan. Sehingga, sekarang saatnya mereka beristirahat.

Namun, di tengah keseruan, Chelsea malah lebih memilih menyendiri, menjauh dari lokasi perkemahan sambil menatap deburan ombak yang memecah keheningan malam itu.

“Galang ... gimana keadaan kamu di sana? Kamu udah nggak berkabar lagi ke aku. Bahkan, kamu nggak chat aku sama sekali. Mungkin kamu udah sibuk, ya, sama Miranda? Tapi ya udahlah, nggak pa-pa, biarin aja. Asalkan kamu bahagia, aku juga bahagia, kok.”

Tiba-tiba, Bryan datang menghampiri Chelsea.

“Sendirian aja?” tanya Bryan memecah keheningan.

“Eh, Mas Bryan. Iya, nih.” Chelsea menolehkan kepala ke arah Bryan.

“Kenapa nggak ngumpul sama anak-anak? Itu, mereka pada seru-seruan bareng,” tanya Bryan sambil menunjuk ke arah teman-temannya yang sedang berkumpul.

“Enggak. 'Kan sahabat aku setiap harinya nggak ikut. Terus kalau sama mereka, aku kurang akrab juga. Lagi pun, mereka juga udah bahagia banget 'kan, kelihatannya, meskipun aku nggak di sana? Daripada kedatanganku cuma mengganggu mereka, lebih baik aku diam di sini untuk menyendiri. Yang penting bisa melihat mereka bahagia, aku juga udah bahagia kok, Mas.” Chelsea terlihat kembali sedih.

“Ohh gitu, ya. Boleh aku temenin, 'kan?”

“Iya, boleh banget, kok.”

Di tengah obrolan, tiba-tiba Chelsea menyandarkan kepalanya di pundak Bryan.

Bryan pun langsung membelai rambut Chelsea dengan lembut dan sesaat menariknya ke dalam pelukannya.

“Capek, ya?”

Chelsea menggeleng pelan.

“Udah, aku tahu, kok, kamu pasti capek. Ya udah, tetap di posisi gini sampai kamu merasa lebih baik. Kapan pun kamu butuh aku, aku akan selalu ada untuk kamu. Kalau kamu pengen curhat apa pun, aku siap kok, dengerin semua curhatan kamu. Luapkan semua keluh kesah kamu ke aku ya, Chelsea. Kalau butuh apa-apa, jangan lupa kabarin aku. Pas kamu nginep di rumah aku 'kan, kita juga udah tukeran nomor telepon. Pokoknya kalau kamu perlu apa-apa atau ada apa-apa, langsung kabari aku. Nggak usah takut sama aku, santai aja. Aku nggak merasa direpotin, kok. Justru aku malah seneng kalau bisa bantu kamu,” jelas Bryan sambil terus membelai rambut Chelsea dengan lembut.

Telah Pergi (Terbit)Where stories live. Discover now