Feeling Bryan

4 2 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Di samping itu, setelah selesai,  Bryan izin untuk ke toilet, sementara Chelsea bermaksud berjalan menuju kelasnya. Bryan berkata bahwa ia akan menyusul Chelsea ke kelasnya setelah selesai dari toilet.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara yang tak asing baginya tengah mengobrol di gudang sekolah.

“Suara siapa, ya? Kok nggak asing?” gumamnya pelan.

Mulai tibalah jiwa-jiwa penasaran dalam diri Chelsea. Ia pun mendekat ke arah gudang, sedikit mengintip dari jendela.

Alangkah terkejutnya ketika ia lihat adalah Galang dan Miranda.

“Mereka berdua di gudang sekolah? Ini 'kan tempat sepi yang jarang dikunjungi. Jangan-jangan mereka ... ah? Nggak mungkinlah! Kenapa gue malah mikir yang aneh-aneh.” gumam Chelsea sambil berusaha berpikir positif.

Lalu Chelsea mulai fokus untuk mendengarkan apa yang tengah Galang dan Miranda bicarakan.

“Pokoknya, kamu harus bunuh Chelsea!” suruh Miranda masih dengan nada yang lemah.

“Iya-iya sayang, iya. Aku ngerti kok dia sekarang pulang, cuma jangan hari ini. Kalau misalkan dia capek, aku ajak keluar pun dia juga nggak akan mau. Mungkin dua hari lagi aku akan menjalankan misi itu,” tenang Galang pada Miranda.

“Bener, ya? Awas kalau bohong! Pokoknya, kamu harus bunuh Chelsea!” ancam Miranda masih sesenggukan.

“Iya sayang iya. Lagipun, aku juga nggak akan terima kalau kamu diapa-apain sama dia. Dia emang sahabat yang gak punya malu. Ya udah kamu tenang aja ya, sayang. Secepatnya aku akan bunuh Chelsea,” tegas Galang.

“Makasih sayang, kamu segalanya buat aku. Kamu yang terbaik,” ucap Miranda sambil memeluk Galang dan tersenyum.

“Iya, sama-sama,” ucap Galang seraya mengelus punggung Miranda.

Deg!

Tubuh Chelsea bergetar seketika dan jantungnya seakan berhenti memompa darah. Matanya membelalak tak percaya dengan yang barusan ia dengar. Orang yang selama ini sangat ia sayangi, mengapa malah tega berbuat demikian? Bahkan jelas-jelas ingin membunuhnya.

“Galang, kenapa kamu tega mau ngelakuin itu? Aku nggak nyangka kamu tega ngelakuin itu. Ternyata benar apa yang Mas Bryan bilang. Kenapa aku gak dengerin dia sejak awal? Aku malah nggak percaya, malah ngelunjak marah-marah ke dia. Dia udah baik banget sama aku, terus aku harus gimana?” gumam Chelsea bersamaan dengan air mata yang mulai menetes.

Mendengar bahwa Miranda akan keluar gudang, Chelsea pun langsung berlari dan lebih memilih untuk pulang dengan taksi sambil menyeka air matanya.

Bahkan ia tak sempat berpamitan pada Bryan karena rasa takut, kecewa, sakit hati, sedih, bercampur menjadi satu menghantui pikiran Chelsea saat itu.

Chelsea langsung menuju rumahnya tanpa memikirkan apa pun. Yang di pikirannya hanyalah kecewa terhadap Galang.

***

“Selesai dari toilet, Bryan bermaksud menyusul Chelsea ke kelas XI IPS 1. Sesampainya di sana, Bryan tak melihat adanya Chelsea.

“Eh, mau tanya. Kalian lihat Chelsea gak? Tadi katanya dia mau ke sini, tapi sekarang gak ada,” tanya Bryan pada beberapa siswi di kelas XI IPS 1.

“Loh, Chelsea dari tadi nggak ke sini sama sekali, Mas,” jawab salah satu siswi bernama Nada.

Bryan pun terdiam. Ia berpikir, apa mungkin Chelsea tengah membohonginya? Lalu tiba-tiba, muncul Riska.

“Mas Bryan ngapain di sini?” tanya Riska sambil memasuki kelas.

Bryan langsung membalikkan badan dan bertanya pada Riska. “Lu lihat Chelsea gak?”

“Ohh lihat. Tadi dia mau jalan ke kelasnya, terus tiba-tiba kayak berhenti gitu di depan gudang. Agak lama sih, kayak lagi lihat sesuatu atau dengerin sesuatu gitu. Terus gak lama kemudian, dia langsung lari menuju taksi di depan gerbang sekolah kayak buru-buru gitu. Kayaknya sih, sambil nangis juga tadi. Soalnya kelihatan menyeka air mata gitu. Aku mau nyamperin gak bisa, soalnya tadi lagi disuruh sama Bu Ana buat nata buku di perpustakaan. Jadi cuma lihat Chelsea dari jauh,” jelas Riska.

Deg!

Ada apa lagi ini? batin Bryan.

“Oh ya udah. Thanks ya, infonya,” ucap Bryan sambil langsung keluar kelas.

“Iya Mas, sama-sama.” Riska pun terlihat kebingungan.

Sebenernya ada apa? Mereka juga kayaknya deket banget, batin Riska dengan heran.

Tuh kan! Gua bisa nangkap apa yang terjadi di sini. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat kalau gua pergi ke rumah Chelsea. Dia butuh waktu untuk sendiri dan nenangin diri. Gua harus pengertian. Baru kalau besok dia gak masuk sekolah, gua akan jenguk ke rumahnya, batin Bryan dengan wajah sedih.

***

═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Hai-hai, guys!
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja, yah.

Oh ya, gimana menurut kalian ceritanya? Bagus nggak? Seru nggak? Kalau bagus dan seru, jangan lupa vote, comment, and share yahh...🥰
Penasaran nggak sama kelanjutannya?
Kalau penasaran, wait next part yaaa
Seee you😍😍

Salam,
Eryun Nita

Telah Pergi (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang