Kebohongan

5 2 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Di rumahnya, Chelsea langsung menuju kamar dan menangis tersedu-sedu. Ia belum sempat bersih-bersih diri dan membereskan peralatannya. Ia langsung menuju ranjang dan menangis sekencang-kencangnya, sampai bantalnya basah karena air mata.

“Kenapa Galang tega? Kenapa?!”

“Apa salah gue? Kurang baik apa gue sama Galang? Kenapa dia tega ngelakuin itu?”

“Kenapa dia lebih milih Miranda? Jelas-jelas gue gak salah.”

“Gue benci sama Galang ... gue benci! Tapi, nggak seberapa dengan rasa sayang yang ada di hati gue. Gue terlanjur sayang ke dia.”

“Sekarang gue harus gimana? Gue bingung. Apa mungkin gue harus rela mati di tangan Galang karena gue sayang sama dia?” tanya Chelsea pada dirinya sendiri di sela-sela isakannya.

“Lagi pun, gak ada gunanya juga gue hidup. Rasa sayang gue gak tersampaikan ke Galang, dia juga gak sayang sama gue, dan malah kayak gitu,” ucap Chelsea terlihat menyerah.

Setelah itu, Chelsea menuju meja belajarnya dan menuliskan sesuatu pada selembar kertas.

“Sekarang hanya ini yang gue bisa. Gak mungkin juga gue menemui Galang saat ada kesempatan dan mengungkapkan perasaan. Karena menurut gue, itu adalah percobaan bunuh diri yang sangat bagus,” ucapnya saat hendak menulis.

Kemudian, ia mulai menuliskan kata-kata pada kertas tersebut. Setelah selesai, seketika, Chelsea teringat perkataan Bryan ketika mereka sedang berkemah di pantai. Kamu harus ingat, ada orang yang juga sayang sama kamu. Kenapa kamu nggak memperjuangkan itu?

Perkataan Bryan itu mulai terngiang-ngiang di telinga Chelsea.

“Apa benar ada orang yang sayang sama gue? Tapi siapa?” Chelsea tampak berpikir sejenak.

“Okelah, gue gak bakal rela dibunuh Galang gitu aja. Kalau emang gak ada orang lain yang sayang sama gue, seenggaknya gue masih punya orang tua dan Mas Bryan. Gue gak mau membuat mereka menyesal dan merasa kehilangan gue. Gue harus mencegah rencana pembunuhan Galang!” ucap Chelsea dengan semangat.

Setelah itu, Chelsea pun bergegas istirahat untuk mempersiapkan diri guna mencegah rencana kasus pembunuhan terhadap dirinya.

***

Chelsea demam. Mungkin efek terlalu memikirkan masalah kemarin. Kemudian ia pun memberitahu Bryan bahwa ia tidak masuk karena sakit.

Mas Bryan

Mas, maaf ya, hari ini aku nggak masuk sekolah. Aku sakit, badan aku demam tinggi sejak kemarin malam. Tolong izinin aku ya, aku takut kalau dialpa.

06.45

Setelah pesan terkirim, Chelsea memutuskan untuk mandi kemudian tidur lagi. Tidak ada makanan di rumahnya, ia tak kuat untuk memasak. Ia ingin memesan secara online, tetapi tidak kuat rasanya jika harus menuruni tangga untuk mengambil pesanan. Meskipun ia ingat bahwa pintu rumahnya tak dikunci, mana mungkin jika kurir harus mengantarkan sampai ke kamarnya.

***

“Udah siang banget kok belum datang, ya? Gua ngerasa gak enak banget,” gumam Bryan.

Tiba-tiba, ada pesan masuk di ponsel Bryan.

“Loh, kok chat dari Chelsea?”

Bryan pun langsung membukanya.

Telah Pergi (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang