Perjanjian

6 2 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Siang hari setelah Zuhur, Bryan pergi ke rumah Chelsea. Chelsea menceritakan semuanya. Bryan seakan tidak percaya dengan apa yang Chelsea katakan padanya. Ia sangat terkejut dan marah besar atas tindakan Galang yang hampir saja mencium Chelsea.

Dengan segala cara, akhirnya Bryan berhasil mendapatkan nomor Galang dan menghubunginya.

  Gua tunggu lu di taman belakang KJ!
13.01

Gua cowok Chelsea!
13.02

Merasa ada pesan masuk, Galang pun membuka ponselnya.

“Ternyata si b*ngs*t.”

Oke, gua gak takut!
13.05

***

Sore hari seperti yang di sepakati, Bryan dan Galang bertemu di taman belakang. Bryan pun datang lebih awal. Tak lama kemudian, Galang menyusul. Mereka berdiri di tengah taman.

“Kenapa lu manggil gua ke sini? Punya urusan apa lu sama gua?” tanya Galang tiba-tiba.

“Si pembunuh telah tiba ternyata,” ucap Bryan dengan senyum smirk-nya.

“Eh, lu kalo ngomong dijaga!” Galang meninggikan suaranya.

“Gua bener, 'kan, lu itu pembunuh?” tanya Bryan dengan santai.

“Gua bukan pembunuh! Buktinya, Chelsea juga masih hidup,” cerca Galang santai.

“Itu karena gua yang nyelamatin dia. Kalau gua gak selamatin dia, dia sekarang mungkin udah gak ada!” tukas Bryan mulai emosi.

Galang menelan ludahnya dengan berat. Ternyata dia yang nolongin Chelsea, gumamnya dalam hati.

“Lu gak usah pura-pura gak tahu gitu. Selama lu dan Chelsea bersama sejak pertama kali, gua udah mantau kalian diam-diam. Gua udah kenal Chelsea lebih awal daripada lu. Saat lu punya rencana sama Miranda—sampai lu ngelakuin misi di taman itu, gua selalu mantau. Bahkan gua udah di belakang kalian saat lu mau ngebunuh Chelsea. Lu pengecut! Lu ninggalin dia dan gak ngurusin Chelsea lagi. Sekarang, dia udah jadi milik gua.” Bryan menjelaskan semuanya.

Galang hanya diam tak menjawab. Kenapa gua bisa gak nyadar?

Btw, cara lu pinter juga, ya. Lebih pinter dari gua,”

“Maksud lu apa ngomong gitu?” Galang tampak bingung.

“Udah deh, gak usah pura-pura gak tahu deh lu!”

“Ohh masalah itu? Terus, mau lu apa? Lu gak terima?” Galang meremehkan.

“Ya jelaslah gua gak terima! Mana ada sih, cowok yang terima kalau ceweknya dicium cowok lain?” Bryan langsung meninggikan suaranya.

“Ya elah, baru juga mau ciuman, belum aneh-aneh,” jawab Galang santai.

“Heh! Asal lu tahu, ya. Dia itu udah jadi milik gua. Kalau lu sampai berani macam-macam ke dia dan berani sampai nyentuh dia, lu bakal berurusan sama gua!” ancam Bryan.

“Terus, mau lu apa, hah? Lu mau balapan atau mau apa?” tantang Galang.

“Ohh lu nantangin gua balapan? Oke, siapa takut!” tukas Bryan.

“Oke. Siapa yang menang, bakal dapatin Chelsea. Dan siapa yang kalah, harus pergi ninggalin Chelsea!” ucap Galang.

“Oke, gua terima tantangan dari lu. Malam nanti, jam 8, gua tunggu lu di Jalibar yang biasa dibuat balapan!” ucap Bryan dengan serius.

“Oke, siap!”

Mereka berjabat tangan, pertanda menyetujui tantangan ini.

Sebelum pergi, Bryan berbisik ke telinga Galang. “Lebih baik lu siap-siap dari awal untuk kalah.”

“Brengsek lu!” Galang menatap Bryan dengan tajam.

Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan Kanjuruhan. Mereka berdua sama-sama bersiap untuk balapan nanti malam.

***

Malamnya, Chelsea bermaksud mengajak Bryan keluar. Namun, Bryan tidak bisa karena ia mempunyai janji dengan Galang.

Bryan tak memberitahu Chelsea bahwa ia akan balapan dengan Galang malam ini, karena ia tak ingin membuat Chelsea khawatir. Karena Bryan tak bisa, Chelsea pun melanjutkan belajar di kamarnya.

Pukul 19.45, Galang dan Bryan sudah bersiap untuk balapan. Mereka masih melakukan persiapan dengan mengecek motor masing-masing. Galang mengendarai motor R25, sedangkan Bryan mengendarai motor CBR.

“Bukannya itu Mas Bryan sama Galang, ya? Kenapa mereka bisa di sini? Bukannya Galang udah pergi dari kota ini sejak peristiwa itu, ya? Terus, ini apa? Apa jangan-jangan, mereka mau balapan, ya? Gue harus telepon Chelsea!” ucap Riska dengan panik.

“Eh sayang, berhenti bentar, dong. Aku mau telepon temen aku, nih. Soalnya ini cowoknya sama temennya yang dulu itu kayak mau balapan gitu. Tolong nepi ke pinggir jalan dulu ya, sambil ngamatin mereka berdua,” ucap Riska.

Revan pun menurut saja dan menepikan motor.

Telepon berdering, Chelsea merasa terganggu karena sedang fokus belajar.

“Ini Riska ngapain nelepon gue, sih? Hmm, mungkin penting banget.”

“Halo, Ris!”

“Halo juga, Chel!”

“Lo ngapain nelepon gue malam-malam gini? Gak biasanya banget. Ada apa?”

“Gue gak tahu juga, ya. Entah gue salah lihat atau emang gue lihat beneran. Tapi gue lihat Mas Bryan sama Galang di Jalibar yang sebelah ujung barat. Kayaknya mereka mau balapan!”

“Serius lo?! Gue gak salah denger? Lo gak salah lihat?”

“Enggak! Ini gue juga berhenti di dekat mereka. Mereka lagi persiapan buat balapan gitu.”

“Kok Mas Bryan gak bilang, ya? Pantesan aja gua ajak keluar malam ini dia bilang ada urusan, tapi gak mau bilang. Terus, sekarang gimana, dong? Gue nyamperin ke sana naik apa?”

“Lo naik taksi aja atau gak gitu naik ojol. Gue tunggu di sini sekarang, ya.”

“Ok, gue ke sana sekarang.”

“Iya, tapi jangan panik.”

“Oke.”

Chelsea langsung menutup telepon, lalu berganti pakaian kemudian langsung bergegas menuju lokasi Galang dan Bryan yang diduga hendak melakukan balapan.

***

Lima belas menit kemudian, Chelsea sampai di lokasi yang Riska maksud. Sesampainya di sana, ia langsung menghampiri Riska.

“Ris, mana mereka?” tanya Chelsea dengan napas ngos-ngosan.

“Itu, mereka bentar lagi udah mau start!”

Tanpa menunggu, Chelsea langsung menghampiri Galang dan juga Bryan. Merasa dalam bahaya, Riska langsung berlari mengejar Chelsea. Revan  turut mengikuti Riska di belakangnya.

***

═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Hai-hai, guys!
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja, yah.

Oh ya, gimana menurut kalian ceritanya? Bagus nggak? Seru nggak? Kalau bagus dan seru, jangan lupa vote, comment, and share yahh...🥰
Penasaran nggak sama kelanjutannya?
Kalau penasaran, wait next part yaaa
Seee you😍😍

Salam,
Eryun Nita

Telah Pergi (Terbit)Where stories live. Discover now