Lanjut/Pisah?

7.2K 620 37
                                    

Kembali ke rumah tak pernah serasa sehampa ini. Sekosong ini.

Sakit hati yang dirasakan Erina menjadikan dirinya terlalu lelah untuk menangis. Hanya genggaman Akmal di tangannya yang membuatnya tetap merasa nyata di dunia ini.

Erina memandang pantulan mereka di kaca jendela rumahnya. Sepasang manusia yang berpegangan tangan. Sama-sama memakai baju warna biru pastel. Sebuah dress midi untuknya, kemeja lengan panjang untuk Akmal. Sebuah gambar yang sebelumnya tak bisa Erina bayangkan.

Momen pertemuan mereka itu hanya sebentar. Hanya sesederhana perhatian kecil Akmal yang membelanya dari godaan jorok anak kantor. Beberapa kali Erina berusaha mendekati pun, semuanya ditangkis dengan baik oleh Akmal.

Dia tak menyangka, lelaki ini akhirnya membuatnya berani kabur dari rumah. Berani melawan orang tuanya. Dan berani membela haknya untuk memilih cinta.

Entah harus kagum atau marah, lelaki yang berdiri disampingnya ini tampak sangat tenang. Kenapa Akmal tak khawatir? Seharusnya hari ini kan jadi titik penentu hubungan mereka. Kenapa Akmal biasa-biasa saja?

Sisi gelap Erina berpikir jauh.

Jangan-jangan segala proses panjang dan cobaan ini sudah membuat perasaan Akmal luntur? Apa Akmal terlalu sakit hati pada anggapan pak Rudolf yang Erina sampaikan?

Erina tak bisa menyalahkan Akmal kalau itu sampai terjadi padanya. Karena dia maklum. Akmal hanya ingin mencintai dan dicintai dengan normal. Dia sudah menjalani hidup cukup sulit. Dia tak sepantasnya terlibat di konflik keluarga yang membuat kelam harinya.

Tapi ... Apa Akmal mau menyerah?

Kemungkinan ini membuat isi otak Erina makin kacau. Apalagi saat Akmal lah yang menggandengnya masuk ke rumahnya sendiri.

Di ruang tamu, pak Rudolf duduk di kursi ujung, bu Berta dan mama Christy berdampingan menatap kehadiran mereka.

"Selamat pagi." Akmal menyapa semuanya.

Mama Christy yang menyambut berdiri, "silakan duduk nak."

Kali ini Erina yang memandu Akmal.

Dia duduk tepat di seberang Bu Berta, dekat ayahnya sementara Akmal disampingnya.

"Terima kasih kamu sudah mau datang nak. Tante Berta info sama mama dan papa kalau Tante mau ngomong sesuatu." Buka mama Christy.

Erina sudah menatap curiga ke tantenya. Apa nih yang mau dia ucapkan? Kenapa harus seserius ini? Apakah ini soal Steve? Tapi kan tantenya berjanji dia tak mau bahas ini. Bahkan Erina diminta untuk tak mengungkapkannya.

"Iya kak Rudolf. Aku mau memberitahukan suatu kabar dan aku pun mau minta maaf karena harus menunda kabar ini."

"Tante, maksud tante apa?" Sergah Erina.

"Maaf Rin ... " bu Berta mengambil ponsel di kantong blazzer hitamnya.

"Tante mau ngapain? Kok tante gitu?"

"Ini kak." Bu Berta menyarahkan ponselnya ke pak Rudolf. Erina mau merebutnya namun gerakannya kurang cepat hingga pak Rudolf mengambil ponselnya lebih dulu.

"TANTE!" Seru Erina mengagetkan semua orang, "kita udah janji ya kalau kita gak akan bahas ini!"

"Yang tante janjikan adalah tante akan memberitahukan semuanya pada papamu kalau kasusnya telah selesai Rin. Sekarang Steve sudah mendekam di penjara."

"Tunggu, maksudnya apa? Siapa? Kenapa?" Berondong mama Christy panik.

"Gak ada yang perlu dibahas lagi! Tante kenapa sih?"

MAS IT & MBAK SECRETARYTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon