Malam Panas di Bali

14.9K 654 31
                                    

Selama membiarkan Erina mempersiapkan diri, Akmal sudah mencari-cari toko bunga terdekat dan beruntungnya dia masih mendapati satu toko yang mau menunggunya datang untuk mengambil satu buket mawar merah.

Biar bagaimana pun ini adalah undangan pesta resmi. Dia harus membawa sesuatu dan dengan izin Erina, bunga menjadi hadiah yang simple tapi cukup berarti juga untuk Prita.

Aurora Beach Club yang menawarkan kombinasi hiburan malam di tengah alam, menawarkan jalan setapak kecil yang private untuk menuju kearah club sewaan Prita. Sepenjang perjalanan, Erina dan Akmal melewati area beach club umum yang nyaris penuh dengan gemerlap panggung DJ tepat disamping pantai. Menjelang waktu tengah malam ini, Bali terasa tak ada waktu untuk senyap. Hampir semuanya orang bule yang berdatangan. Kalau pun ada orang Asia, itu tak banyak dan mereka bergerombolan dengan para bule juga.

Setelah menelusuri satu jalan lurus itu, akhirnya mereka tiba di area paling ujung, dimana ada bangunan bermodel gazebo super luas yang dijaga dua orang pria berbadan kekar dengan kaos tanktop putih bertuliskan 'Prita's Day'.

"Atas nama Erina." Terang Erin pada mereka.

Kedua pria itu melihat tablet mereka masing-masing dan si pria botak yang duluan mengangguk, "selamat datang. Silakan."

Ada sekitar sepuluh orang saja di lantai dansa, di depan seorang DJ seksi berwajah oriental yang tengah memainkan musik tempo medium. Ternyata ada sekat yang memisahkan ruangan di sebelah kanan. Erina melambai ke seorang wanita yang keluar dari area kanan itu.

"Baby girl!" Wanita mungil berambut panjang lurus itu memeluk Erina erat-erat.

Si wanita ini memakai dress fuschia yang modelnya sama dengan Erina. Dalam artian mereka memiliki dua kali lipat payet yang terasa di tubuh mereka kala saling berpelukan dan Akmal tak habis pikir bagaimana mereka bisa terbiasa dengan itu.

"How are you? Makin jangkung aje lo!"

"Great thanks. Prita, kenalan dulu yuk. Ini cowok gue Akmal, sayang ini bestie aku waktu di Aussie namanya Prita."

Mata kecil Prita tanpa sungkan meneliti Akmal dari atas sampai bawah. Saat Akmal menyerahkan bunganya, barulah perempuan itu tersenyum lebar, "salam kenal ya. Happy birthday, semoga semua keinginan kamu tercapai."

"Thanks darling." Prita menyalami Akmal setelah menerima bunganya, "namanya siapa tadi? Akmal?"

"Iya."

"Lho Er? Jadi lo sekarang melawan restu Tuhan ni?"

Erina Akmal saling bertatapan. Mereka kemudian sadar bahwa yang Prita maksud adalah nama Akmal, "nggak Prita, kita sama kok. Emang sih namanya dari bahasa Arab. Tapi ini pemberian mendiang kakek," Akmal menggandeng tangan Erina, "kita aman."

"Owalaah. Sorry deh Akmal. Habisnya gue tuh udah terbiasa kaget kalau Erina kenalin pacarnya. Kadang aneh-aneh aja selera anak ini. Ada yang bos ganja, ada mantan kriminal, kalau suatu hari lo tiba-tiba kawin sama duda anak delapan pun kayaknya gue gak akan kaget deh Rin!"

Akmal melihat senyum terpaksa di wajah Erina. Tebakannya mungkin salah, tapi Erina kelihatan tak nyaman dengan tuduhan-tuduhan Prita barusan yang juga membuatnya jadi bingung merespon seperti apa. Namun Akmal menguatkan pegangan tangannya ke Erina, membuat gadisnya menoleh dan tersenyum tipis.

"Udah deh bahas mantannya. Mending kalian berdua sekarang masuk, makan dulu. Partynya baru kita mulai tiga puluh menit lagi, masih nunggu DJ utamanya. Makan yang banyak ya!" Prita mendahului mereka masuk ke area restoran yang ternyata sudah lebih banyak orang di sini. Ada sekitar tiga puluh pasang meja bundar dan terisi setengahnya. Yang asyik adalah, chefnya memasak di tengah ruangan dan telah tersedia hidangan buffet melingkari mereka. Bau daging bakar, saos barbeque serta bau laut yang memang hanya berjarak beberapa anak tangga saja membuat vibes restoran ini terasa luar biasa.

MAS IT & MBAK SECRETARYWhere stories live. Discover now