Curhat Kakak Beradik

6.5K 478 16
                                    

Beberapa jam kebelakang, seperti bukan kenyataan untuk Erina.

Kepalanya serasa masih kliyengan, langkahnya seakan menjejaki kasur yang empuk, kemana pun matanya memandang terlihat bayangan pelangi.

Dia kira dia gila.

Sumpah, barisan mantan yang pernah mengisi hatinya, yang pernah merbangkannya ke langit ke tujuh pun tak pernah membuatnya sehalu ini tanpa bantuan minum-minuman!

Sesaat setelah tubuhnya berbaring di bathtub dengan air hangat, matanya baru bisa melihat dengan jelas.

Tubuhnya tertutup busa pink wangi bunga segar, dia sedang berada di toilet serba putih di dalam villa nya.

Dia tidak mimpi.

"Astaga ... " Desahnya seraya memegangi kedua sisi pipinya. Jadi semua ini nyata? Jadi benar dia telah berpacaran dengan Akmal? Jadi benar Akmal telah jadi miliknya? Dengan begitu, dirinya pun telah jadi milik Akmal.

"AAAAAAAAAAA!" Teriaknya bahagia dengan menutup kedua mulutnya.

Agenda setelah istirahat adalah makan malam dan pertunjukan band. Tadi mereka janjian akan bertemu di lapangan, menonton band dan menikmati api unggun.

Ah kalau gitu ngapain dia berendam di bathtub segala? Nanti lama dong bertemu dengan Akmal-nya?

Untuk memperbaiki kebodohannya, Erina buru-buru memakai sabun, menggosokkan ke tubuhnya. Tak lebih dari dua menit, dia sudah membilas tubuhnya di shower, mengambil baju yang tergantung di belakang pintu.

Gadis itu mendecak menyesal melihat satu setel piyama putih satinnya. Bukan menyesal karena modelnya, tapi karena ini Lembang, dia harus pakai jaket super tebal agar bisa bertahan hidup diluar. Jadi percuma deh dia pakai baju sebagus apa pun.

Erina lantas memakai bajunya. Menyempatkan berdiri depan wastafel, memakai rangkaian skincare wajibnya. Dilanjutkan dengan pemakaian sedikit maskara untuk membentuk bulu matanya yang sudah lentik. Dia juga mengambil lip balm bentuk tube kecil, menekan gelnya dan meratakan itu ke bibirnya.

Membuat Erina kembali teringat pada momen tadi.

Akhirnya ...

Akhirnya dia bisa merasakan bibir Akmal di bibirnya.

Walau Erina yang memulai ciuman itu, cara Akmal memegang lehernya dan pipinya, sensasi kumis tipis dan rambut halus di pipinya, sudah membuat Erina nyaris gila.

Erina yakin Akmal punya skill yang lebih jago dari itu.

Hmm ... Apakah dia bisa mendapatkan satu ciuman lagi malam ini?

Sepertinya sih tidak bisa.

Akmal bukan tipe lelaki yang mau diajak mojok di kebun atau check in di kamar tambahan.

Andai saja Akmal sedikit lebih nakal. Mungkin Erina akan menobatkan Akmal sebagai pacar tersempurna yang pernah dia punya!

Tapi Akmal sudah resmi jadi pacarnya sekarang. Erina harus menerima dan menghormati semua keputusan Akmal. Dia sendiri sudah merasa cukup melewati gaya berpacaran yang berapi-api tapi juga cepat padam.

Gadis itu mengangguk, memutuskan sikapnya untuk lebih kuat lagi menahan gairahnya.

Dengan cepat dia lanjut menyisir rambut tebalnya yang menurut dengan cepatnya.

"Cantik banget lo mbak?" Celotehnya, membuatnya terkikik sendiri, "punyanya siapa sih? Oh punya mas Akmal ya? Yang cowok hot itu? Iya dong." Erina menggeplak kepalanya sendiri atas monolog konyol itu.

Dia keluar dari toilet dengan sumringah. Ada dua kasur single yang letaknya berjauhan menyeberangi satu sofa panjang yang menghadap ke dinding toilet dengan smart tv menyala. Nathan duduk di sofa dengan mata beler, tapi dia sudah membawa handuk di pundaknya.

MAS IT & MBAK SECRETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang