Darah Kriminal

5.7K 636 95
                                    

Dapur pak Rudolf baru aktif lagi setelah beberapa lama. Tak seperti biasanya, kali ini bukan sang suami yang sibuk di sana melainkan sang istri yang tengah menata egg tart buatannya ke piring.

Pak Rudolf sudah berpenampilan rapi pagi ini. Dia hanya berdiri tegang. Bahkan tak bergeming waktu istrinya menata garnish potongan kecil daun pandan dengan sedikit miring.

Matanya tak henti melirik ke depan, memperhatikan pintu garasi yang terbuka. Memperlihatkan mobil yang beberapa kali lewat dan nyaris  jantungan kala ada mobil yang melambat.

Di depan situ Erina tengah menunggu seseorang. Gadis itu memakai dress pink yang manis. Menguncir rambutnya rapi, mengobrol dengan para satpam.

Tentunya mereka takkan sesibuk ini di hari minggu kalau bukan karena keputusan Erina untuk mengajak kekasihnya ke rumah.

Dalam hati Rudolf berusaha mengedepankan sisi bijaknya. Erina betulan sebahagia itu dengan Akmal. Kehangatan dan keceriaan Erina kali ini baru saja dia temukan di diri Erina. Kebahagiaan itu tentu menular pada pak Rudolf dan mama Christy. Namun dengan fakta bahwa lelaki itu sudah punya anak, membuat satu gejolak aneh tersendiri untuknya.

Di sisi baik, Akmal sudah memiliki pengalaman hidup yang bisa membimbing Erina, di sisi kontra dia tak tau apakah hatinya cukup lapang untuk menerima orang lain lagi menjadi bagian dalam keluarganya. Dalam hal ini, tentunya adalah anak Akmal. Yang mau tak mau harus dia anggap juga sebagai cucunya.

Bukan apa-apa, cintanya yang begitu besar pada Christy membuatnya rela melakukan apapun termasuk menerima Erina di masa lalu. Walau setengah keluarganya saat itu agak tak setuju pada keputusannya. Apalagi Berta yang sudah menikah lebih dulu ternyata memiliki masalah dengan rahimnya sehingga tak bisa punya keturunan.

Pergolakan batinnya berputar di situ-situ saja. Pertama, dia harus memaksa dirinya untuk menerima anak tirinya. Kedua, dia khawatir kalau keluarganya tak memiliki penerus kalau-kalau terjadi sesuatu juga dengan kandungan Christy. Ketiga, dia akan sangat merasa bersalah kalau itu sampai terjadi. Karena artinya dia membuat generasi keturunan keluarga besarnya terhenti di dirinya.

Untungnya, pak Rudolf bersyukur sekali saat istrinya kemudian mengandung Nathan. Setidaknya keluarganya memiliki keturunan murni.

Tapi dengan Erina yang memacari duda beranak satu, Pak Rudolf kepikiran takdir keluarganya jadi semacam karma beruntun. Entah sampai sejauh mana dia bisa menerima. Dia juga tak yakin.

"Pa, liat tuh mobilnya datang." Mama Christy membuka celemek kotak-kotaknya.

Pak Rudolf melihat mobil putih itu masuk. Dari tatapan Erina saat menunggu pintunya terbuka saja dia bisa melihat betapa gadis itu tergila-gila padanya.

Akhirnya pak Rudolf melihat dia.

Pemuda itu bertubuh jangkung. Kemeja lengan pendek warna krem menunjukkan postur tubuhnya yang kokoh dan bahunya yang lebar. Dengan tubuh seperti itu dia dengan mudahnya menerima pelukan Erina dan mengangkat gadis itu sesaat.

Walau Erina bukan anak kandungnya, rasanya tetap ada sedikit panas di dadanya melihat anak perempuannya digendong seperti itu.

"Manisnya ... " celetuk mama Christy dengan senyum lebar, "yuk kita temuin."

Di ruang tamu terbuka Akmal menjadi tamu pertama yang datang setelah beberapa lama. Dia duduk bersampingan dengan Erina, Erina lah yang tak mau melepaskan pegangan tangan lelaki itu. Saat itu juga Rudolf menyadari jari manis Erina yang memakai sebuah cincin asing.

"Tadi dari Tangerang?" Tanya Mama Christy.

"Nggak tante. Saya langsung dari rumah."

"Oh, rumahnya memang dimana?"

MAS IT & MBAK SECRETARYWhere stories live. Discover now