HABROMANIA 1/24: Give Me an Order.

933 72 12
                                    

Di antara gelapnya malam dan hujan yang tak kunjung mereda, cahaya-cahaya merah yang bergerak-berak menghiasi halaman depan kediaman Masashi.

Banyak para bodyguard dan para bawahan yang datang ke sana. Sementara Hansuke berlari setelah mengambil handphonenya, dia menelpon Akihito dan Oda yang sejak tadi tak menjawab telponnya. Berkali-kali Hansuke menelpon, tapi tak ada jawaban dari mereka.

"Awas.. Ambulansnya akan pergi..."

Beberapa dari mereka yang menghalangi jalan mulai bergerak ke samping. Setelah pintu belakang mobil tertutup, pertugas langsung naik kelas dan ambulans mulai bergerak ke arah gerbang yang telah terbuka lebar.

Setelah bertemu jalanan, ambulans itu tak hanya menunjukkan cahaya-cahaya merahnya, namun suara sirine yang begitu khas mulai dinyalakan. Cahaya dan suara itu mengiringi perjalanan mereka, menghiasi perumahan yang tampak sunyi.

Di dalam sana, Keisuke duduk di depan Ichiro yang terbaring lemas dengan bantuan oksigen. Banyak kain perban yang membalut perutnya agar pendaran itu berhenti.

Sejak tadi, Keisuke terus menggenggam tangan kiri Ichiro dengan erat. Genggaman itu didekatkan pada keningnya sendiri. Tanpa sadar, dia mengelus-elus permukaan tangan Ichiro yang dingin dan penuh darah.

Ichiro sedikit membuka matanya, samar-samar dia melihat Keisuke yang bergetar hebat di sampingnya.

"Kau bilang... Kau akan mendengarkanku.. Sudah ku bilang jangan lewati teras tapi kau begitu keras kepala..." gumam Keisuke, dia begitu berharap Ichiro mendengarkannya.

"Aku tak pergi.. Aku ke pos untuk mengatakan kalau aku membatalkan pesanan taksi yang sudah ku tunggu... Baru ku tinggal sebentar kau sudah seperti ini..."

Ambulans terus melaju ke rumah sakit terdekat, sementara Keisuke di dalam sana masih dalam keterpurukannya, "Kau ingin mendengar aku memanggil namamu, 'kan?"

"Maka bangunlah... Aku akan memanggilmu sampai kau puas...."

Dia terus bergetar, dan kini Ichiro bisa melihat setitik air mata yang jatuh dari pili Keisuke. Air mata itu keluar dari matanya yang tertutup. Keisuke tak bisa menahannya, dia menangisi kesedihannya sendiri, dia menangisi ketidaktanggung jawaban yang telah diberikan padanya.

Keisuke merasa begitu bersalah, dia menyesal. Seharusnya dia tak meninggalkan Ichiro, seharusnya dia tak pergi ke pos depan, dan seharusnya dia mencegat seseorang yang masuk lewat gerbang depan.

"Ichiro.... Bangunlah untukku..." Panggil Keisuke, namun tak ada jawaban dari Ichiro karena dia begitu lemas dan tak bertenaga. Yang hanya bisa dilakukannya adalah melihat Keisuke yang tak pergi meninggalkannya. Dia ada di sampingnya saat ini, hal itu membuat Ichiro tersenyum sebentar dan kembali menutupkan mata setelah mendengar namanya di sebut Keisuke.

"Ichiro..."













Sesampainya di rumah sakit, Ichiro di turunkan dan dibawa oleh para perawat. Keisuke ikut berlari, hingga sampai di sebuah pintu, Ichiro dibawa masuk ke dalam.

Saat Keisuke hendak masuk, seorang suster menghalanginya, "Maaf, Tuan. Anda tak bisa masuk, tunggulah di sini."

"Bagaimana bisa aku meninggalkannya di dalam sana?" Tanya Keisuke.

"Dia akan ditangani dengan baik, saya mohon, tunggulah di sini" kemudian suster itu masuk dan menutup pintunya. Segera setelah pintu tertutup, Keisuke melihat lampu yang ada di atas sana berubah menjadi merah, sama halnya seperti lampu ambulans yang tak disukainya.

Keisuke mengusap wajahnya kasar, dia begitu stress dan tertekan dengan apa yang terjadi pada Ichiro. Dia tak takut jika Akihito membunuhnya sebagai balasan atas apa yang terjadi, namun dia hanya takut terjadi sesuatu yang lebih buruk pada Ichiro.

Habromania (BXB)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz