32. ZERSTÖRT

4 2 0
                                    

Happy readinggg....


32. ZERSTÖRT

"Kenapa dari tadi pagi muka lo di tekuk gitu?" Tanya Ara yang sudah menarik kursi entah milik siapa mendekati meja Langit.

"Ga papa." Jawab Langit singkat. Dirinya sedang malas melakukan apapun. Hal itu di sebabkan oleh kejadian semalam. Siapa lagi kalau bukan Bintang yang membuatnya sampai seperti ini.

"Ga papa apaan! Dari tadi kita ajak buat kekantin bentar lo malah diem aja kek patung." Seru Lisa yang sudah duduk di kursi Rafael yang berada tepat di depan meja Langit.

"Gue tu besti lo Langit. Cerita geh." Lanjut Lisa setelah beberapa detik tidak mendapat respon dari Langit.

"Iya. Kita bakal dengerin keluh kesah lo kok." Tambah Aily yang sedang duduk disampingnya. Langit yang mendengar itu mulai berpikir. Dirinya tidak boleh terus-terusan membuat teman-temannya merasa khawatir.

"Udah di bilang gue- ADUH!" Kaget Langit saat sesuatu yang terasa dingin menyentuh pipinya secara tiba-tiba.

"Nih untuk lo. Kelebihan gue beli." Ucap Rafael, orang yang menempelkan kaleng dingin itu dengan sengaja. Langit yang melihat itu reflek mengambil kaleng tersebut walau masih dengan kondisi pikirannya yang sedikit error.

"Lah buat kita mana Fel?" Cetus Ara setelah menyadari aksi yang di lakukan oleh Rafael. Seketika otaknya ikut tidak berfungsi setelah melihat makanan atau minuman.

"Udah gue bilang itu kelebihan. Kalo kalian mau bilang ke Langit lah. Tu minuman dah jadi milik dia." Timpal Rafael dengan ekspresi datar. Ara yang mendengar itu memalingkan pandangannya dengan sebal.

"Tapi Fel, gue lagi ga-"

"Anggep aja buat fresh in otak." Potong Rafael. Setelah mengatakan hal tersebut, dirinya segera berbalik badan untuk keluar dari kelas.

"Yaelah, cuman buat ngasih minuman aja toh." Komen Lisa setelah melihat punggung Rafael yang telah hilang di balik dinding.

Setelah tubuh Rafael menghilangkan, dirinya kembali menatap minuman tersebut. Ucapan Rafael benar, mungkin minuman yang di berikannya bisa sedikit mendinginkan pikirannya.

Semalam dirinya berakhir diantar pulang oleh Kevin setelah drama yang cukup singkat. Dirinya menyuruh Kevin untuk berhenti sedikit jauh dari rumahnya agar mamanya tidak kepo mencari bahkan menyuruh Bintang untuk masuk.

Pertanyaan di mana Bintang terucap dari bibir Mama. Namun, setelah memikirkan jawaban sejak dalam perjalanan pulang, akhirnya ia menjawab dengan kalimat "Dia harus nyiapin banyak hal untuk keperluan di sekolah karena dia Ketua Osis. Jadi dia langsung pulang."

Di sisi lain, Aily merasakan hal aneh pada dirinya setelah melihat perlakuan Rafael pada Langit. Sesuatu yang benar-benar aneh, sakit di lubuk hatinya.

Aily yang merasakan itu segera menunduk, menatap meja tersebut nanar. Entah kenapa dirinya merasa tidak suka melihat perilaku Rafael kepada temannya itu.

Waktu berjalan begitu saja. Sudah sekitar lima menit bel istirahat berbunyi. Langit yang menyetujui ajakan ketiga temannya itu segera pergi menuju kantin, walau dirinya malah berbelok kearah WC perempuan untuk buang air kecil.

"Apa yang dibilang sama Kak Rayan itu bener ya?" Gumam Langit yang sedang berada di depan wastafel untuk mencuci tangannya setelah buang air kecil.

Dirinya masih bimbang setelah kembali memikirkan perkataan Rayan. "Bintang ngomong kek gitu bukan berarti buat kamu masuk ke dalam bahaya." Ujar Rayan meyakinkan Langit.

sᴋʏ ʟɪғᴇ  [ON GOING]Where stories live. Discover now