6. Past

45 23 18
                                    

Haloo semuaa.

Hari ini aku update lagi gysss;)
Yaa walau gak terlalu seru aku bakal update kok😌

Selamat melanjutkan perjalanan kaliannnn
😎😊😎🌸


~Happy Reading~

6. Past

Jakarta, 2021

Bug.

Malam itu suara pukulan keras yang terdengar di seluruh sudut ruangan kosong yang sudah tidak terpakai itu membuat suasana menjadi mengerikan.

Pukulan keras tersebut tepat mengenai rahang seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rafael.

"Ck. Lo pikir dengan lo mukul gue terus-terusan bakal buat lo menang. Detektif Hebat." Ucap Rafael meremehkan sambil mengelap darah pada sudut bibirnya itu.

"Kamu yang tidak akan menang." Jawabnya sembari memberi senyum yang terlihat seperti seringai yang mengerikan.

"Dia adalah milik saya. Mau kamu lakukan berbagai cara dia akan tetap milik saya." Lanjutnya sembari berjalan kearah pintu keluar. Ia berniat meninggalkan Rafael sendiri. Namun langkah terhenti ketika mendengar jawaban dari Rafael.

"Emang lo sapa hah main bilang-bilang kalo dia milik lo! Lo itu bukan tuhan!" Ucap Rafael yang sedang berusaha berdiri. Badannya benar-benar terasa sakit akibat pukulan orang tersebut.

"Tapi seperti itu kenyataannya. Dan tidak ada satupun yang bisa merubahnya. Termasuk kamu. Fel." Ucapnya kembali seraya berbalik dan duduk di salah satu tong kosong. Mengangkat satu kaki dan melihat kedua tangannya. Ia benar-benar bagaikan orang yang tidak pernah salah dalam memprediksikan sesuatu.

"Tapi kalo dia gak sama lo tapi malah mau sama gue... lo bakalan apa?" Ucap Rafael sekali lagi. Ia harap bisa membuat sang empu tidak bisa berkata apa apa. Tapi itu tidak akan berlaku bagi seorang Bintang.

"Maka kisah ini akan terus berulang dan berulang." Ucap Bintang yang sengaja ia gantung untuk membuat Rafael menjadi penasaran.

Rafael sangat mengharapkan Bintang akan meneruskan kata-katanya dengan tepat. Tidak menyimpang kemanapun.

Tapi sekali lagi dia adalah Bintang. Bintang Laksamana.

"Tapi saya yakin dia hanya milik saya." Ucapan Bintang tersebut sudah bisa ditebak oleh Rafael.

"Oke kita lihat aja." Ucap Rafael bak menantang dekektif hebat tersebut. Ia sebenarnya ragu dengan perkataannya sendiri. Sebab ia tahu bahwa apa yang Bintang katakan tidak akan pernah meleset.

"Baiklah. Tapi jangan membuatnya seperti sedang di paksa. Biarkan dia yang memilih sendiri." Ucap Bintang sembari menghampiri Rafael. Ia menyodorkan tangannya untuk menyetujui keputusannya.

Dengan ragu Rafael membalas jabatan tangan Bintang. "Oke."

Ini adalah kesepakatan pertama bagi Bintang dan Rafael. Tidak ada yang mengetahui kesepakatan mereka saat ini. Yang menjadi saksi bisu hanyalah ruangan kosong. Ia, ruangan kosong dan juga tuhan.

Setelah melakukan kesepakatan Rafael merasakan pandangannya mulai kabur. Ruangan berputar. Ia melihat sekilas Bintang sebelum dia terjatuh dan kehilangan kesadaran.

------------o0o------------

"Makasih ya Fel udah anterin gue." Ucap Langit sembari membuka helm yang dia pakai.

sᴋʏ ʟɪғᴇ  [ON GOING]Where stories live. Discover now