20. Holidays That End Into One-sided Agreements

21 13 1
                                    


~Happy Reading~


20. Holidays That End Into One-sided Agreements

“Aku berangkat dulu ya Pa, Ma.” Pamit Langit yang sudah siap sembari membawa koper kecil untuk bersaliman kepada orang tuanya.

“Hati-hati ya nak.” Ujar Mama Langit yang sebenarnya khawatir untuk melepas Langit, meskipun Langit pergi bersama teman-temannya.

Setelah berpamitan, Langit segera keluar untuk menemui teman yang akan ikut serta dalam liburan ini.

“Dah siap?” Tanya Rafael yang sedang bersandar di mobil. Aiyla, Lisa, Ara dan Bagas sudah berada di dalam mobil, menunggunya untuk segera masuk ke mobil.

“Dah.” Jawab Langit sembari berjalan mendekati mobil tersebut.

Tiinn...

Suara klakson mobil itu membuat Langit terkejut dan secara refleks menghentikan langkahnya.

“Maaf Langit, gue ngagetin lo.” Ucap Kevin yang menggunakan kacamata hitam itu sembari menurunkan kaca mobil yang dikendarainya.

“Kalian?” Kaget Langit saat melihat kakak kelasnya itu.

“Kita boleh gabung ga nih?” Tanya Raka yang sudah keluar dari mobil, diikuti 6 cowo dan 2 cewe lainnya.

“Boleh kok. Boleh kan Fel?” Tanya Lisa yang tidak Langit sadari sudah keluar dari mobil. Diikuti juga dengan Ara, Bagas dan Aily.

“Rafael yang mendengar pertanyaan itu hanya mengangguk sekilas. Ia sepertinya sedikit keberatan.

Langit juga merasa aneh ketika melihat raut wajah Kak Kevin, yang biasanya ceria sekarang berubah lebih serius saat melihat Rafael sekilas sebelum membuang mukanya.

“Btw mau kemana nih?” Tanya Velisha. Ia juga sudah siap dengan baju khas musim dinginnya.

“Jepang.” Saut Ara yang dianggukkan oleh Lisa.

“Jepang?” Kaget Langit. Ia tidak tahu jika mereka akan liburan ke negara asing. Pantas saja Lisa menyuruhnya untuk membawa baju tebal. Langit kira mereka akan liburan ke dataran tinggi.

“Beneran ke Jepang? Pantes si Kevin sur—”

“Suruh kesini buat nanya.” Ujar Naura yang memotong kalimat Velisha.

Mendengar namanya ikut terlibat, Kevin menatap sekilas Velisha tajam yang membuat orang yang dilihat itu membuang pandangannya ke sembarang tempat.

“Emang ada kenalan di sana?” Tanya Rama yang sejak tadi ingin bertanya namun kalah cepat dengan Velisha.

“Kata Rafael si nyokapnya orang sana. Jadi kemungkinan tempat neneknya. Ya ga si Fel?” Tanya Lisa yang hanya direspon anggukan dari cowo blasteran itu.

“Ga ngerepotin neneknya Rafael tah?” Ragu Rama.

“Ga. Gue juga mau ke sana buat ketemu nenek.” Ujar Rafael yang telah berdiri di samping Langit.

“Kakak udah pada mesen tiket?” Tanya Ara

“Itu mah urusan gampang.” Jawab Raka membuat Lisa dan lainnya mengangguk paham.

“Berangkat sekarang aja ga si? Takutnya telat.” Saran Ara yang di respon cepat oleh yang lainnya.

“Mobil Kakak nanti gimana?” Tanya Langit yang ingat bahwa kita akan pergi dengan pesawat.

“Nanti suruhan bokap gue yang ngambil.” Jawab Kevin dengan senyum tipis sekilas sebelum akhirnya semua masuk ke mobilnya masing-masing.

“Lo duduk di depan Langit, samping Rafael.” Suruh Lisa saat melihat Langit membuka pintu belakang.

sᴋʏ ʟɪғᴇ  [ON GOING]Where stories live. Discover now