8. Why Should Bintang

34 19 24
                                    

Haloo semuaa.

Hari ini aku update lagi gysss;)
Maaf ya gys aku baru bisa update sekarang, soalnya bulan kemarin aku abis ditimpa musibah dan untuk bulan ini tepatnya minggu kemarin aku baru selesai PAS gyss 🙃

Btw kalau untuk kalian yang masih sekolah kek aku ini mulai PASnya udah dari minggu kemarin atau minggu ini? Kasih tau aku di komentar yaa😁

Oke, tanpa berlama-lama mari kita lanjutkan perjalanan kitaaa🤍

Jadilah saksi kisah mereka sampai akhir😊🤍😎

Happy reading


8. Why Should Bintang

Hujan perlahan-lahan mulai mereda, awan yang semula berwarna hitam kini perlahan-lahan mulai memudar dan digantikan dengan awan berwarna putih dengan paduan biru yang indah.

Langit sedikit merasa lega setelah kejadian itu, ia benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika orang yang sedang ia duduki motornya itu tidak menyelamatkannya.

Namun kelegaan itu tidak bertahan lama. Kini Langit sedang memikirkan siapa orang itu. Baju sekolahnya sama dengannya, bahkan ia seperti mengenalnya, sampai satu suara membangunkan Langit dari lamunannya tersebut.

"Kamu tidak apa-apa kan?"

"Oh. E-enggak kok."

"Syukurlah."

Suasana kembali hening. Kini Langit kembali menerka-nerka siapa orang tersebut. Ia sepertinya benar-benar ingin tahu tentang orang tersebut.

"Kita sudah sampai." Ucap orang yang sedang menjadi permasalahan di kepalanya tersebut.

"Eh. K-kamu tau rumah aku?" Ucap Langit sembari turun dari motor tersebut. Ia merasa kaget ketika orang tersebut tahu dimana rumahnya berada.

"Tentu." Ucapnya dengan santai.

"Kenapa?" Ucap orang tersebut ketika melihat gelagat Langit yang aneh itu.

"Emm, makasih ya udah nolongin aku." Ucapnya dengan suara rendah sembari menatap aspal tempat ia berpijak.

"Tentu. Itu sudah kewajiban saya." Jawabnya dengan santai namun sedikit tegas.

"Baiklah saya pulang du-"

"Eh, sebentar." Ucap Langit memotong kalimat orang tersebut.

"Kenapa?" Ucap orang tersebut ketika mendengar kalimat Langit.

"Emm, k-kalau boleh tau, nama kamu siapa?" Akhirnya kalimat yang ingin sekali Langit sampaikan kepada orang tersebut keluar juga dari mulutnya walau sedikit gugup.

Bukan jawaban yang Langit dapatkan melainkan sebuah tawa yang bisa dibilang sebagai ciri khasnya itu yang tergambar di wajah orang tersebut.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" Ucap Langit sedikit kesal ketika tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

"Tidak, jika kamu tahu nama saya pasti kamu merasa kesal." Ucapnya setelah menghentikan tawanya itu.

"Ngapa kesel? Kan kamu dah nolongin aku. Dah kasih tau aja." Ucap Langit memaksa. Ia sudah tidak mau bertele-tele hanya masalah nama saja.

"Saya Bintang, Bintang Laksamana." Ucapnya dengan sikap santainya.

Langit yang mendengar itu diam sejenak. Ia merasa seperti pernah mendengar nama itu.

sᴋʏ ʟɪғᴇ  [ON GOING]Where stories live. Discover now