Part 32 Berbaikan

23K 1.5K 1.1K
                                    

"Jangan harapkan sosok lelaki sempurna. Sempurna karakter, sempurna fisik. Sempurna agama, Sempurna keilmuan, sempurna akhlak dan kesempurnaan lainnya karena semua itu tidak akan ada. Sosok seperti itu hanya ada di dalam fiksi karena sejatinya sosok Sempu adalah ketika kamu mau menerima kekurangan dan kelebihannya dan menjadikan itu sempurna versimu."


Ning Adiba tidak bisa mengendalikan perasaan sedihnya saat ini. Kedua matanya telah membengkak dan merah namun tetap saja air mata lolos dari kelopak matanya.

Tidak pernah Ning Adiba sangka jika hal seperti ini akan terjadi pada dirinya dengan Gus Haidar. Ia kira awal yang manis akan terus menjanjikan masa depan yang manis. Memang benar kata pepatah, jika cinta memang tidak selalu indah.

Detik berikutnya, Kyai Ilzam memasuki kamar Ning Adiba setelah mengetuk pintu dan mendapat izin dari putrinya.

"Dia sudah pergi Bi?" Tanya Ning Adiba pada sang Abi.

"Dia? Suami kamu?" Sahut Kyai Ilzam.

Ning Adiba mengangguk kecil.

"Masih ada di ruang tengah bersama Mas Afiq," ujar Kyai Ilzam.

"Kenapa nggak pergi aja? Bukankah dia sibuk di sana?"

"Sabar nduk, jangan terlalu emosional. Abi mengerti kamu sedang sakit hati sama Gus Haidar, tapi mau gimana pun dia tetaplah suami kamu," tutur Kyai Ilzam membuat Ning Adiba menunduk seketika.

Dada Ning Adiba terasa sesak saat ini. Di sisi lain, ia begitu mencintai dan menghormati suaminya. Namun di sisi lain, ia masih kecewa dan kesal mengingat kesalahan yang suaminya perbuat.

"Jangan harapkan sosok lelaki sempurna. Sempurna karakter, sempurna fisik. Sempurna agama, Sempurna keilmuan, sempurna akhlak dan kesempurnaan lainnya karena semua itu tidak akan ada. Sosok seperti itu hanya ada di dalam fiksi karena sejatinya sosok sempurna adalah ketika kamu mau menerima kekurangan dan kelebihannya dan menjadikan itu sempurna versimu," tutur Kyai Ilzam panjang lebar.

Ning Adiba diam mendengarkan tanpa menyahut. Diam-diam memikirkan segala penuturan sang Abi.

"Abi tidak mau membela Gus Haidar tapi juga tidak mau menyalahkannya. Karena setelah Abi pikir-pikir, Gus Haidar hanyalah manusia biasa yang pasti akan melakukan salah dan dosa, baik itu di sengaja maupun tidak," ujar Kyai Ilzam.

"Gus Haidar punya tanggung jawab yang sangat besar di Darul Qur'an. Meskipun Abi tahu, sebagai seorang istri kamu ingin di prioritaskan tapi kenyataannya Gus Haidar di takdirkan untuk mementingkan keberlangsungan dinasti pesantrennya," lanjut Kyai Ilzam.

Ning Adiba mengerti semua ucapan Kyai Ilzam, namun tetap saja hatinya sakit mengingat semuanya. Mengingat bagaimana sang suami tidak memberinya kabar karena terlalu sibuk. Mengingat suaminya yang tidak datang di acara spesialnya karena lupa. Semuanya benar-benar menyakiti perasaan Ning Adiba.

"Abi tahu kamu itu pemaaf. Lekaslah maafkan Gus Haidar jika kamu memang mencintai dia. Abi yakin Gus Haidar juga sedih melihat kondisimu saat ini," ucap Kyai Ilzam memberikan saran.

"Adiba butuh waktu Bi," sahut Ning Adiba.

Ia memang bukan pendendam dan bisa dengan mudah memaafkan. Namun segala rasa sakit dan ingatan-ingatan menyedihkan itu masih ada, Ning Adiba merasa butuh waktu untuk mengatasi dirinya sendiri.

_______________

Kegelapan menyapa ketika malam tiba. Selesai sholat Maghrib, Gus Haidar mengetuk pintu kamar dan berusaha berbicara dengan Ning Adiba.

Partner Syurga (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang