Part 14 Kembali sekolah

31.1K 1.8K 29
                                    

"Aku yang sederhana bisa menjadi istimewa di matanya. Candanya yang selalu menjadi canduku untuk tertawa. Keseriusannya dalam membimbingku menuju syurga. Memang luar biasa Haidar-ku."


Tiga hari berlalu. Gus Haidar dan Ning Adiba kembali ke Pondok Pesantren Fathul Ilmi.

Ning Adiba izin dari sekolah selama seminggu pasca pernikahan, hingga akhirnya seminggu itu berlalu dan ia bersiap kembali ke sekolah.

Pagi ini, Ning Adiba telah selesai mandi. Ia langsung duduk duduk di meja rias untuk memoles wajahnya dengan bedak.

“Mas bantuin,” pinta Ning Adiba pada suaminya yang sedang membaca buku.

Gus Haidar langsung menutup buku dan menghampiri Ning Adiba. “Bantu apa? Hm?” Ujarnya sambil menatap pantulan wajah sang istri dari cermin.

“Sisirin sama kuncirin sekalian,” kata Ning Adiba sambil cengengesan.

Gus Haidar geleng-geleng kepala mendengar ucapan sang istri. Namun tetap saja ia melakukan apa yang di inginkan istrinya.

“Misal nanti kalau anak kita perempuan gimana, kalau Ibunya nggak bisa nguncirin?” Celetuk Gus Haidar tiba-tiba.

“Brati anak kita laki-laki aja,” kata Ning Adiba dengan entengnya.

“Kita nggak bisa milih sayang,” ucap Gus Haidar lembut.

Ning Adiba menoleh ke arah sang suami. Rasanya meleleh di panggil ‘sayang’ dengan nada lembut seperti itu.

“Kalau udah ada benih di rahim aku, aku akan belajar banyak banget hal biar nanti anak aku nggak kecewa lahir dari rahim aku,” ucap Ning Adiba terdengar manis di telinga Gus Haidar.

“Pintar,” puji Gus Haidar sembari mengelus puncak kepala Ning Adiba lembut.

"Tapi kapan kamu tanam benihnya Mas?" Goda Ning Adiba.

Gus Haidar menyentil dahi Ning Adiba pelan sambil tersenyum. "Sabar," ujarnya.

"Kalau kamu udah nggak lagi pakai baju putih abu-abu lagi," ujar Gus Haidar.

"Nanti pulang sekolah aku bakal lepas bajunya kok Mas. Jadi nanti pulang sekolah bisa dong," sahut Ning Adiba membuat Gus Haidar tertawa seketika.

"Nanti habis wisuda Ning. Masa nggak sabar sih?" Ujar Gus Haidar sambil mengelus puncak kepala Ning Adiba.

"Aku penasaran aja Mas, gimana rasanya rahimku di tanamin benih Mas. Terus nanti berbuah jadi bakal manusia. Itu qodarullah yang hebat banget Lo Mas," kata Ning Adiba dengan polosnya.

"Masih kecil pikirannya, udah nyeleneh ke mana-mana. Mikir hafalan aja," tutur Gus Haidar kemudian kembali duduk di sofa sambil membaca buku.

"Iya siap Gusku," sahut Ning Adiba.

Setelah selesai berdandan, Ning Adiba mengambil dasi dan menghampiri Gus Haidar.

“Pasangin,” pinta Ning Adiba sambil nyengir.

“Memangnya kamu nggak bisa?” tanya Gus Haidar.

Partner Syurga (TAMAT)Where stories live. Discover now