Part 12 Tulang rusuk

33.4K 1.8K 25
                                    

"Meskipun ada sejuta pilihan yang di siapkan untukku, pilihanku tetap akan jatuh ke kamu."

Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya Gus Haidar dan Ning Adiba telah sampai di tujuan. Kedatangan keduanya di sambut hangat oleh Kyai Arham dan Bu Nyai Sayyida.

“Kok lemes nak?” Tanya Bu Nyai Sayyida pada Ning Adiba yang terlihat lemas.

“Habis muntah-muntah Ma,” jawab Gus Haidar.

“Oh, sudah hamil?” Tanya Kyai Arham spontan.

“Enggak bah. Adiba mabok perjalanan,” jawab Gus Haidar.

Bu Nyai Sayyida geleng-geleng kepala sambil tertawa mendengar celetukan suaminya.

"Abah ini sudah kebelet punya cucu. Padahal anak baru tiga hari nikah, udah di tanya hamil," ujar Bu Nyai Sayyida.

Mendengar itu, Ning Adiba langsung melirik Gus Haidar yang tampak diam saja dengan ekspresi datar.

"Ya udah Ma, Bah. Haidar pamit bawa Adiba ke kamar dulu," pamit Gus Haidar sambil merangkul bahu Ning Adiba.

“Oh ya sudah. Ajak istirahat di kamar kalau gitu. Biar Mama bikinin minuman hangat,” sahut Bu Nyai Sayyida.

Gus Haidar mengangguk kemudian membawa Ning Adiba ke kamar. Sementara para khadimah membantu membawakan barang-barang bawaan Ning Adiba dan Gus Haidar ke kamar.

Melihat empuknya ranjang, Ning Adiba langsung membanting tubuhnya di atas ranjang sambil memejamkan mata.

“Udah dandan cantik-cantik malah mabok. Kan jadi jelek,” gerutu Ning Adiba merasa malu terlihat kusut di hadapan kedua mertuanya.

Tak berapa lama, datanglah Bu Nyai Sayyida memberikan minuman hangat berupa wedang jahe pada Ning Adiba.

“Makasih Ma,” ucap Ning Adiba setelah meneguk wedang jahe pemberian sang mertua.

“Iya nduk. Kamu istirahat aja dulu biar kondisi tubuh lebih enakan,” pesan Bu Nyai Sayyida.

Ning Adiba mengangguk kecil sambil tersenyum.

“Kok bisa mabok perjalanan memangnya nggak minum obat anti mabok dulu?” tanya Bu Nyai Sayyida.

“Diba gengsi ngakuin kalau mabok perjalanan Ma.” Lagi-lagi Gus Haidar yang angkat bicara membuat Ning Adiba merasa malu pada mertuanya.

“Kalian pasti capek naik motor jauh begitu. Mama tinggal dulu biar kalian bisa istirahat,” ujar Bu Nyai Sayyida pengertian.

Gus Haidar dan Ning Adiba kompak mengangguk. Setelah Bu Nyai Sayyida keluar, Ning Adiba kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Gimana? Udah enakan?" Tanya Gus Haidar perhatian.

"Kepalanya masih agak pusing," jawab Ning Adiba jujur.

"Aku pijat?" Kata Gus Haidar menawarkan.

“Nggak usah, Mas sendiri pasti lebih capek nyetir sejauh itu,” ujar Ning Adiba tak mau merepotkan suaminya.

“Capeknya hilang asal kamunya nyaman,” ujar Gus Haidar membuat Ning Adiba tersenyum seketika.

Detik berikutnya, Gus Haidar memijat pelan pelipis Ning Adiba membuat gadis itu memejamkan mata menikmati pijatan sang suami.

"Maaf ya, kalau kamarnya tidak senyaman kamar kamu," ujar Gus Haidar.

"Nyaman kok Mas. Aroma tubuh Mas yang khas malah bikin makin nyaman," sahut Ning Adiba sambil tersenyum.

"Oh ya Mas, tadi Abah kelihatan pengen segera punya cucu," celetuk Ning Adiba.

"Semua orang tua itu pasti pengen punya cucu kalau anaknya menikah," sahut Gus aidar simpel.

Partner Syurga (TAMAT)Where stories live. Discover now