Part 15 Kajian time

32.6K 1.8K 42
                                    

"Terimakasih sudah memilihku menjadi partner meraih ridho-Nya. Aku harap kita bisa selalu sama-sama di dunia ini, dan insyaallah kelak di akhirat nanti menjadi partner kembali di Syurga."

Dua hari kemudian. Ning Adiba melihat tanggal di kalender. Menghitung pernikahannya yang telah berjalan selama lima belas hari. Banyak hal yang ia jalani bersama Gus Haidar dan ia merasa semakin mengenal Gus Haidar lebih dalam lagi.

"Bentar lagi tanggal habis dan ganti bulan. Biasanya tanggal awal aku bakal haid," ujar Ning Adiba.

Tidak berapa lama, Gus Haidar masuk ke dalam kamar. Ia melihat Ning Adiba yang sibuk dengan kalender.

"Ngapain Diba?" Tanya Gus Haidar sambil menghampiri istrinya.

"Hitung hari pernikahan Mas. Nggak nyangka udah lima belas hari kita hidup bersama," jawab Ning Adiba sambil tersenyum.

Gus Haidar langsung mengusap puncak kepala Ning Adiba lembut. Membalas senyuman manis Ning Adiba yang kini menjadi favoritnya.

"Alhamdulillah, apa selama lima belas hari ini kamu bahagia?" Tanya Gus Haidar.

"Bahagia banget Mas," jawab Ning Adiba antusias.

"Apa selama lima belas hari ini aku pernah nyakitin kamu?" Tanya Gus Haidar lagi.

Ning Adiba terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab.

"Nggak nyakitin sih tapi nyebelin karena kukuh nggak mau nanam benih," ujar Ning Adiba sambil terkekeh.

"Ning, kayaknya Mas harus kasih kamu peringatan keras. Jangan sering-sering menggoda karena Mas nggak tahu sampai mana Mas bisa bertahan," ucap Gus Haidar sambil memegang kedua bahu kecil Ning Adiba.

Deg.

Jantung Ning Adiba berdebar seketika. Tiba-tiba saja nyalinya menciut dan merasa takut untuk mengulangi keisengannya untuk menggoda suaminya.


“Mas, kata Umma mulai sekarang aku harus selalu izin sama kamu meskipun mau menjalankan kebaikan sekalipun,” ujar Ning Adiba mengalihkan pembicaraan.

“Betul,” sahut Gus Haidar.

“Karena itu, besok kan hari kamis. Aku pengen puasa, boleh nggak?” Tanya Ning Adiba langsung mempraktekkan.

Gus Haidar tersenyum sambil menatap Ning Adiba.

"Jangan," kata Gus Haidar melarang.

Mendengar itu, Ning Adiba langsung mengerutkan dahi bingung. "Kenapa?" Tanyanya.

"Nanti tubuh kecil kamu ini nggak tumbuh-tumbuh," canda Gus Haidar sambil terkekeh.

"Iih aku kira kenapa," sahut Ning Adiba menghela nafas lega.

"Jadinya boleh kan Mas?" Tanya Ning Adiba meminta kepastian.

"Boleh," jawab Gus Haidar sambil mengelus puncak kepala Ning Adiba.

Tatapan keduanya beradu. Entah mengapa jantung Ning Adiba berdebar hebat. Apalagi ketika matanya menangkap jakun Gus Haidar yang naik turun.

“Mas yakin bisa nahan sampai aku lulus?” Tanya Adiba penasaran.

“Insyaallah, asal kamunya juga jangan nyeleneh,” jawab Gus Haidar sambil tersenyum kecil.

Partner Syurga (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang