Part 6 Pengantin baru

39.6K 2.1K 37
                                    

"Seperangkat alat sholat tidak akan membuat bahagia jika yang memberi dan yang di beri tidak melaksanakan sholat."

Ning Adiba memakai jilbab bergo instan yang membuat pipinya terlihat gembul. Ia menunggu sang suami yang berada di kamar mandi sembari bermain ponsel.

Tak berapa lama, Gus Haidar keluar dari kamar mandi. Seketika Ning Adiba mengangkat wajah dan menoleh ke arah Gus Haidar yang menyibak rambutnya.

Ning Adiba terpana melihat wajah tampan sang suami yang baru saja terlihat cerah dan bersinar.

Ternyata Gus Haidar kelihatan makin tampan dan muda kalau nggak pakai peci

Tepat saat kedua mata Gus Haidar menangkap basah aktifitas Ning Adiba yang memandangi dirinya, sontak Ning Adiba mengalihkan pandangan dengan grogi.

"Sudah halal kalau mau di lihat Ning," ujar Gus Haidar sambil tersenyum.

Ning Adiba meremas sweater yang ia kenakan. Kedua pipinya terasa memanas ketika mendengar ucapan sang suami.

"Ayo ke ruang keluarga Gus. Di sana, udah banyak keluarga yang nunggu," ajak Ning Adiba mengalihkan pembicaraan.

"Nggih."

Ning Adiba bangkit berdiri dan mulai melangkah ke arah pintu, namun tiba-tiba Gus Haidar menahan pergelangan tangannya membuat Ning Adiba menghentikan langkah dan menoleh ke belakang.

"Kenapa Gus?" Tanya Ning Adiba.

Gus Haidar tidak menjawab. Ia tersenyum dan menggenggam erat tangan Ning Adiba.

"Kita kesana berdua, karena sekarang kita sudah di takdirkan berpasangan. Kamu nggak boleh kemana-mana sendiri," ujar Gus Haidar terdengar sangat manis.

"I-iya Gus. Tapi harus pegangan gini?" Tanya Ning Adiba grogi.

"Nggih. Tidak keberatan kan? Aku sudah mencuci tangan dengan sabun tadi," jawab Gus Haidar.

"Enggak Gus," sahut Ning Adiba.

Gus Haidar tersenyum kemudian segera menarik tangan sang istri untuk berjalan beriringan ke ruang keluarga.

Ning Adiba melangkah seirama dengan Gus Haidar. Jantungnya berdebar hebat dan matanya sibuk menatap tangan kekar Gus Haidar yang menggenggam tangan mungil miliknya.

Pandangan Ning Adiba beralih pada wajah Gus Haidar yang terlihat tenang dan santai. Berbeda dengan dirinya yang gelisah dan grogi.

Langkah kaki keduanya kini sampai di ruang keluarga. Di mana seluruh keluarga besar kedua belah pihak berkumpul di sana.

Sesuai ekspektasi, cuitan riuh langsung memenuhi ruangan. Semuanya mengeluarkan ucapan godaan pada pengantin baru yang terlihat mesra dengan berpegangan tangan.

"Pengantin baru emang gitu, tangannya nggak bisa lepas pegang," sindir Gus Albi sambil tersenyum melihat pegangan erat tangan Gus Haidar dan Ning Adiba.

"Maklumlah Mas, namanya juga masih hangat-hangatnya," sahut Gus Akhtar.

Ning Adiba merasa malu mendapat godaan demi godaan namun ketika ia hendak melepaskan tangannya dari genggaman Gus Haidar, suaminya itu malah mengeratkan genggaman.

Partner Syurga (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt