Part 2 Bersedia ta'aruf

46.5K 2.6K 42
                                    

"Carilah sosok suami yang umurnya terpaut lebih jauh dari umurmu agar kelak jika kamu tua dan kecantikanmu memudar, penglihatan suamimu sudah kabur."

Ning Adiba bermain ke kediaman Gus Albi dan Ning Habiba yang berada di sebelah asrama putra. Di antara ketiga kakak Ning Adiba yang telah menikah, hanya Gus Albi yang tetap bertempat tinggal di area Pondok Pesantren Fathul Ilmi, karena Gus Akhtar dan Gus Amjad tinggal di kediaman istrinya masing-masing.

Gus Akhtar dan Gus Amjad mengabdikan diri di pesantren milik mertuanya, sementara Gus Albi dan Gus Afiq yang bertugas membantu Kyai Ilzam mengurus Pondok Pesantren Fathul Ilmi.

Ketika memasuki rumah Gus Albi, Ning Adiba langsung di suguhkan pemandangan dengan anak kecil berumur empat tahun yang merupakan keponakannya.

"Onty," teriak Gus Afkhar kecil ketika melihat sosok Ning Adiba datang.

Ning Adiba langsung menghampiri Gus Afkhar sambil duduk bersimpuh. Ia merentangkan kedua tangan, siap menyambut tubuh kecil yang berlari kecil ke arahnya.

Tubuh kecil Gus Afkhar langsung di peluk erat oleh Ning Adiba.

Tak puas hanya memeluk, Ning Adiba mencubit pelan pipi gembul Afkhar.

"Ganteng banget keponakanku," seru Ning Adiba tak dapat menahan rasa gemasnya.

"Siapa dulu Abahnya?" Sahut Gus Albi sambil terkekeh.

Ning Adiba mencium pipi kanan dan kiri Afkhar secara bergantian. Pipi kenyal anak kecil itu membuat Ning Adiba merasa candu untuk terus mendaratkan ciuman bertubi-tubi.

"Dek, jangan over gitu kalau nyium. Kasihan anakku nanti pipinya kempes," tegur Gus Albi sambil merebut tubuh putranya dari dekapan Ning Adiba.

Sontak hal itu membuat Ning Adiba mendesis dan memanyunkan bibir.

"Pelit banget sih," cibir Ning Adiba.

"Mbak Nana, Mas Albi pelit banget nggak mau pinjemin Afkhar ke Adiba," kata Ning Adiba mengadukan pada Ning Habiba ketika kakak iparnya itu datang sambil membawa makanan di tangannya.

Ning Habiba tertawa kecil. Ia sudah sangat hafal percekcokan Ning Adiba dan Gus Albi yang telah menjadi budaya untuk mereka. Anak pertama dan anak terakhir Kyai Ilzam tersebut memang suka bertengkar dan saling menggoda satu sama lain.

"Mas, biarin dek Diba main sama Afkhar," ujar Ning Habiba pada sang suami.

"Mas cuma pengen lindungin putra tampan kita dari serangan ganas Adiba sayang. Kasihan pipi gemoy Afkhar kalau di tabrak terus pakai bibir Adiba," sahut Gus Albi membuat Ning Adiba melotot tak terima.

"Nyebelin banget," gerutu Ning Adiba kesal dengan kakaknya tersebut.

Gus Albi tertawa puas telah membuat sang adik kesal. Sementara Ning Habiba yang merupakan istrinya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat seberapa jahil suaminya.

"Mbak Nana, aku mau tanya-tanya sama Mbak Nana. Mbak Nana sibuk nggak?" Tanya Ning Adiba memulai obrolan.

Ning Habiba dulunya merupakan santri Khidmah sebelum akhirnya menikah dengan Gus Albi. Ning Adiba sangat dekat dengan Ning Habiba dulu hingga saat ini karena Ning Adiba sendiri tidak memiliki saudara perempuan. Ia cenderung suka bercerita terbuka pada Ning Habiba dulu ketika masih menjadi santri Khidmah hingga saat ini menjadi kakak iparnya.

Ning Habiba menyerahkan mangkok kecil berisi makanan tersebut pada Gus Albi.

"Nggak sibuk dek. Cuma mau suapin Afkhar tapi biarin di suapin Abahnya aja mumpung Abahnya nggak sibuk," ujar Ning Habiba.

Partner Syurga (TAMAT)Where stories live. Discover now