Part 31 Kecewa

21.9K 1.4K 1K
                                    

"Jangan sampai satu kesedihan membuat kamu melupakan seribu kenikmatan yang Allah berikan."


Ning Adiba menatap sendu ke arah Gus Haidar. Ia merasa berat harus berpisah kembali dengan suaminya.

"Kita pisah lagi Mas?" Ujar Ning Adiba.

"Hanya sementara sayang," sahut Gus Haidar sambil mengelus puncak kepala sang istri. Memberikan bentuk kasih sayang lewat sentuhan lembutnya.

"Kalau pisah terus kapan malam pertamanya?" Keluh Ning Adiba membuat Gus Haidar terkekeh seketika.

"Nanti kalau kamu udah pindah ke Darul Qur'an aja. Mas nggak mau hamilin kamu tapi habis itu di tinggalin," ujar Gus Haidar membuat hati Ning Adiba meleleh seketika.

"Ya udah deh," sahut Ning Adiba pasrah.

Detik berikutnya Gus Haidar merangkul leher Ning Adiba kemudian mencium pipinya sangat lembut dan cukup lama.

Ning Adiba terkekeh pelan ketika merasakan kuatnya ciuman Gus Haidar di pipinya. Tangannya refleks bergerak mengelus pipi Gus Haidar. 

Hati keduanya menghangat dan bahagia meskipun detik selanjutnya perpisahan akan menyapa.

Gus Haidar melepas ciumannya. Matanya masih fokus menatap wajah cantik Ning Adiba sembari tersenyum.

Setelah mencium punggung tangan Gus Haidar, Ning Adiba pun berpamitan dengan kedua mertuanya.

"Abah cepet sembuh ya. Adiba akan terus doain Abah," ujar Ning Adiba sambil tersenyum lebar.

"Amin, terimakasih nak," sahut Kyai Arham yang masih terbaring di atas ranjang.

"Adiba pulang dulu, Assalamualaikum," pamit Ning Adiba kemudian meraih punggung tangan Kyai Arham dan menciumnya.

Berikutnya, Ning Adiba segera keluar dari rumah sakit menuju mobil bersama Kyai Ilzam dan Bu Nyai Halwa.

Gus Haidar mengantar istrinya hingga masuk ke dalam mobil. Ia cukup lega karena kesalahpahaman yang terjadi telah berlalu dan ia bisa berpisah lagi dengan sang istri tanpa rasa gelisah.

Tiba-tiba Ning Adiba membuka jendela mobil dan menatap Gus Haidar sambil tersenyum kemudian melambaikan tangan sebelum melajukan mobil meninggalkan halaman rumah.

_________________

Hari terus berlalu hingga tibalah pada malam di mana Ning Adiba akan menjalani wisuda Alfiyah Ibnu Malik bersama para santri lainnya yang telah berhasil mengkhatamkan kitab dan nadzomannya.

Ada rasa bahagia luar biasa yang tidak dapat di gambarkan oleh Ning Adiba beserta santri lainnya. Namun ada kegelisahan tersendiri ketika pesan yang di kirimkan pada sang suami tidak kunjung mendapatkan balasan sejak pagi.

"Mungkin Gus Haidar sedang sibuk. Kemarin Kyai Arham kan baru saja di rawat dan pulang dari rumah sakit," ujar Bu Nyai Halwa menenangkan putrinya.

"Menurut Umma, nanti Mas Haidar datang nggak?" Tanya Ning Adiba.

Bu Nyai Halwa terdiam sejenak. Ia menatap putrinya dengan tatapan tak tega.

Partner Syurga (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя