Part 25 Kembali berpisah

24.9K 1.6K 1K
                                    

Pelukan Gus Haidar memang sangat berpengaruh dalam masa penyembuhan Ning Adiba. Selain mengobati rasa rindu yang membuncah, Ning Adiba bisa menikmati hangatnya tubuh Gus Haidar yang senantiasa membuatnya ingin terus berada dalam pelukannya.

Jam tiga pagi, Ning Adiba terbangun karena mendengar suara tilawah yang di putar dari masjid. Ia merasa tubuhnya sudah lumayan membaik. Ia melihat sang suami yang telah lebih dulu bangun dan menunaikan sholat malam.

Ning Adiba segera mencuci muka dan berwudhu kemudian melaksanakan sholat malam sendiri.

Setelah sholat, Ning Adiba memutuskan untuk muroja'ah Al-Qur'an surat Al-Baqarah dengan nada indah dan merdu.

"Gimana kondisi kamu? Sudah membaik?" Tanya Gus Haidar setelah Ning Adiba menyelesaikan bacaannya.

"Alhamdulillah, udah lumayan membaik Mas. Berkat pelukan hangat Mas semalam," jawab Ning Adiba sambil tersenyum.

"Tadi surat yang kamu baca apa?" Tanya Gus Haidar tiba-tiba.

"Al-Baqarah," jawab Ning Adiba.

"Suara kamu merdu tadi," puji Gus Haidar membuat kedua pipi Ning Adiba memanas.

"Tau artinya Al-Baqarah nggak?" Tanya Gus Haidar.

"Sapi betina," jawab Ning Adiba.

"Tau cerita di balik sapi betina itu?" Tanya Gus Haidar kembali.

"Agak lupa tapi dulu pernah di ceritain sama Abi," jawab Ning Adiba.

"Mau aku ceritain lagi?" Kata Gus Haidar menawarkan.

"Mau banget," sahut Ning Adiba antusias.

Gus Haidar tersenyum tipis mendengar istrinya yang terlihat antusias mendengarkan cerita. Perlahan tangannya meraih pundak Ning Adiba dan menariknya sampai menyandar pada bahunya.

Ning Adiba tidak dapat menahan gejolak asmara dalam hatinya. Perlakuan manis suaminya memang terlalu mendadak dan berhasil membuat jantungnya berirama tidak karuan.

Gus Haidar sendiri mencoba menahan kegugupannya. Ia sengaja ingin memperlakukan Ning Adiba manis karena ia merasa bersalah karena waktunya untuk Ning Adiba sangat terbatas.

"Cerita ini banyak referensi-nya dan aku akan ceritain sesuai referensi yang aku terima dari Ustad aku dulu," kata Gus Haidar mulai berucap.

"Oke," sahut Ning Adiba cepat.

"Jadi dulu, pada zaman Nabi Musa ada seorang yang kaya raya dari kalangan Bani Israil, sebut aja namanya Syam'un. Si Syam'un ini mempunyai saudara sepupu yang fakir, sebut saja namanya Uhaihah. Si Uhaihah ini sangat mengharapkan harta warisan Syam'un karena tidak ada ahli waris selain dirinya. Kemudian ketika Syam'un ini tidak segera meninggal, muncul niat jahat Uhaihah untuk membunuh Syam'un biar dia bisa secepatnya dapat harta warisan dan jadi orang kaya," cerita Gus Haidar.

"Iih kok jahat," sahut Ning Adiba.

"Harta dunia memang melalaikan Adiba. Makanya aku nggak banyak ngasih kamu hadiah. Itu bukan karena aku pelit tapi karena aku nggak mau kamu jadi golongan orang-orang yang Hubbuddunya. Aku mau kamu jadi golongan orang-orang yang Hubbul Ilmi," tutur Gus Haidar membuat Ning Adiba takjub seketika.

Hatinya menghangat dan ia merasa sangat beruntung mendapatkan suami yang sangat dewasa yang Sholih seperti Gus Haidar.

"Lanjut ya. Akhirnya Uhaihah membunuh Syam'un dan membawa jasadnya ke pinggir kota. Tujuannya biar orang-orang saling menuduh satu sama lain," ujar Gus Haidar.

"Astaghfirullah," respon Ning Adiba dengan wajah mendalami peran. Ia membayangkan cerita Gus Haidar di tayangkan di layar lebar dan meresapi alur dengan baik.

Partner Syurga (TAMAT)Where stories live. Discover now