Part 28 Cemburunya wanita

22K 1.5K 1.1K
                                    

"Bersamamu aku sadar kalau rumah tidak selalu berbentuk bangunan, tapi sosokmu yang bisa menjadi rumah ternyaman untukku."

Sore hari, Ning Adiba segera mandi dan mengganti dengan gamis abaya style Turkish dari mertuanya. Tanpa di sangka, tubuh Ning Adiba terlihat mungil karena gamis yang ia pakai cukup kebesaran.

"Rasanya nggak nyaman banget pakai gamis kebesaran gini, tapi kalau aku lepas sungkan sama Mama. Toh aku juga nggak bawa baju ganti," gumam Ning Adiba berusaha menahan ketidaknyamanan dalam diri.

"Assalamualaikum," ujar Gus Haidar sambil memasuki kamar.

Ning Adiba sontak membalikkan badan dan menatap sang suami yang baru saja datang.

Pandangan mata Gus Haidar tertuju pada Ning Adiba yang terlihat tampil berbeda. Matanya menatap sang istri tak berkedip sambil berjalan mendekat ke arah Ning Adiba.

"Gimana Mas? Jelek ya?" Tanya Ning Adiba pesimis. Mengira penampilannya saat ini tidak menarik karena gamisnya yang terlihat kebesaran.

Gus Haidar tersenyum mendengar pertanyaan Ning Adiba. Kedua tangannya bergerak menyentuh kedua pundak Ning Adiba sambil menatap lekat wajah sang istri.

"Cantik dan elegan," puji Gus Haidar membuat kedua pipi Ning Adiba memanas.

"Meskipun kelihatan kebesaran tapi aura kamu makin kelihatan dewasa kalau pakai gamis model begini," komentar Gus Haidar jujur.

"Brati waktu pakai overall tadi kayak bocil?" Sahut Ning Adiba sambil mengerucutkan bibir.

"Jujur iya," ucap Gus Haidar sambil terkekeh.

Ning Adiba memukul pelan dada Gus Haidar sambil mencebikkan bibir.

"Mas, sehari-hari yang masakin kamu Mbak Yaza ya?" Tanya Ning Adiba tiba-tiba. Teringat cerita Bu Nyai Sayyida tentang sosok Khadimah yang sempat akan di jodohkan dengan suaminya.

"Iya," jawab Gus Haidar pendek.

"Mbak Yaza cantik nggak Mas? Cantik mana sama aku? Terus masakannya enak mana sama masakanku?" Berondong Ning Adiba.

"Kenapa tiba-tiba tanya gitu?" Sahut Gus Haidar sambil mengerutkan dahi.

"Pengen tahu pendapat Mas aja," ujar Ning Adiba.

Gus Haidar terdiam sejenak. Ia menatap lekat wajah Ning Adiba sembari menerka-nerka dalam pikiran. Sebenarnya apa yang di pikirkan sang istri?

"Semua perempuan cantik tapi tetap kamu yang paling cantik di mata Mas. Semua masakan juga enak, tapi masakan kamu yang paling Mas suka," ujar Gus Haidar merangkai kata sebaik mungkin dan berharap jawabannya bisa mengusir kegelisahan yang hinggap di hati Ning Adiba.

"Mas, jujur!" Ujar Ning Adiba takut suaminya berbohong demi menyenangkan hatinya.

"Apa semua itu penting? Yang terpenting, kamu istri Mas dan Mas sayang kamu," sahut Gus Haidar.

"Tapi nggak tahu kenapa, aku pengen jadi satu-satunya perempuan yang sempurna di mata Mas. Sempurna fisik dan sempurna melayani Mas," jujur Ning Adiba.

"Nggak harus sempurna untuk meraih kebahagiaan dan ridho-Nya sayang," ujar Gus Haidar sambil mengelus pipi Ning Adiba.

Ning Adiba hanya diam. Menundukkan wajah dan merutuki dirinya sendiri dalam hati. Mengapa dirinya menjadi protektif dan posesif begini?

Partner Syurga (TAMAT)Where stories live. Discover now