52. Bunga terakhir (END)

Start from the beginning
                                    

Seana menundukkan kepalanya. Gadis itu mulai terisak membuat hati Gema tersentil.

Seana berjalan pelan menuju balkon kamarnya. Perempuan yang memakai jaket milik Tenggara itu mendongak, menatap langit malam.

"Lo lagi kangen sama Gara?"

"Lo pasti tau jawabannya." Sahut Seana tanpa menatap Gema yang berdiri di sampingnya.

"Mau tau sesuatu?"

Dengan cepat, Seana menoleh. "Apa?"

Gema menyodorkan paperbag berukuran sedang ke Seana.

"Dari Tenggara."

"Dia disini?"

Gema menggelengkan kepalanya. "Itu punya Gara yang dia taruh di Markas. Dia cerita ke gue mau kasih ini saat ingatan lo udah pulih. Dia juga bilang ke gue suruh kasih ini di hari ulang tahun lo kalo misal dia nggak bisa ngasih."

Seana menerima paperbag itu dan membukanya. Satu buket bunga dan beberapa kado lainnya.

"Bunga?" Seana meremas kuat bunga tersebut. Hatinya kembali teriris.

Dia melempar bunga itu dengan asal. Gema melotot kan kedua matanya tidak percaya.

"Se?!"

"Buang, Kak! Aku nggak butuh bunga itu, aku cuma butuh dia ada disini dan nepatin janjinya!"

"Sea, lo nggak boleh gitu. Kasian Gara!" Gema mengambil bunga itu dan meletakkan di atas meja yang berada di balkon.

"Biarin aja, dianya aja nggak kasian sama gue."

"Se, kalaupun Gara bisa, dia juga nggak mau ninggalin lo, dia juga pasti pengen selamanya sama lo. Tapi lagi-lagi balik ke takdir, mau sekuat apapun menolak kita nggak akan bisa!"

Kedua mata Seana memanas, dia menatap Gema dengan tatapan memohon. "Kak Gema, tolong bantu gue!"

"Apapun bakal gue bantu, Se."

"Termasuk cari Kak Gara dan bawa dia kesini?"

Dengan cepat Gema menggelengkan kepalanya. "Kecuali itu! Tenggara udah nggak ada, dia udah pergi, 3 hari yang lalu dan lo sendiri yang menyaksikan dia dimakamin. Mau lo cari sampai ujung dunia pun tetep nggak ada!"

Seana menangis mendengar ucapan Gema yang membuatnya tersadar.

"Gue cuma mau dia disini, Kak. Tepat di hari ulang tahun gue. Gue pengen dia peluk gue dan ucapin selamat ulang tahun, hiks."

Gema menyodorkan ponsel Tenggara yang dia bawa setelah Tenggara meninggal.

"Putar rekamannya, ini bakal bikin rindu lo sedikit terobati. Dan ini surat yang terselip di buket tadi."

Seana meraih ponsel dan surat itu. Hatinya berdenyut nyeri saat melihat wallpaper layar ponsel Tenggara. Dia memakai earphone dan memutar rekaman itu. Rekaman Tenggara menyanyikan lagu a thousand years.

Seana membuka surat itu dan mulai membacanya.

_____________________________________

For u, my little wife.

Happy birthday, cantik!

Sweet seventeen kan? Tetap jadi perempuan baik dengan versimu. Kuat dan semangat jalani hari-hari yang mungkin terasa berat dan melelahkan.

Semoga menjadi hari yang membahagiakan.

Nggak tau kenapa aku punya feeling kalo aku nggak bisa ngucapin secara langsung. Makanya aku nyuruh Gema buat kasih rekaman ini tepat di hari ulang tahun kamu.

Seperti yang pernah aku bilang. Di dunia ini nggak ada yang abadi. Cepat atau lambat, siap atau tidak, mau atau tidak, kehilangan pasti akan datang.

Kalo misal aku udah nggak ada di samping kamu, kamu tenang aja. Jiwaku akan selalu bersamamu, cinta ini akan terus mengalir di setiap detak jantungmu.

Jaga diri baik-baik, Laut ku.
Maaf dan terima kasih untuk semuanya.

Tenggara Biru.

_____________________________________

Sea jatuh terduduk di lantai setelah mendengar rekaman suara Tenggara. Perempuan itu memeluk ponsel Tenggara seraya terisak kuat.

"Ini menjadi hari ulang tahun yang menyakitkan buat aku, Kak."

"Untuk pertama kalinya aku benci bunga dari kamu. Kamu jahat, Kak. Kamu perginya kejauhan. Jauh banget sampai aku nggak bisa gapai kamu."

Seana memejamkan kedua matanya erat saat merasakan sebuah pelukan.

"Happy sweet seventeen, Cantik ku."

Mendengar bisikan itu, Seana dengan cepat membuka matanya. Di depannya, Tenggara tersenyum lebar ke arahnya.

"Kak Gara?" Seana menatap Tenggara terkejut, tidak percaya bahwa lelaki itu disini.

Tenggara tersenyum. "Jaga diri baik-baik, Ya. Maaf nggak bisa nemenin kamu lebih lama. I love you."

Setelah mengucapkan itu, Tenggara menghilang dari sana seolah tertiup angin.

Seana menatap ke sembarang arah, mencari Tenggara. "KAK GARA?!" Teriak Seana.

"Kak Gema. Dimana Kak Gara? Dia tadi disini peluk aku, ngucapin selamat ulang tahun. Dia dimana?"

Gema mengusap kasar air matanya. Jujur dia tidak kuat melihat kondisi Seana yang seperti ini.

Dia mendekati Seana. "Tenggara emang disini, Se. Dia ada di hati lo!"

"J-jadi tadi?"

"Yang pergi cuma raganya. Jiwanya tetap disini dan hatinya tetap di hati lo!"

"Lo liat bintang yang paling terang itu." Seana langsung mendongak menatap langit.

"Itu dia, Se. Dia bersinar paling terang dari yang lainnya. Itu artinya dia bahagia di sana."

Perlahan, Seana tersenyum walaupun sendu. "Aku kira kamu beneran disini Kak, tapi ternyata kamu emang beneran udah pergi. Kamu tenang aja, aku bakal jaga diri baik-baik. Love you, my husband."

"Terimakasih untuk hal-hal hebat walaupun cuma singkat. Dan terimakasih untuk cinta terhebatnya. I will miss you."

°°°

DOBEL APDET YEE BESTAIII
😏
AWAS AJA NGGAK VOTE SAMA KOMEN👊🔪

TENGGARA BENERAN UDAH END YA GUYS☺

TENGGARA [END]Where stories live. Discover now